LIMA

1830 Words
Ketika dia berada di rumah kedua orang tuanya. Justru dia salah jika menganggap bahwa makan malam itu akan digelar di sana. Makan malam itu dialihkan ke hotel tempat di mana mamanya pasti sudah merencanakan sesuatu. Apalagi ketika mamanya meminta akan membawa Elena pulang ke rumahnya. Beruntungnya dia membawa Kinar sebagai tamengnya kali ini. Jika tidak membawa Kinar, sudah dipastikan bahwa dia akan menjadi olokan mamanya. Dia juga pasti dijebak lagi oleh mamanya seperti waktu itu. Jika mengingat kejadian dulu, Argi benci hal itu. Dibandingkan dengan perempuan yang duduk disebelahnya, Argi jauh lebih terpaku melihat kecantikan Kinar yant begitu mempesona. Cantik, putih dan juga sangat bersih. Argi sendiri yang meminta agar gadis itu rajin perawatan ke salon agar tidak memalukan dibawa seperti sekarang ini. "Argi kan ini makan malam keluarga penting. Kok kamu bawa pacar kamu?" Baru saja mamanya terlihat hendak menyangkal. "Ah, iya ini calon mamanya Elena," seka Argi dengan cepat sebelum mamanya mengatakan bahwa Kinar merupakan pengasuh anaknya yang sudah sangat lama bekerja padanya. Untuk malam ini, tidak apa menganggap bahwa Kinar ini merupakan bidadari cantik yang sedang bersaing dengan gadis disebelah Argi. Karena sudah bisa dipastikan jika gadis yang ada disbelahnya itu pasti adalah calon istri Argi yang sudah disiapkan oleh keluarganya. Acara makan malam selesai, Argi yang dibiarkan bersama dengan perempuan bernama Alisya yang memang cantik dan juga kata mamanya bahwa gadis ini merupakan seorang model ternama. Tapi, Argi tidak tertarik sama sekali walaupun bentuk tubuhnya begitu indah dan bisa membuat b*******h. Tetap saja, Argi memilih Kinar jika memang dia ditakdirkan berjodoh dengan gadis cantik itu. sekalipun Kinar merupakan pengasuh, namun kasih sayangnya kepada Elena tetap yang terbaik. Apalagi Elena sering dia pergoki memanggil Kinar dengan sebutan mama. Berharapb bahwa gadis yang ada di depan Argi kali ini segera pergi. Sedangkan di sana. Kinar bersama dengan mamanya Argi sedang berbincang. "Kinar, kenapa Argi ajakin kamu?" "nggak tahu, Nyonya. Katanya dia nggak mau dijodohin," "Masalahnya dia udah lama banget jadi duda, Mama nggak mau kalau dia jadi duda lapuk," Kinar tertawa mendengar majikannya berkata demikian. "Nyonya kenapa sih ngotot banget jodohin dia?" "Saya dengar dia itu gay, Kinar. Saya nggak suka sama rumor itu. kalau kamu mau, ya udah sih nggak apa-apa juga kok. Tapi kamu harus kebal sama sikap dia yang sialan itu. saya sendiri sudah capek. Tapi untuk kali ini, biarin aja dia sama Alisya," "Nyonya, saya sadar diri kok cuman dari pengasuh," "Pengasuhnya Argi juga kan? Bukan hanya pengasuhnya Elena, tapi kamu ngasuh dua bocah sekaligus," Kinar hanya tertawa mendengarnya. Tapi inilah mamanya Argi yang tidak ingin mendengar rumor mengenai Argi yang gay itu terdengar terus menerus. Karena rumor itulah yang membuat beberapa gadis menolak dijodohkan dengan Argi. "Ya udah, kamu bawain minumannya ke sana!" Kinar sadar kalau dia ini memang kekasih bayaran. Dia memang dibayar oleh Argi melakukan ini, mama Argi juga tidak protes ketika dia ikut. Karena di sana ada Elena yang pasti memang butuh di jaga. "Thanks, Kinar," kata Argi sejenak yang menggenggam tangan Kinar. "Sayang di sini dong! Kamu mau ke mana?" Gombalan Argi lolos seketika itu. dia langsung membuat Alisya tidak nyaman dengan tingkahnya. Terlihat dari apa yang mereka lakukan barusan, yaitu Argi menggenggam dan mencium