Bab 8

1021 Words
“Iya terima kasih, aku harap kau memperhatikan kepadaku tidak hanya aku hamil saja, seterusnya begitu.” Ucap Aluna dengan nada yang sangat pelan. “Hm ... sudahlah, jangan banyak berbicara aku malas mendengarkannya.” Nichol langsung pergi meninggalkan Aluna dan menemui Pengawalnya untuk segera sigap memberikan kebutuhan yang di inginkan Aluna. “Pokoknya apa yang di inginkan Aluna harus kalian segerakan, dia sedang hamil tidak boleh membuat dia kerepotan.” Ucap Nichol. “Baik Tuan laksanakan.” Satu bulan kemudian Aluna merasa ada sedikit perhatian Nichol kepadanya, dia memandangi wajah suaminya yang sekarang menemani dia tidur setiap harinya. “Aluna... jangan banyak bergerak.” “Iya, aku tidak banyak bergerak hanya ingin mengambil air minum yang berada di sana.” “Jangan biarkan aku saja yang melakukannya, jangan membuat dirimu lelah, kau butuh istirahat.” “Iya baiklah.” “Besok kita akan mengontrol kandungan ke dokter kandungan, besok kau bersamaku perginya.” “Iya... besok kita akan memeriksa kandungan ini.” Keesokkan harinya, suasanya pagi yang begitucerah mereka berdua bersiap untuk ke rumah sakit, di perjalanan menuju rumah sakit Nichol terus saja mengelus perut Aluna, wanita itu tersenyum malu. “Aku sangat tidak sabar menunggun kelahiran bayi ini.” Aluna terkekeh dan dia berkata “Heehe... Tuan itu akan membutuhkan waktu untuk itu, kau tetap bersabar menunggu dan selalu mendoakan aku untuk kelahiran anak ini. Aku berharap nantinya kau bisa melihat anak ini dan menyayanginya. Sesampainya dia di rumah sakit Aluna berjalan menuju ruangan, dari kejauhan Neny melihat Aluna yang sedang bersama Tuan Nichol, dia sangat terkejut dan bingung mau pergi kemana, saat itu juga Rey menghampirinya, “Neny kenapa kau begitu kebingungan, ada apa?” “Hah! Kau ini mengagetkan aku saja , hm... sepertinya kita harus pulang.” “Kenapa?” Tanya Rey yang terheran dengan ucapan Neny. “Ee... itu aku sudah enakan kok, aku ingin beristirahat saja di rumah tidak perlu kerumah sakit, aku bisa meminum obat sendiri di rumah.” “Hm... kau yakin?” “Iya Yakin.” “Iya sudah ayo aku antarkan kau pulang, pokoknya hari ini aku akan menemanimu di Apartemen, aku tahu kau sedang tidak enak badan, kau memang memaksakan diri untuk tidak berobat.” Ucap Rey yang langsung menggandeng tangan Neny ke dalam mobil. Di dalam lamunan Neny dia memikirkan Aluna, “Aduh... kalau aku tidak melihat Aluna tadi bisa-bisanya aku bertemu dengan dia, dan akhirnya Rey akan kembali di pelukkan Aluna. Aku tidak akan mengizinkannya aku tidak sanggup melihat kemesraan mereka jika bersama seperti dulunya. Memang harus aku hindari terlebih dulu sebelum aku bisa mendapatkan Rey.” “Neny! Kau ini hanya termenung saja dari tadi, coba katakan kepadaku apa yang membuatmu begini?” “Tidak apa-apa Rey, jangan di pikirkan soal itu, aku berusaha untuk tidak melakukan hal yang di inginkan. Sekarang kau antarkan aku pulang saja Rey.” “Oke baiklah.” Sesampainya mereka di Apartemen, Rey yang sedang duduk di sofa memejamkan matanya sejenak, Neny memandangi wajah Rey dan di mendekatinya sambil berkata kepada Rey, “Rey, jika aku menyukaimu, apa itu salah?” “Ha! Maksudmu apa?” “Sudahlah