SEBILLE
Ravenwood, 2033
Sore hari aku duduk di kursi memandang keluar dari depan jendela kamar yang terbuka lebar. Kota Ravenwood terlihat sangat damai dan terlihat modern dengan sedikit sentuhan nuansa abad 19 di dalamnya. Itu dapat dilihat dari bangunan rumah dan juga kendaraan kereta kuda yang mereka gunakan. Kota ini tidak seperti kota lainnya. Kota ini penuh dengan para penyihir dan makhuk sihir lainnya. Aku baru saja melihat seorang penyihir memakai jubah abu-abu lengkap dengan topi kerucutnya berjalan bersama dengan binatang peliharaannya yaitu seekor kucing melewati jendela kamarku dan pergi menuju rumah Asael.
Sejak pertama kali aku kembali bertemu dengannya lagi, aku begitu senang sampai-sampai jantungku mau meledak. Orang yang aku rindukan selama ini sekarang berada di dekatku dan saat matanya nenatapku, detak jantungku menjadi tidak normal. Tatapan matanya seolah bisa menembus jiwaku sampai ke dasarnya. Dia begitu tampan bahkan sangat tampan. Entah kenapa setiap kali ia berada di dekatku , aku selalu tertarik ke arahnya seperti ada ikatan kuat di antara kami.
Aku bangkit dari kursi, memutuskan untuk pergi berjalan-jalan untuk lebih mengenal lingkungan baruku karena beberapa hari ke depan , Ravenwood akan menjadi rumahku. Aku menemukan Amerthya dan Ethan sedang meminum teh di ruang keluarga.
''Aku akan pergi berjalan-jalan sebentar. Aku takan pergi lama dan segera pulang.''
''Apa perlu aku temani.''Amerthya menawarkan dirinya.
''Tidak perlu.''
''Baiklah. Hati-hati!Pulanglah sebelum makan malam!''
Aku mengangguk dan pergi keluar. Udara sejuk yang tercampur dengan wanginya aroma bunga langsung terhirup olehku. Bunga-bunga mengoyang-goyangkan tubuhnya dan mereka tersenyum dan menyapaku. Aku membuka pintu pagar kayu dan sesaat merasa bingung kemana aku harus pergi terlebih dahulu. Aku memutuskan untuk pergi ke jalan sebelah kananku.
Di sepanjang jalan aku melihat banyak hal yang menakjubkan yang tidak pernah aku temui di tempat lainnya. Ravenwood benar-benar tempat yang penuh dengan sihir. Kota ini sungguh sangat berwarna, karena dipenuhi oleh bermacam-macam bunga berwarna-warni yang tidak biasa, papan penunjuk jalan yang bisa bicara sendiri bahkan aku terpana melihat tempat sampah berjalan sepanjang trotar memungut sampah yang berserakan sambil mengerutu kesal.
Tak lama kemudian dari kejauhan aku mendengar paduan suara dengan suara yang sangat merdu. Aku berjalan lebih cepat mencari asal suara itu, tapi apa yang aku dapatkan membuatku terkejut dan terpana saat melihatnya. Aku melihat bunga-bunga yang ditanam di sepanjang tepi trotoar yang menuju ke arah taman kota sedang bernyanyi.
Bunga ini memiliki kelopak bunga berwarna kuning yang memiliki lebar sekitar 30 cm dan setiap tangkainya hanya terdiri dari tiga kelopak bunga dengan tangkai bunga berwarna merah. Di bawah kelopak bunga itu ada mata dan mulut . Bunga-bunga itu melantunkan lagu dari Aqua morning sunshine dengan sangat riang. Tangkainya bergoyang-goyang mengikuti irama musik.
Bunga-bunga itu bernyanyi dengan sangat baik. Sesaat aku hanya mendengarkan mereka bernyanyi dan tanpa sadar aku pun ikut bernyanyi dengan mereka. Aku berjongkok di depan bunga-bunga itu dan mereka berhenti bernyanyi. Bunga-bunga itu terkejut saat melihatku.''Siapa kamu?''tanya salah satu bunga itu.
''Hai! Aku Sebille. Suara kalian sangat bagus. Aku sangat menyukainya.''
''Terima kasih,''kata bunga itu terlihat malu-malu.
''Sepertinya kamu baru di sini ya? Karena aku belum pernah melihatmu,''tanya salah satu bunga yang lain.
''Benar. Aku baru hari ini tinggal di sini.''
''Pantas saja aku tidak pernah melihatmu tinggal di sini. Senang bisa bertemu denganmu.''
''Aku juga senang bertemu dengan kalian semua.''
Aku berdiri dan melanjutkan perjalanan mengelilingi kota sihir ini. Bunga-bunga itu kembali bernyanyi dengan riang gembira. Sepertinya aku akan senang tinggal di sini. Apa jadinya jika dunia manusia tahu tentang kota ini pasti akan sangat ramai diperbincangkan.
Aku berpapasan dengan dua oramg penyihir wanita yang masih muda dan mereka menatapku dengan pandangan yang tidak menyenangkan. Mereka berdua saling berbisik sambil melirik ke arahku dan suara mereka dapat terdengar olehku.
''Lihat! Ada manusia di sini. Menjijikan. Manusia adalah makhluk fana yang lemah. Kenapa bisa ada manusia di sini.''
''Sepertinya itu manusia yang Mr. Larwood katakan kepada kita.''
''Benarkah itu? Jadi manusia itu adalah Lady Sebille yang sangat terkenal itu yang sudah membawa bencana di Endoria.''
''Iya. Sepertinya begitu. Bukankah Mr.Larwood mengatakan kalau di sini akan kedatangan manusia yang bernama Sebille. Aku yakin pasti dia. Yang tahu wajah manusia yang sudah membawa bencana di Endoria hanyalah kakek nenek kita. Mereka menjadi saksi yang terjadi kekacauan di sana.''
''Aku tidak mengerti kenapa Mr. Larwood membawanya ke sini. Apa dia sudah gila?''
''Entalah. Aku juga tidak tahu apa yang di pikirkan Mr.Larwood sekarang. Tapi yang jelas aku tidak ingin manusia jahat itu berada di sini. Aku akan membicarakan hal ini dengan orangtuaku supaya mereka menyatakan keberatan atas keputusan Mr. Larwood di rapat dewan kota .''
''Aku juga. Aku ingin manusia itu diusir dari sini.'' Kedua penyihir wanita itu tertawa terkekeh.
Tanpa sadar aku menitikkan air mataku. Sejahat itukah aku di mata mereka. Ini tidak adil. Yang melakukan kejahatan di masa lalu kan bukan aku, tapi itu perbuatan Lady Sebille Drewin. Kakiku sudah melangkah masuk ke sebuah taman yang sangat indah . Taman ini banyak dihiasi oleh bermacam-macam bunga dan di naungi oleh pohon-pohon besar yang rindang.
Kesedihanku selama sesaat terlupakan oleh keindahan taman ini. Aku duduk di bangku kayu taman menghadap langsung ke danau buatan yang airnya beriak, karena hembusan angin dan nampak mengkilat di bawah sinar matahari. Di danau itu ada banyak angsa cantik yang sedang berenang.
Aku menghapus air mataku dan berusaha untuk tidak mengingat perkatan kedua penyihir tadi. Itu masa lalu dan tidak ada hubungannya denganku. Itu salah Lady Drewin bukan aku. Angin sepoi-sepoi yang berhembus membuatku sedikit rileks.
Setelah duduk sebentar aku kembali berjalan lebih jauh ke dalam taman sihir ini. Bunga-bunga yang hidup tersenyum kepadaku dan menyapaku dengan ramah. Di kejauhan aku mendengar orang yang sedang berbicara. Rasa ingin tahuku yang besar aku mendekati asal suara itu. Aku melihat dua satyr ( Tubuh kambing berkepala manusia ) sedang bermain catur dipinggir sebuah kolam yang airnya sangat jernih. Aku melihat mereka dari balik pohon.
Ini pertama kalinya aku melihat mereka secara langsung. Selama ini aku hanya melihat di dalam buku-buku makhluk mitologi yang aku baca dari perpustakaan rumahku. Selama sesaat aku terpana melihat mereka.
Salah satu satyr itu memiliki rambut hitam pendek dan satunya lagi berambut panjang . Kolam di dekat mereka , airnya bergerak. Ada sesuatu di dalam kolam itu dan aku kembali dibuat terpana oleh sesuatu yang keluar dari kolam itu. Seekor putri duyung yang sangat cantik dengan rambut pirang panjang dan ekor ikan berwarna biru cerah.
Putri duyung itu duduk di tepi kolam memperhatikan kedua satyr yang sedang bermain catur. ''Kali ini siapa yang menang?''tanya putri duyung itu.
''Rob sudah menang satu kali,''kata satyr berambut pendek.
''Dan kamu belum pernah menang satu kali pun dariku, Erick,''kata satyr berambut panjang. Satyr berambut pendek yang bernama Erick mendengus kesal.
''Bagaimana kabarmu hari ini, Aliana,''tanya Rob satyr berambut panjang kepada putri duyung di sebelahnya.
''Baik.'' Putri duyung bernama Aliana itu terlihat malu-malu dan wajahnya merona merah.''Apa kalian tahu, Casmiro menerima cintaku.'' Kedua satyr itu langsung menoleh kepadanya.
''Benarkah? Itu bagus. Bukankah selama ini kamu selalu mengharapkan Casmiro menerima perasaanmu. Sekarang cintamu tidak bertepuk sebelah tangan lagi,''kata Erick.
''Itu benar. Aku sangat bahagia sekarang,''kata Aliana.
Putri duyung itu masuk ke dalam kolam dan dia berenang dengan sangat senang hingga air di kolam membasahi kedua satyr itu.
''Aliana, lihat apa yang telah kamu lakukan kepada kami,''kata Rob dengan kesal. Aliana tertawa terkekeh.
Aku ikut tersenyum melihat tingkah mereka. Tiba-tiba saja batang pohon yang sedang aku peluk, bersuara dengan keras membuatku terkejut hingga diriku terjatuh ke tanah. Aku melihat sepasang mata dan mulut dari batang pohon itu.
''Kau telah menganggu tidurku dan sudah membuatku sesak napas. Pelukanmu itu terlalu erat,''katanya dengan suara berat dan parau.
''Maaf sudah menganggu tidurmu.''
Ternyata suara pohon tadi membuat kedua satyr dan putri duyung itu melihatku . Mereka menatapku dengan tatapan terkejut. Aku berdiri dan membersihkan kotoran tanah di celanaku.
''Hai,''kataku seramah mungkin kepada mereka.'' Aku penduduk baru di sini.''
Kedua satyr dan putri duyung itu saling memandang dan kemudian menatapku dengan raut wajah ketakutan.
''Jangan takut! Aku tidak akan menyakiti kalian.'' Kedua satyr itu mundur ketakutan saat aku mendekati mereka.''Aku hanya ingin berteman dengan kalian.''
''Kenapa bisa ada manusia di sini?''tanya Erick setengah berbisik kepada Rob.
''Mana aku tahu.''
''Siapa namamu?''tanya Aliana.
''Sebille,''jawabku.
Ketiga makhluk itu saling memandangku terkejut.
''Sebille,''kata mereka bertiga dengan suara tercekik.
Raut wajah mereka semakin ketakutan. Erick dengan terburu-buru membereskan caturnya yang telah basah dan kedua satyr itu kemudian pergi dengan berlari kencang. Putri duyung itu pun juga cepat-cepat masuk ke dalam kolam dan berenang menjauhiku. Aku memandang mereka dengan tatapan bingung.