tangan Kinar. Dari kejauhan, mama Argi sudah mengepalkan tangannya dan memperlihatkan kekesalannya. Arti tidak peduli dengan itu semua. Ketika dia diberikan minuman oleh Kinar tadi. Dia membiarkan Kinar meminumnya karena sedari tadi Kinar sudah pasti sangat sesak dengan omelan mamanya. Dengan senang hati, Kinar meminumnya hingga tersisa setengah. Kemudian barulah Argi meletakkan gelas itu di dekat mamanya. "Kamu yang minum, kan?" Alis Argi terangkat sebelah. "Iya, memangnya kenapa?" "Nggak ada sih. Mama cuman mau mastiin kalau kamu yang minum. Soalnya tadi Mama kan sibuk main sama Elena," Oke, kali ini firasat buruk Argi rasakan ketika dia merasa bahwa ada yang tidak beres pada minuman itu. "Ma, aku sama Kinar pulang duluan ya," "Lho lho, kamu kok pulang? Nggak sama Alisya dulu!" Argi sudah tahu bahwa ini adalah jebakan yang dilakukan oleh mamanya sendiri seperti waktu itu. Pria itu menarik tangan Kinar dan mengajaknya pulang sebelum obat itu bereaksi dan membuat Kinar pingsan di sana seperti mamanya Elena dulu atau bahkan ingin bertelanjang di tempat sepi. Begitu mamanya bertanya bahwa dia yang meminumnya, Argi merasa bahwa dia akan dijebak dengan Alisya. Ketika dia berhasil membawa Kinar pergi dari sana. Elena juga akan tinggal bersama dengan mamanya untuk malam ini. Di perjalanan, raut wajah Kinar berubah menjadi sangat merah. Bahkan dress yang digunakan pun di sedari tadi berusaha dilepas. Sudah tidak salah lagi kalau ini merupakan obat perngsang yang dicampurkan oleh mamanya. "Kinar, kamu tahan ya!" "Pak, panas banget. Nggak apa-apa saya buka baju di sini?" Argi menggeleng, "Tahan kinar, kita sudah berada di depan kompleks. Bentar lagi bakalan sampai rumah kok," Ia melajukan mobilnya dengan sedikit kencang dan begitu gerbang terbuka secara otomatis begitu Argi menekan tombol pada remote yang dibawanya. Kinar segera keluar dari mobil begitu mobil berhenti. "Maafin Mama saya, Kinar," ucapnya begitu Kinar sudah jauh. Satu-satunya cara yaitu adalah dengan cara melampiaskannya sebelum Kinar benar-benar kesakitan. Saat Argi masuk ke kamar. Kinar menyalakan AC dan berbaring di tempat tidur sambil mengipas dirinya. Kali ini tidak akan ada orang lain lagi yang ada di rumah ketika malam hari selain mereka berdua. Pintu kamar Kinar tidak dikunci. Terlebih juga karena Argi kesal dengan mamanya yang membuat Kinar seperti itu dan beberapa kali terdengar keluhan bahwa dia kepanasan. Argi menutup pintu kamar Kinar dan menguncinya begitu dia masuk dan meliihat Kinar sedang ada di atas ranjangnya. "Maaf," hanya itu yang Argi ucapkan begitu dia menyentuh Kinar. "Ayo bangun!" Kinar bangun dan kemudian Argi mulai melancarkan aksinya. "Pak," "Kinar, ini obat perangsang. Itu yang kamu minum adalah obat perangsang yang dicampurkan sama Mama tadi. Kalau kamu nggak lampiasin, pasti sakit banget," Kinar terdiam saat Argi menjelaskan kemudian dia mencium bibir Kinar. Dibalas oleh Kinar dengan begitu kaku. Sama halnya dengan Argi yang tidak punya pengalaman untuk melakukan hubungan itu. Ketika Argi membuka dress yang digunakan oleh Kinar. Sempat Kinar menahannya. "Pak, nggak boleh," "Kinar, kalau saya bilang saya sayang kamu gimana? Ini bukan untuk hari ini saja. Alasan saya nggak pernah mau dijodohin karena kamu selalu ngerusak pikiran saya," Persetan dengan tatapan Kinar. Kali ini Argi justru terangsang juga begitu dia menurunkan dress Kinar. Begitu dia membuka kaitan bra tanpa tali itu. terlihat dengan jelas gundukkan yang