Adam dan Keysa saling bertatapan. Sebuah tanya yang tidak mampu di jawab oleh Adam. “Bukankah kamu yang menginginkan ini semua? Meninggalkan aku dan mengakhiri semuanya?” tanya Keysa dengan tatapan berkaca-kaca. Ia tidak ingin menangis. Namun air mata yang sudah mengantri di pelupuk matanya meluncur cepat begitu saja jatuh membasahi pipinya. Dengan cepat Keysa mengusap air matanya. Adam yang melihat Keysa menangis menjadi serba salah. “Aku memang tidak pernah melupakan tentang kita. Kamu tahu kan jika hubungan kita harus berakhir karena ibuku menginginkan aku menikah dengan wanita lain.” Keysa menganggukkan kepalanya cepat. “Ya ... Ya tidak usah dilanjutkan. Aku masih ingat rasanya terbuang sia-sia. Jika mengingatnya luka yang sudah kering ini akan terbuka menganga kembali.” Adam men