Grep! Sinta terhuyung saat seseorang secara tiba-tiba menarik tangannya yang hendak membuka pintu mobil. Lalu, memekik kesakitan ketika tubuhnya dihempaskan hingga membentur badan mobil. Netra yang dihiasi softlens berwarna coklat terang itu terbelalak saat mengetahui siapa pelakunya. Aliran darahnya seakan terhenti dan tubuhnya terasa kaku. "Berapa kali ku peringatkan, jangan berani menghindar apalagi mengabaikanku," desis Agung sambil mencengkram kuat pipi Sinta. "A–aku nggak menghindar, Gung." Sinta terbata dan suaranya tercekat. Perih mulai menjalar di pipinya. Sinta melirik ke kanan dan kiri. Berharap ada seseorang yang lewat dan bersedia menolongnya. Sayangnya, suasana parkiran sudah sepi. Sebab, ini sudah hampir pukul sepuluh malam. "Alasan!" desisnya tajam. Seraya mencengkra