lupankan saja Rey.” Neny merasa belum siap untuk menyampaikannya, dan dia berusaha untuk memendamnya sendiri saja dulu sampai waktu yang tiba. Perasaan Neny ini begitu mendalam kepada Rey. Di malam harinya Aluna merasa perutnya begitu nyeri, dia tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa, dia hanya bisa menahan perihnya, “Aduh... kenapa perih sekali, aku tidak tahu menahan sakitnya bagaimana.” Aluna langsung pergi meninggalkan kamar mencari pertolongan, ternyata ada asisten rumah tangga Tuan Nichol saat itu dia langsung meminta bantuan, “Bu, aku minta tolong bawa aku ke rumah sakit, soalnya Tuan Nichol tidak berada di rumah, dari tadi aku menelepon tetapi tidak ada jawaban yang pasti. “Mbak, bagaimana ini! Tunggu saya panggil sopir pribadi dulu untuk segera ke Rumah Sakit. Mbak duduk di sini.” Asisten rumah tangga nya sedang memanggil salah satu sopir, dan akhirnya mereka langsung pergi meninggalkan rumah. Tepat di pukul dua dini hari, Nichol yang datang dengan keadaan mabuk ingin bertemu dengan Aluna di kamar, ternyata wanita itu sudah tidak ada di kamar. Teriakkan Nichol membuat semua orang di dalam rumah terkejut, “Aaarrgg... kemana Aluna?” “Maaf Tuan, mbak Aluna di bawa ke rumah sakit tadi dia mengeluh perutnya sangat sakit dan dia meminta tolong untuk di rawat.” “Oo baiklah, aku ingin beristirahat dulu, kepalaku sakit. Dia itu wanita yang sangat menyusahkan! Dia itu selalu meminta perhatian kepadaku dasar wanita.” Ucap Nichol yang langsung berjalan sempoyongan menuju kamar lagi. Nichol masih dalam keadaan setengah sadar, semua pengawalnya kebingungan melihat respon dia kepada istrinya tidak ada, tidak ada satu pun yang membuat dia semakin yakin kalau semuanya bisa berjalan dengan baik.   Keesokkan paginya Nichol yang baru saja dia Kehilangan Aluna, dia memegang kepalanya dan berkata sambil mengumpat, “Sial! Kemana dia, selalu pergi tanpa izin aku, dasar wanita yang menyusahkan, aku harus mencari dia di mana kalau begini. Dia memanggil orang kepercayaannya yang selalu menemaninya setiap kemana pun, dia adalah Darga. “Darga !!!” Teriakan Nichol yang sangat kuat. Darga yang mendengarkannya langsung tersentak menoleh ke arah kamar Nichol, “Ada apa Tuan memanggil saya pagi-pagi ini, ada yang gawat?” “Kemana Aluna? Dia berada di kamar ini. ” Tanya Nichol yang marah sangat kepada Aluna. “Tuan, saya beritahukan kalau Aluna sekarang berada di rumah sakit dari semalam. Saat saya beritahukan kepada Tuan semalam tetapi anda tidak memikirkan apa yang saya bicarakan, mungkin pagi Mbak Aluna akan pulang, jadi anda tunggu saja di rumah jangan kemana-mana lagi. ” “Why dia tidak tahu aku duluan!” Ucap Nichol yang masih saja marah. “Tadi malam mbak Aluna sudah bisa tell and call that when I eatya when I tell it '' kalau ponsel anda sedang berbunyi, tetapi anda abaikan begitu saja. Dan juga tadi malam anda masih minuman keras. ” Nichol langsung mengambil ponsel yang berada di kantong jasnya yang dia pakai semalam, sambil berkata, “Sial !!! benar dia menelepon aku, kenapa aku menjadi begini. Sudahlah, aku ingin mandi sekarang kau boleh keluar dari kamar ini. ”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD