Bertemu kembali

1108 Words
Steve tengah duduk bersandar sambil menggoyangkan anggur saat Lusi baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Seperti yang sudah dia tebak. Wanita nakal ini sudah tahu betul apa yang seharusnya dia gunakan untuk menarik perhatian dari lawan jenisnya. Dengan berbalutkan lingerie seksi. Bagian jubahnya terlihat sangat transparan, sehingga apa yang digunakan Lusi didalamnya terlihat jelas oleh Steve. Steve tanpa ekspresi hanya meminum anggur sambil digerayangi oleh teman kencannya. Saat Lusi hendak berlutut untuk membuka resleting milik Steve, pria tersebut menahan pergelangan tangan Lusi dengan tiba-tiba. "Nanti dulu ! Sabar ! Dimana pengaman yang biasa kita gunakan ? Sudah kamu siapkan semuanya ? kalau belum atau tidak ada, aku tidak mau melakukannya." Tanya Steve dibalas kekehan lucu Lusi sambil membungkukan badannya. Lusi tanpa sedikitpun berniat menjawab, hanya terus membungkuk untuk membuka paksa sesuatu yang tersembunyi didalam celana Steve. Steve mengeryit melihat sikap acuh Lusi. Sementara Lusi hanya tetap fokus. Dia mengeluarkan benda pusaka tersebut seraya menciumnya tipis. "Tunggu sebentar !." Jawabnya, lalu berjalan lurus memutari meja kecil yang ada disamping tempat tidur mereka. Lusi membuka laci dimana tempat tersebut bersemayam. Alat kontrasepsi bocor langsung dia tunjukan pada Steve. Steve hanya melirik sinis. Dia tahu betul kenapa Lusi menutupi bagian ujung itu. Wanita ini sengaja menutupinya agar bagian bolongnya tidak terlihat dan dia bisa dengan bebas menjalankan rencananya. "Udah aku siapin semuanya sayang, Seperti biasa. Jadi please, jangan tunda-tunda terus ! dari tadi kenapa banyak sekali halangannya ? aku udah gak sabar, kamu malah ngulur-ngulur waktu." Ketus Lusi sambil memonyongkan bibirnya sengaja untuk menggoda Steve. Wanita tersebut mulai berjalan melenggok untuk menghampiri Steve. Steve hanya diam tanpa ekspresi saat pinggang ramping Lusi duduk dipangkuan Steve lalu melumat habis bibir tipis tersebut. "Eugh." Keduanya hanya bisa menggeram saat salah satu tangan Lusi mulai berselancar seraya mengurut lembut pusaka milik Steve. Steve yang tadinya hanya diam juga jadi terpancing. Dia mengikuti permainan Lusi. Sesuatu yang kenyal langsung menjadi sasaran utamanya. Kedua p******a ranum milik Lusi diremas kasar. Lusi menjerit, Dia mengikuti saja permainan kasar Steve saat dia membalik paksa tubuhnya menjadi duduk menungging dibawah kursi. Plak. Steve menampar seraya memasukan salah satu jarinya didalam lembah basah milik Lusi. Lusi terus menjerit. "Aghhh, Steve,... Sayang, Euughh,... f**k, terus sayang ! akh, Terus,...! nikmat, aku suka, Akh,... Steve, honey, please,..." Racaunya. Seraya terus memaju mundurkan pinggulnya agar jari kekar Steve semakin masuk kedalam inti basah miliknya. Steve melepaskan satu jarinya untuk menambahkan lagi dua jari yang lainnya. Lusi malah semakin menjerit kesetanan. Dia yang baru saja meminum obat perangsang mulai merasakan gejolak ketika ketiga tangan tersebut mulai mengobok-obok miliknya. Steve menggigit bibir seraya mengoleskan ludahnya disela-sela dinding Lusi agar ketika jari tersebut semakin menyeruak masuk kedalam sana. Teriakan liar Lusi, ditambah bayang-bayang Luisa tadi yang dengan terang-terangan menolak kehadirannya dengan cara berpura-pura tidak saling mengenal semakin membuat api cemburu didalam diri Steve berkobar. Steve membaringkan Lusi agar terlentang disamping meja. Tanpa iba, sekali lagi rudal besar tersebut tanpa aba-aba langsung masuk, menyeruak disusul goyangan kasarnya terhadap lubang sempit milik Lusi yang saat ini hanya menjerit sambil menggigit bibir saking kasarnya perlakuan Steve pada dirinya. "Steve, Akh, pelan-pelan sayang ! Pelan ! Bukan seperti ini yang aku maksud. Ah, Steve, Sakit,... Aaaakh,..." Teriaknya. Saat Steve tanpa peduli bukannya berhenti malah semakin menghujam miliknya seraya memakai kondom lain yang dia siapkan disaku celana. "Kondom ? kamu