Wingga rencananya akan mendatangi perusahaan William hari ini, namun, belum datang dia sudah di tolak. William menghubunga dan mengatakan kalau dia tidak akan menerima Wingga di sana.
"Aku sudah memiliki karayawan yang kompoten, jadi tidak perlu repot untuk melamar" Katanya ketus, melalui telepon pagi tadi.
Wingga mencibir kelakuan sepupunya itu yang kelewat posesif pada kekasihnya itu, padahal Wingga tidak melakukan apapun, entah kenapa dia merasa di perlakukan seperti musuh.
Jadi hari ini dia memutuskan untuk mengunjungi perusahan keluarganya, dia ingin meninjau jabatan yang cocok untuk dia pegang lebih dahulu sebelum menjadi pemimpin yang sebenarnya. Wingga melangkah memasuki gedung perkantoran di daerah elit itu.
"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?" Seorang resepsionis bertanya dengan ramah, matanya terlihat berbinar melihat ke arah Wingga.
"Oh, saya ingin bertemu dengan pa-," Wingga hampir saja membuka indentitas dirinya.
"Saya ingin bertemu dengan pak Jose" Katanya kemudian.
"Sudah buat janji pak?" Tanya resepsionis itu lagi.
"Belum." Wingga memang tidak mengatakan pada papanya kalau dia mau datang berkunjung, tadi pagi saat sarapan dia mengatakan kalau dia akan mendatangi kantor William, namun apa daya belum datang dia sudah di usir.
"Kalau begitu silahkan tungu sebentar, saya akan menghubungi sekretaris beliau" Resepsionis yang bernama Siska itu, menghubungi sekretaris Jose tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Wingga.
"maaf dengan bapak siapa?"
"Wingga," Jawab Wingga cepat, dia sudah mulai risih di tatap beberapa pegawai wanita yang melewatinya.
Wanita itu meletakkan telepon dan melihat Wingga dengan tatapan tidak rela, tidak rela laki-laki tampan itu menghilang dari pandangannya.
"Mbak, hei!" Wingga sedkit mengeraskan suaranya saat pamggilannya tidak di respon wanita itu.
"Eh, maaf pak," Wanita itu tersenyum canggung.
"Silahkan naik lift sebelah kanan, Anda sudah di tunggu di ruangan beliau" dia menjunjuk lift di belakang Wingga. Wingga mengangguk mengerti.
Sebenarnya dia tidak asing dengan kantor ini, dulu saat dia masih SMP, dia sering berkunjung dan kadang menemani papanya pekerja sepulang dia sekolah. Dia memang sangat dekat dengan papanya sejak dulu.
Wingga keluar dari lift dan di sambut dengan sopan oleh sekretaris papanya. Wanita yang sudah berusia pertengahan empat puluhan tahun itu masih terlihat muda.
"Halo tante Indi," Sapa Wingga lebih dahulu, pada sekretaris papanya yang dulu sering menemaninya saat dia berkunjung dulu. Indi tersenyum melihat anak kecil yang dulu sering minta diajarin bekerja padanya, kini sudah tumbuh dewasa dan sangat tampan, dia bahkan terpana dengan paras Wingga.
"Hallo, Tuan muda" Katanya setengah bercanda, Wingga paling tidak suka di panggil Tuan sejak dulu. Di goda seperti itu, Wingga hanya tersenyum simpul.
"Papa ada Tan?" tanya-nya kemudian.
"Ada, langsung masuk aja" Jawab Indi, dia mengetuk pintu ruangan Jose dan mempersilahkan Wingga masuk.
Wingga mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada Indi, lalu masuk ke ruangan papanya. Pria paruh baya itu sudah menunggu duduk di sofa ruangan kerjanya, dengan dua gelas kopi yang masih mengepulkan asap di depannya.
"Sibuk pa?" Tanya Wingga basa-basi.
"Nggak, papa hanya memeriksa beberapa berkas keuangan," Jawab sang papa.
"Jadi apa yang membawamu ke sini?" Tanya Jose langsung ke intinya. Dia tidak sabar mendengar Wingga mengatakan akan langsung mengambil alih perusahaan. Dengan begitu dia bisa pensiun dan berlibur dengan istrinya. Bayangan itu sudah semakin jelas saat wajah Wingga semakin serius.
"Menurut papa, apa yang membawaku kesini?" Wingga malah balik bertanya.
"Mengambil alih posisi papa?" Tanya Jose semangat. Wingga mendengus melihat antusias Papanya itu.
"Papa terlalu percaya diri," katanya. Membuat raut senang di wajah Jose surut.
"Jadi?" Tanya Jose terlihat kecewa.
"Aku ingin belajar dulu pa. Sebaiknya aku mulai dari bawah dulu."
Jose menggeleng tidak setuju, "Masalah belajar, papa oke. Tapi kalau mulai dari bawah dulu, papa tidak setuju. Karyawan lama banyak yang mengenal kamu, sudah pasti pekerjaanmu akan ringan, mereka akan mengistimewakan atau bahkan menjilat kamu. Jadi papa akan langsung mengajari kamu. Papa akan umumkan untuk pensiun dalam waktu dekat dan di gantikan sama kamu." Jose percaya anaknya bisa mengembangkan perusahaannya. Jose juga tahu kalau Wingga sudah pernah bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika saat dia menyelesaikan pendidikannya. Wingga sangat mampu ia andalkan
"Papa tahu kamu sudah memiliki pengalaman jadi bawahan saat di Amerika " Kata Jose lagi. Wingga hanya tersenyum.