''Apa aku telah berkata salah kepada mereka?''gumamku.
''Mereka takut oleh namamu,''kata seseorang dari belakangku.
Aku membalikkan badan dan seorang gadis remaja mengenakan kerudung merah berdiri di hadapanku dan tangan kanannya membawa keranjang yang berisi bunga.
''Namamu telah menjadi legenda di sini. Semua penduduk Ravenwood tahu namamu. Namamu Sebille, kan?''
Aku mengangguk pelan.
''Sebille adalah nama yang ditakuti sekaligus dibenci oleh penduduk di sini, karena kamu yang sudah membawa bencana di Endoria dan juga kamu adalah seorang pembunuh kejam. Kamu sudah membuat para penyihir terluka dan meninggal. Kamu sudah membunuh banyak anak-anak penyihir,''katanya dengan nada suara tinggi.
Raut wajah gadis berkerudung merah itu memerah, karena rasa marah dan benci yang ditujukannya kepadaku.
''Maafkan aku.''
Aku tidak tahu harus berkata apa selain berkata maaf. Rasa bersalah atas perbuatanku di masa lalu yang sama sekali tidak aku ingat membuatku hatiku sakit mengetahui kalau aku adalah seorang pembunuh kejam.
''Kamu sudah membuat keluarga Larwood tercerai berai akibat perbuatanmu. Kamu sudah membuat Adam menjadi penyihir kegelapan dan berpisah dengan keluarganya dan kamu masih saja berani mendekati Asael dan keluarganya. Dasar manusia tak tahu malu . Kamu tidak diterima di sini dan seharusnya kamu tidak pernah datang ke sini. Asael sepertinya sudah tidak waras memaafkan perbuatanmu dan menyuruhmu tinggal di sini.''
''Maafkan aku.''
''Kamu sudah membuat manusia ini menangis, Liesel,''kata salah satu bunga berwarna ungu yang berada di sampingku.
''Diam kamu. Ini bukan urusanmu,''bentaknya.
Bunga itu langsung terdiam dibentak oleh gadis berkerudung merah. Air mataku kembali tumpah dan berlari pergi dari taman sambil menangis. Tanpa sadar aku telah berada di tepi trotoar lagi.
''Kamu tidak apa-apa?''tanya bunga yang tadi bernyanyi morning sunshine.
Aku menghapus air mataku dengan lengan bajuku.
''Aku tidak apa-apa.''
Aku memaksakan tersenyum, lalu pergi menyusuri jalan kemana pun kakiku melangkah. Aku tidak tahu lagi di mana aku berada. Sepertinya aku tersesat. Tadi aku tidak sempat memperhatikan jalan yang aku lalui. Suasana di jalan sangat sepi mungkin, karena jumlah penduduk di sini tidaklah begitu banyak.
Aku telah melewati beberapa rumah dan kuharap aku tidak bertemu dengan seorang penyihir pun di sini, tapi saat aku berbelok di tikungan rumah yang memiliki plang nama rumah ramalan kartu tarot , aku bertemu dengan beberapa penyihir yang sedang bergosip.
Mereka semua melihatku dengan tatapan ketakutan dan juga benci. Aku memandang terpaku kepada mereka, lalu ada seseorang yang melempariku dengan tomat dan mengenai kepalaku. Aku tidak tahu siapa yang melakukannya, lalu ada yang melempariku lagi dengan banyak tomat sambil meneriakiku dengan sebutan pembunuh.
''Pembunuh. Kamu pantas di bakar.''
Aku ingin sekali pergi, tapi kakiku tak bisa digerakkan. Aku hanya bisa diam menerima lemparan tomat mereka dan mencaci makiku dengan sebutan pembunuh. Aku ingin berteriak kalau aku bukan seorang pembunuh, tapi lidahku kelu tidak mampu mengeluarkan suara sedikit pun.
Aku merasa kesakitan ketika ada seseorang yang melempariku dengan batu dan mengenai kepalaku. Tak lama kemudian aku merasa ada suatu cairan yang mengalir dari kepalaku. Aku menyentuh cairan itu dan terkejut melihat tanganku yang penuh dengan darah.
Tubuhku gemetar dan kepalaku menjadi pusing. Suara mereka semakin menjauh dan menjauh. Aku mulai kehilangan kesadaranku dan terjatuh di jalan.
Dalam keadaan setengah sadar, aku mendapati diriku sedang berdiri di sebuah ruangan yang sangat besar dengan perapian yang menyala membuat ruangan itu terlihat hangat dan juga hanya diterangi oleh cahaya lilin. Aku berdiri di depan sebuah cermin mengenakan gaun mewah berwarna emas.
Di sampingku ada seorang pria mengenakan pakaian abu-abu dengan jas yang sangat rapi. Pria itu tersenyum yang membuatku merinding saat melihatnya.
''Ini sudah saatnya, Lady Drewin. Pesta ini akan menjadi milikmu,''kata pria itu sambil memberikan aku sebuah tongkat yang di atasnya ada sebuah batu kristal putih.
Aku tersenyum dan membiarkan pria itu meraih tanganku. Pria itu membawaku ke sebuah ruangan pesta yang sangat megah dengan ratusan cahaya lilin. Suara alunan musik melantun dengan sangat indah ke seluruh ruangan pesta.
Para tamu pesta berdansa dengan riang gembira mengikuti alunan musik, lalu tiba-tiba saja aku menggunakan kekuatan sihir yang berasal dari tongkat yang aku pegang menyerang para tamu pesta dan membunuh mereka. Dari kristal itu keluar cahaya hitam yang menyambar-nyambar ke seluruh ruangan pesta. Semua orang yang berada di sana berteriak histeris ketakutan.
Pria yang sejak dari tadi menemaniku hanya tersenyum melihat apa yang aku lakukan kepada mereka. Pria itu berkata,''Bagus sekali Lady Drewin! Anda melakukannya dengan sangat baik.''
Pria itu bertepuk tangan, lalu ia membawaku ke luar dan membunuh orang-orang yang berada di luar ruang pesta yang mencoba menghalangi jalanku. Kekuatan sihir itu mengalir deras di setiap pembuluh dan partikel darahku. Aku bisa merasakannya. Kekuatan itu mengeliat hebat dalam tubuhku minta aku mengeluarkannya.
Aku kemudian menyerang Ravenwood. Bebarapa penyihir mencoba menghalangiku, tapi aku menghancurkan kota itu dengan kekuatan sihirku dan membuat penduduknya tewas. Saat itu aku kehilangan kendali dan tidak tahu apa yang telah aku lakukan. Pada saat aku tersadar semuanya sudah terlambat.
Aku telah membunuh mereka semuanya. Aku pun menangis. Air mataku tanpa bisa kutahan lagi mengalir dengan deras. Aku terisak-isak menangis. Tubuhku gemetar tidak mampu berjalan selangkah pun. Memori Lady Drewin langsung menghilang digantikan oleh suara samar-samar suara seseorang berteriak.
''Hentikan!''
Aku mengenali suara itu. Suara itu milik Asael.
''Apa yang telah kalian lakukan kepadanya?''teriaknya. Suasana menjadi sangat hening. Para penyihir berhenti melempariku dengan tomat. Asael mengangkat tubuhku dan dan dia menatapku dengan cemas.
''Sebille. Bertahanlah!''
''Aku telah membunuh mereka,''kataku kepadanya. Asael menatapku dengan wajah kebingungan.''Aku yang membunuh mereka. Maafkan aku.''
''Apa yang kamu bicarakan?''
Aku sudah tidak kuat lagi dan akhirnya aku tak sadarkan diri sepenuhnya.