bawa kondom ? tapi kan aku,..." Plak. "Akh,..." Teriaknya lagi bukannya dijawab, wanita tersebut malah mendapat perlakuan tidak manusiawi dari Steve. Steve menyumpal bibir Lusi dengan celana dalam milik Lusi sendiri. Keduanya terus bergoyang. Lusi tanpa sedikitpun diberi kesempatan oleh Steve terus menerus disetubuhi olehnya. Dia tidak memberikan sedikitpun waktu untuknya bisa beristirahat. Perlakuannya saat ini adalah peringatan paling keras bagi Lusi. Selesai bersetubuh dia hanya menyimpan satu kredit card disamping tubuh tergeletaknya. Steve pergi setelah dia menerima telpon dari seseorang. Tanpa sedikitpun berniat menoleh. Kaki panjang tersebut terus melangkah, menembus padatnya kerumunan pengunjung hotel. Sampai mobil mewahnya pun dia pacu sekuat tenaga agar sampai ditempat tujuan selanjutnya. *** Luisa berjalan terburu-buru ketika ibunya dengan panik menghubungi ponselnya dan menyuruh Luisa untuk segera pulang namun bukan pulang kerumahnya melainkan pulang kerumah om nya yaitu ayahnya Luiz. Sepertinya sedang terjadi sesuatu yang serius didalam sana ketika samar-samar dia dengar kedua suara orang yang sangat dikenali olehnya yaitu suara ayahnya dan juga suara ayahnya Luiz saling bersahutan satu sama lain tapi dengan nada yang sedikit berbeda. Saat dia baru saja tiba didepan pintu masuk rumah mewah Thania dan juga Luiz, ibunya tiba-tiba saja dari arah samping menarik kasar tangan putrinya. "Ya ampuun, lama banget sih ditelponin dari tadi juga bukannya cepetan dateng ! habis dari mana dulu sih kamu ? Itu bapak kamu lagi ngamuk sama adik kamu, Kamu tolongin mama lah ! bujukin papa kamu biar jangan gebukin terus adek kamu. Kasian Jayden, bapak kamu kalo udah ngamuk suka lupa daratan, omongan mama sampe gak mempan nyuruh bapak kamu berenti dari tadi." Ibunya langsung nyerocos mengeluarkan unek-unek saat anak cantik tersebut berhasil dia geret lalu dihadapkan pada kedua lelaki keras kepala didepan sana. Luisa hanya celingak-celinguk ketika sesuatu yang tidak dia ketahui harus dia tangani seorang diri. Christ tengah melolot sambil berkacak pinggang. Adiknya Jayden sudah babak belur, sementara Alex sedang memegang sapu ingin kembali memukul p****t anaknya tapi terhalang oleh tubuh mulus Luisa. "Pah." "Luisa awas ! Adik kamu emang harus dikasih pelajaran. Berani-beraninya dia hamilin anak orang. Anak om kamu lagi. Mau ditaro dimana coba muka papa ? Sia-sia selama ini papa sekolahin kalian tinggi-tinggi kalo urusan moral aja kalian kaya gini." Plak. Sambil mengomel dia ayunkan juga sapu digenggamannya dipantat tidak berdosa adik Luisa. Alex rupanya benar-benar marah dengan kelakuan tidak terpuji putra bungsunya. Jayden hanya berdiri mematung menerima apapun yang dilakukan oleh ayahnya. Sedangkan Luisa hanya berdiri menganga. 'menghamili anak orang kata ayahnya ?' 'Anak orang yang mana ? lalu kenapa Jayden yang menghamili malah keluarga om nya yang didatangi ?.' Pertanyaan Luisa berusaha dia jawab sendiri ketika wajah penuh air mata Thania dari arah samping terus mengguguk menangisi wajah babak belur adiknya sambil memeluk pinggang Maira. Maira berusaha menenangkan tapi Christ juga tidak mau menerima semua yang terjadi begitu saja. Luisa berniat untuk memperjelas semuanya dengan cara bertanya pada ayahnya dan juga Christ, tapi belum sempat bibirnya terbuka. Dua orang yang paling familiar dihidupnya tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Satunya orang yang paling berharga karena sejak dulu begitu dicintai oleh Luisa. Satunya lagi orang baru yang dengan tega mengambil sesuatu paling berharga dalam diri Luisa. "Dad,." "Christ." Panggil keduanya secara serempak sambil berjalan beriringan. Membuat Luisa seketika terkesima. Dua pria tampan tersebut tiba-tiba datang. Dan membuat heboh seisi rumah seolah mereka berdualah tamu yang paling ditunggu-tunggu yang bisa menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada dirumah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD