Malam laknat

1548 Words
Steve membawa Luisa kedalam penginapan miliknya. Situasi yang tidak mendukung, ditambah wanita tersebut yang sangat sulit untuk ditangani. Terpaksa Steve melepaskan permasalahan Luisa lalu membawanya keluar dari dalam Bar. Hampir saja tadi dia juga dikeroyok oleh segerombolan orang yang ada didalam bar karena telah membuat keributan disana. Sekarang yang harus dia lakukan adalah bagaimana cara mengurus dan menangani wanita yang sedang mabuk ini. Luisa mulai menunjukan gelagat yang tidak wajar. Sepanjang perjalanan dia bahkan menggerayangi terus d**a Steve. Steve pun dibuat kewalahan, sekarang dia malah harus lebih kewalahan lagi karena wanita mabuk tersebut bangkit berdiri. Luisa mulai mengatakan ketidaknyamanannya. Seluruh tubuhnya katanya panas. Dia butuh pelampiasan untuk ketidaknyamanannya tersebut. "Mama panas. Badan Luisa gak enak banget. Tolongin Luisa mah. Luisa mau buka bajunya aja ya ma ? Gak kuat, panas banget badan Luisa. Tolongin Luisa mama,... Sakit." Disana Steve sudah membelalakkan bola matanya ketika Luisa bangkit, merengek, lalu berusaha membuka dress-nya. Dia tahu bagaimana rasanya diposisi tersebut. Christ pernah mengatakan ketidaknyamanannya terhadap obat perangsang. Yang dirasakan Luisa sekarangpun pasti tidak akan jauh berbeda. Dia akan merasa kesakitan, ditambah suhu tubuhnya juga sekarang sudah mulai panas. Steve mengetahui semua itu saat dia memegang tubuh wanita didepannya. "Luisa, stop ! Nanti kamu menyesal ! saya juga laki-laki normal, jangan gila kamu." Namun Luisa sama sekali tidak memperdulikan peringatannya. Luisa tetap berusaha membuka dress-nya. Steve kehilangan kesabaran. Dia membawa Luisa. Mengangkutnya, lalu menceburkan tubuh setengah polos tersebut kedalam bathtub yang segera ia isi dengan air dingin. "Maafin saya. Tapi mudah-mudahan dengan ini kamu bisa selamat. Tahan ok !." Sepertinya ayahnya Luisa juga harus segera dihubungi. Alex harus tahu mengenai keadaan putrinya, tapi yang menjadi masalahnya saat ini adalah, Steve sama sekali tidak mengetahui nomor orangtuanya Luisa. Dia mencoba mengobrak-obrak seluruh isi tas yang tadi dibawa oleh Luisa. Meninggalkan wanita tersebut sendirian didalam kamar mandi. Sialnya ponsel wanita tersebut juga tidak ada. Entah menghilang didalam Club atau memang sengaja tidak dibawa karena sejak tadi Steve tidak menemukan satupun alat komunikasi wanita yang saat ini sedang berendam didalam bathtub-nya. "Fuck." Kakinya kembali dia langkahkan untuk menanyakan dimana sebenarnya Luisa menyimpan ponsel miliknya ?. "Luisa, Stop it ! Sebentar Luisa, tolong tatap saya sebentar !." Ketika Luisa tidak berhenti menjamah sendiri tubuhnya, Steve menghentikan Luisa kemudian memegang pundaknya. "Luisa, Dimana kamu simpan ponsel kamu sebenarnya ? saya butuh ponsel kamu sekarang juga ! ayah ibu kamu harus segera diberitahu." "Eugghhh,... Mamah?,... sakit,... Mamaah, Auw,..." "Fuck." Namun sialnya, Lagi-lagi respon Luisa malah diluar ekspektasi Steve. Luisa kembali mengerang sambil membuka paksa dress-nya, bukannya menjawab atau memperhatikan pertanyaan dari Steve, Wanita tersebut malah melebarkan tangannya kearea bawah pria yang saat ini tengah mencengkram pundaknya. Air dingin disana juga sepertinya tidak cukup untuk mendinginkan tubuh Luisa. Kelakuannya masih belum berubah. Luisa masih tetap berulah. Dia tidak mempunyai rasa kapok setelah diabaikan oleh Steve, Steve pun hanya bisa meremas kasar surainya setelah dia tidak bisa lagi menemukan satupun jalan keluar untuk menangani Luisa. "Luisaaa,..." Namun ditengah-tengah kegelisahannya, dia tiba-tiba saja mengingat satu nama. Jalan satu-satunya sekarang hanyalah berbicara dengan Christ. Christ pasti bisa membantu permasalahannya saat ini. Dia pasti tahu berapa nomor telpon Alex atau minimal istrinya Alex-pun tidak masalah, asalkan Steve bisa menghubungi salah satu dari orang tua Luisa. Tanpa menunggu banyak waktu pun, sambungan tersebut segera dia sambungkan pada Christ. Seperti biasa Christ pada awalnya tidak mau mengangkat panggilan darinya. Pada saat diangkatpun hanya terdengar suara desahan dan rayuan Christ pada Maira. Rupanya mereka sedang b******u. Christ sedang menggoda istrinya, Maira-pun juga disana terdengar merespon. Mereka kembali sibuk dengan acara laknatnya, Sedangkan Steve hanya menjadi kambing conge. Disaat seperti ini, sahabat sialannya tersebut sama sekali tidak bisa membantunya. "b*****t. Malah gue dikacangin. Sialan kalian berdua." Bentaknya. Setelah itu terdengar bunyi, Tuuuttt,... Tapi bukan Steve yang menutup panggilan tersebut. Beberapa saat setelah Christ menutup sambungan dia mencoba untuk menghubungi Christ kembali. Luisa sudah kembali bangkit dari dalam bathtub-nya. Dia mulai menggerayangi d**a Steve lagi. Bibirnya terus menciumi area leher Steve, Sepertinya kesabarannya juga sudah habis, Luisa sudah menunjukan tanda-tanda yang lebih parah, Dia menempelkan tubuhnya yang basah didada Steve. "Dingin. Tolongin Luisa om ! sakit." Sialnya lagi Christ malah mematikan total ponselnya. Sekarang sudah tidak ada siapapun lagi yang bisa dia hubungi untuk dimintai pertolongan. Steve menggendong Luisa kembali kedalam kasurnya. Luisa menggeliat kesakitan seperti cacing tanah yang kehabisan napas karena tidak segera mendapatkan pertolongan dari Steve. "Oommm,... Sakit. Tolongin Luisa !. " "Sialan." Sudah seperti ini. Apakah dia harus membawanya kedokter saja ? Pihak rumah sakit pasti mengetahui jalan keluar dari permasalahan ini. Satu-satunya cara untuk menolong Luisa tanpa menyakitinya ya memang hanyalah dengan pergi kerumah sakit. Tapi yang menjadi masalahnya sekarang, Rumah sakit mana yang harus dia kunjungi ? Satupun alamat Rumah sakit yang ada dinegara ini tidak dia tahu dimana lokasinya ?. Namun tidak mau memperdulikan hal itu, Yang penting Luisa dapat segera ditangani, Steve-pun mulai melonggarkan kancing kemeja dilehernya. Benar-benar tidak ada lagi pilihan, saat dia berniat ingin menggendong Luisa. Sebelum tangannya benar-benar menyentuh pundak, Suara nada dering dari atas nakas tempat tidur Steve tiba-tiba saja berdering. Steve melihat, siapa nama pemanggilnya ?. 'Lusi' Calling ternyata. Dan di-jam segini ? Oh. iya dia lupa. Waktu antara Indonesia dan negara yang saat ini sedang dikunjunginya itu sangatlah berbeda. Jadi wajar saja jika wanita seksi tersebut menghubungi Steve saat ini. Tanpa menunggu banyak waktu-pun, Steve segera mengangkat panggilan dari kekasihnya. "Halo." Lusi ternyata sebelumnya sudah berkali-kali menghubungi ponselnya. Tidak ada jawaban malah tiba-tiba sambungannya terputus. Lusi disana mengalihkan panggilannya dari yang tadinya panggilan biasa menjadi panggilan Video. Steve mengumpat kasar tanpa dia sadari. Sudah dia repot dengan urusan Luisa, sekarang dia malah harus direpotkan lagi dengan tingkah Lusi yang tidak jelas. Kadang dia meminta diangkat dengan menggunakan telpon biasa, sekarang malah dia ingin melakukan panggilan video segala dengan Steve. "Halo Lusi, ada apa sebenarnya ? Aku sedang,..." Sialan,... Pada saat dia menatap layar, bukannya tampilan normal Lusi yang dia terima. Ada seorang laki-laki muda dengan wajah di-blur malah sedang merangkak dibawah kaki kekasihnya. Lusi disana terlihat jelas sedang tidak menggunakan busana apapun saat ini. Dadanya yang putih montok terlihat jelas dari layar ponsel milik Steve. Steve mengurut kasar salah satu alisnya. Ada apa lagi ini ?. Sedang apa juga mereka sebenarnya ?. Desahan mereka bahkan sampai terdengar kemana-mana. Tidak perlu dijelaskan lagi. Steve yang bukan orang bodoh pun tentu tahu, situasi apa yang saat ini sedang terjadi diantara mereka ?. Keduanya saat ini sedang bercocok tanam. Steve mengumpat kasar sebelum menyelesaikan panggilannya. "Bangsat." Setelah itu ponsel yang tidak berdosa-pun dia lempar ketika Lusi terlihat jelas begitu menikmati permainan lawan mainnya tadi. "Dasar wanita sialan." Bukannya mendapatkan bantuan atau pencerahan, malah dia yang jadinya dibuat emosi seperti ini. Lusi sepertinya tadi sengaja memanas-manasi dirinya. Wanita tersebut jelas memperlihatkan segalanya tadi. Jika memang tidak ingin berhubungan lagi dengan Steve, dia bisa mengatakannya secara langsung, dengan jalan yang baik-baik ! Bukannya dengan cara murahan seperti ini. Tidak sopan. Malah terkesan mempermalukan dirinya sendiri. Orang lain yang melihatpun pasti jijik, melihat wanita yang bisa melegalkan dirinya dengan pria manapun yang dia suka. Entah ini adalah hari sialnya atau bagaimana ? Kesabaran Steve benar-benar dikuras habis dinegara ini. Ditambah ada Luisa juga yang saat ini membutuhkan pertolongan. Wanita itu dengan manja menggelendoti kakinya. Steve membungkuk untuk menatap kearah wajah Luisa. Tangannya dia ulurkan pada dahi mulus tersebut. Suhu tubuhnya sudah semakin panas. Air dingin tadi rupanya menyebabkan Luisa demam tinggi hingga menggigil kemerahan seperti ini. "God, apa yang sudah aku lakukan ?." Niat awalnya dia yang ingin pergi kerumah sakit-pun Steve urungkan kembali karena melihat kondisi Luisa. Dia panik bukan main melihat kondisi tersebut. "Luisa kemari ! biar om gendong sebentar ya ! Tahan, oke ! Ups." Tanpa perlu ditanya lagi, Respon dari perempuan tersebut juga hanya bisa mengerang seraya mengeratkan pegangannya dibetis Steve. Steve mengulurkan tangan untuk menggendong Luisa. Luisa kembali dia jatuhkan diatas kasur. Entah setan laknat dari mana ? Saat keduanya sedang duduk saling bersebelahan, ketika Steve menatap bibir merah merona milik Luisa. Entah mungkin gara-gara efek dari dia melihat Lusi tadi, Ataukah memang Luisa-nya sendiri yang memiliki daya tarik kuat sehingga tanpa terasa-pun keduanya kini saling mendekat untuk saling memagut satu sama lain. Luisa mengikuti kemana pergerakan dari Steve. Agak kurang kompeten sedikit memang, Karena Luisa baru pertama kali ini berciuman dengan yang namanya lawan jenis. Semakin turun kebawah, Pandangan Steve langsung tertuju pada bongkahan putih kenyal yang tadi Luisa coba buka karena tidak nyaman dengan pakaiannya. Steve memegang kedua benda bulat tersebut. Baru disentuh responnya sudah kelabakan bukan main. Entah dia-nya yang mungkin terlalu sulit mengontrol diri ? Atau faktor dari Luisa-nya sendiri ? Pada menit selanjutnya. Tepat di-jam 00:00 malam. Steve resmi menggagahi Luisa. Dia mengambil hal paling berharga dari wanita tersebut. Dasarnya memang darah perawan dan gadis tidak perawan sangat jauh perbedaannya. Setelah Steve mencoba satu kali dari diri Luisa, rupanya pria tersebut tidak bisa berhenti dan mengontrol dirinya. Steve mengulanginya sekali lagi. Luisa kembali dibuat kewalahan. Dua kali tidak cukup, wanita tersebut kembali dia gempur, hingga Luisa lemas bahkan tidak sadarkan diri gara-gara kelakuan nakal dari Steve. "Maafkan saya ! Setelah ini saya janji, saya akan tanggung jawab." Namun perkataan itu berbanding terbalik dengan kelakuannya saat ini. Saat Lusi kembali menghubunginya Steve meninggalkan Luisa seorang diri. Lusi mengatakan kekecewaannya. Alasan kenapa dia melakukan hal tadi karena dia sakit hati dengan Steve. Steve terlalu cuek. Tapi dalam hati Lusi dia benar-benar mencintai Steve.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD