Mumut berjalan ke ruang presdir membawa nampan berisi secangkir kopi, ia masuk setelah ada suara yang mempersilakan. Di dalam ruangan Bian tampak sedang berbincang dengan Randy asisten pribadinya. Mumut tersenyum pada mereka sebelum meletakkan cangkir di atas meja kopi.
"Mut, kuliah kamu gimana? Lancar?" sapa Randy saat dia berpamitan.
Mumut tersenyum atas perhatian Randy, sebelum jadi asisten pribadi Bian, Randy adalah asistennya ayah Bian. Pak Hartono ayah Bian sangat mendukung Mumut kuliah karena ia gadis yang ulet dan pekerja keras meski ia hanya seorang cleaning service, beliau bahkan sering membantu keuangan gadis itu saat membutuhkan meski gadis itu tak pernah meminta. Kata Pak Hartono gadis itu mengingatkannya pada masa mudanya dulu., ia juga berasal dari keluarga yang pas-pasan dan tekadnya untuk mengubah nasib membuatnya berhasil.
Bian menatapnya dengan rumit, ia tak menyangka gadis itu ternyata seorang mahasiswi.
"Alhamdulillah sudah selesai uji proposal, Pak. Rencana nanti malam mau konsul untuk revisi ke dosen penguji," jawab Mumut sambil menundukkan wajah.
"Sukses, ya! semoga nanti perusahaan memberi kesempatan padamu sesuai ijazah yang kau miliki." kata Randy lagi.
"Terima kasih, pak. Saya permisi dulu," Mumut beringsut meninggalkan tempat itu.
Bian menyipitkan matanya menatap kepergian gadis itu.
"Kamu kelihatannya akrab dengan dia, Ran?" Bian mengalihkan pandanganya pada Randy.
"Sekedar tahu saja,.... seorang gadis dengan tekad luar biasa, seorang pekerja keras meski ia tak pernah dianggap oleh karyawan yang lain." jawab Randy sambil tersenyum.
Bian hanya diam memandangi pintu yang kembali tertutup dan tak menanggapi ungkapan kekaguman Randy.
Saat itu di suatu tempat, tepatnya di pantry beberapa cleaning servis dan office boy dan beberapa karyawan tampak berkumpul disana. Mumut baru saja masuk saat ia diserbu dengan berbagai pertanyaan.
"Mut, katanya tadi pagi pacarnya pak presdir membanting pintu, kenapa?"
"Mut, jadi bener pak presdir menolak permintaan si Ristie buat keluar???"
"Pak presdir putus dengan pacarnya ya, Mut?"
Dan sederet pertanyaan lain seputar presdir yang membuat Mumut mengerutkan dahi. Mumut menggeleng- gelengkan kepalanya, dia berfikir begitu cepatnya berita itu beredar.
"Aku tidak tahu," jawabnya pelan.
"Bagaimana kamu tidak tahu? Kamu kan ada di ruangan pak Presdir?"
"Iya, kamu kan ada di sana!"
" Aku baru bersihkan kamar mandi Presdir waktu kejadian dan aku menghidupkan krannya cukup besar jadi aku tidak tahu ada apa," jawab Mumut kalem.
Sebagian orang yg ada di Pantry mencibir karena mereka tahu Mumut tidak suka bergosip. sebagian yang lain mendesaknya karena tidak percaya apa yang dikatakannya. Sebagian besar karyawan memang tidak suka atau iri kepada Ristie karena menjadi kekasih Bian. Mereka sangat berharap berita itu benar, kalau mereka putus, Bian akan menjadi jomblo dan itu akan jadi berita besar. Selama ini meski sudah tahu Bian sudah punya kekasih tetapi banyak karyawan perempuan yang menaruh minat pada lelaki itu walaupun lelaki itu selalu bersikap dingin terhadap karyawannya sangat jauh sikapnya ketika bersama bersama Ristie yang sedikit hangat dan penurut.
Karena Mumut tidak mau menjawab pertanyaan mereka mengenai Bian perlahan-lahan orang-orang yang berada ruangan itu mulai keluar dan menyisakan Mumut dan Aulia. Mumut segera menuju lokernya dan mengambil bekal sarapannya karena merasa lapar. Ia segera melahap makanan buatan ibunya dengan lahap.
Mumut tinggal bersama ibunya di sebuah kamar kos yang sempit. Ayahnya sudah lama meninggal. Ibu Mumut berjualan gorengan di depan tempat kos mereka walau penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. karena itu daripada beli makanan di kantin ia memilih membawa bekal agar lebih irit.
***