HANNAH "Edo." ucapnya ramah. Aku tersenyum menatapnya. Ada gurat tak nyaman yang terlihat jelas, tetapi Edo berusaha menyembunyikannya. Apa kira-kira yang dibicarakan Papa dengannya? Apa wajahnya yang mendung adalah akibat dari ucapan Papa? Atau hanya sebatas kegugupan? "Gue cowoknya Hana!" Aku terdiam. Beku seketika. Wajah Edo kini tak lagi mendung, tetapi berubah pias. Tonjolan di lehernya bergerak naik turun, dan dadanya tak bergerak, sepertinya ia bahkan berhenti menarik udara ke paru-parunya. Begitu kedua netranya bergerak turun, tak lagi menantang orang yang menjabat tangannya, aku tau bahwa aku harus segera menyelesaikan kesalahpahaman ini. Aku menolehkan wajahku, menatap cowok tengil yang duduk di sampingku. Ia melepas genggaman tangannya pada Edo seraya mencengir kepadaku