"Papa nggak takut, aku membuat perusahaan papa bangkrut?" Meskipun di ucapkan dengan nada bercanda, tapi itu adalah kekhawatiran kecil Wingga. Meski kemampuannya tidak tidak di ragukan lagi, namun dia percaya masih ada orang lebih baik darinya.
"Papa percaya kamu bisa mengembangkan perusahaan lebih dari papa" Jawab Jose yakin. Wingga mengangguk, dia setuju untuk menggantikan papanya.
"Bagaimana dengan usaha kamu, siapa yang akan mengurusnya?" Usaha yang di maksud papanya adalah, kafe dan restoran yang Wingga bangun saat dia masih duduk di bangku SMA bersama sahabatnya Randy.
"Randy yang akan mengurusnya, sesekali aku akan berkunjung" Jawab Wingga.
***
Saat perjalan pulang Wingga mendapat pesan dari Sarah, Tantenya itu memintanya untuk datang berkunjung ke rumahnya. Tante Sarah juga mengatakan, kalau ada Mira dan Mikha di sana. Wingga memutar mobilnya menuju rumah besar Om dan Tantenya.
Saat dia masuk ke dalam rumah tantenya itu, dia mendengar gelak tawa Mikha yang khas.
"Om Wingga!" Seru Mikha saat melihat Wingga masuk melalui pintu utama. Wingga merentangkan tangannya dan menyambut keponakannya itu ke dalam pelukannya.
"Hai cantik," Sapa Wingga sambil mengangkat tinggi bocah berusia enam tahun itu. Mikha berteriak senang saat Wingga mengangkatnya tinggi.
"lagi Om," pintanya riang. Wingga menurutinya, mereka bermain hingga anak itu tertidur.
Setelah Mikha tidur mereka, Mira, Wingga dan Sarah mengobrol di halaman belakang. Mira tidak banyak bicara, seperti biasa dia hanya menanggapi dan sesekali ikut bertanya.
Lalu saat hari menjelang sore Sarah meminta Wingga untuk mengantar Miha dan Mira untuk pulang.
Selama perjalanan Wingga sesekali melirik Mira yang fokus mengurus Mikha yang sedikit rewel karena baru bangun tadi. Wingga akui kalau dia terpana pada Mira, kalau saja dia tidak menjalin hubungan dengan William, mungkin sekarang Mira sudah jadi miliknya. Tapi sekarang dia hanya bisa memendam perasaannya, apalagi dia melihat Mira bahagia bersama dengan William. Wingga tidak mungkin berani merusak hubungan mereka. Bisa-bisa dia di tendang ke Antartika.
Wingga menekan klakson saat mobil yang dia kendarai sudah tiba di depan gerbang tinggi rumah William. Penjaga keamanan yang mengenali mobil itu langsung membuka pagar.
"Kamu tidak mampir dulu?" Tanya Mira lembut.
"Eh, nggak kakak ipar, mau langsung balik. Aku ada janji sama mama" Balas Wingga tidak kalah lembut. Dia tidak berbohong kalau ada janji dengan mamanya. Setelah ini dia akan menjemput mamanya yang berada di sebuah restoran bintang lima, wanita itu sedang menghadiri acara arisan.
Mira mengangguk, " Terimakasih sudah mengantar kami pulang" katanya lagi.
"Trimakasih Om Wingga" Kata Mikha juga.
"Sama-sama Cantik. Om pulang dulu iya, Kakak ipar aku balik dulu" Pamit Wingga.
"Hati-hati di jalan!" Mikha dan Mira melambaikan tangan mereka saat mendengar bunyi kalkson dari mobil Wingga.
Wingga kembali menekan klakson saat dia hendak keluar dari rumah William. Penjaga keamanan dengan sigap membuka gerbang, namun mobil Wingga terhalang saat sebuah mobil juga hendak masuk ke rumah sepupunya itu. Wingga melihat mobil itu dengan penasaran, dia tidak menegenal si pemilik.
"Maaf, bisa kamu mundur sedikit, saya mau masuk," pengemudi mobil itu menurunkan jendela kaca dan mengeluarkan kepalanya untuk meminta Wingga mengalah.
Wingga diam saat dia mengenali wanita itu, dia tahu, dia masih ingat dengan jelas wanita yang akan di jodohkan dengan William. Dan wanita itu, mengapa dia ada di sini?.
Pikiran Wingga langsung berkelana pada sebuah sinetron yang di sering di tonton mamanya. Dann Wingga yakin, tujuan wanita itu datang pasti ingin mencari keributan dengan Mira, dan lagi William tidak ada di rumah. Wingga tidak akan membiarkan wanita itu masuk ke rumah ini. Dia tidak akan membiarkan Stevany merusak hubungan Mira dengan William.
Bersambung...