bentuknya hanya satu genggam tangan Argi. Tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Argi mencium bibir Kinar dan perlahan turun ke leher. Turun lagi ke buah d**a Kinar dan berakhir di sana. Argi menikmati dan memainkannya dengan lidahnya. Suara desahan Kinar pun mulai terdengar begitu menggoda. Sangat menggairahkan untuk pria seperti Argi. Argi menarik, menyedotnya sehingga putingnya keluar dengan sempurna. Tanpa berhenti, Argi melahapnya lagi dan memainkannya dengan ujung lidah sehingga Kinar menarik kepalanya dan merasa bahwa Kinar sudah mulai menerimanya. "Akhhhh, Argi pelan-pelan!" Argi memberikan banyak tanda di sana. Sedikit saja dia mencium pasti akan ada tanda merah di sana karena Kinar yang begitu putih dan juga sangat menggoda. Bagus, ketika Kinar tidak memanggilnya dengan embel-embel 'pak' lagi ketika saat ini. Pria itu juga berhasil menurunkan celana dalam Kinar dan sejenak dia berhenti. "Kenapa, Kinar?" Kinar menggeleng, "Masih perawan," Argi menganggukkan kepalanya ketika dia melihat milik Kinar begitu bersih dan sangat terawat. Dia mencium kening Kinar lalu melanjutkan aksinya. Dia memainkan miss v Kinar dengan tangannya dan dia masih sibuk mencium Kinar dan sesekali meremas d**a Kinar hingga gadis itu mengerang dan sudah tidak tahan lagi. Argi merasakan sesuatu basah dibawah sana dan kali ini merasa bahwa Kinar sudah sangat terangsang dan sudah bisa dia sentuh. Argi menanggalkan semua pakaiannya dan tidak ada sehelai benangpun. Kinar menghadap ke arah lain begitu dia melihat milik Argi sudah berdiri tegak dan sudah siap untuk menerobos miliknya. Kinar menutup miliknya dengan tangannya, Argi dengan segera menyingkirkan tangan Kinar karena nafsunya sudah berada diujung ubun-ubun. Apa pun yang terjadi, dia akan tanggung jawab. Bukan karena itu saja, dia sudah menaruh perasaan sudah lama. Tapi entah kenapa perempuan itu tidak pernah peka terhadapnya sampai sekarang. Barangkali, dengan kejadian ini. Kinar lebih menghargainya dan mengurungkan niatnya berhenti bekerja di sana. Saat Argi menggesek-gesekkan miliknya, Kinar sudah terlihat tidak tahan lagi dan perlahan, Argi memasukkan miliknya. Kinar meringis kesakitan, jangankan Kinar. Argi juga merasa miliknya diremas karena milik Kinar begitu sempit. Ditambah lagi ketika beberapa kali dia mencoba menerobos tapi tetap tidak bisa.  Argi mencium bibir Kinar dan tetap milik mereka masih berusaha dia satukan. Hingga saat dia mencium Kinar dengan sedikit lumatan. Milik Argi masuk sempurna hingga Kinar memeluknya dengan begitu erat. "Sakit," Kinar menangis dan pria itu menciumi pipi Kinar dengan lembut. Perawan, sedangkan dia adalah seorang duda. Apakah ini suatu keberuntungan bagi Argi. Mendapatkan perawan Kinar dengan cara seperti ini. Tapi, bagi Argi bukan karena nafsu semata. Tapi dia memang sayang kepada Kinar sudah sejak lama. Ketika itu, dia menarik miliknya dan melihat ada bercak darah yang menempel pada kejantanannya. Benar, bahwa Kinar memang perawan. Perlahan, dia memaju mundurkan miliknya sehingga Kinar meringis kesakitan dan memeluknya lebih erat lagi dibandingkan yang tadi. Kinar bangun dengan tangan yang memeluknya begitu erat. Bagaimana mungkin semalam Argi bisa menyentuhnya empat kali dan tetap melakukan pelepasan di dalam. Kinar yang harusnya bisa menolak justru membuka dengan lebar pahanya ketika Argi melakukannya untuk terakhir kali. Kinar tidak mau munafik, dia sudah jatuh hati kepada majikannya. Begitu Argi mengatakan bahwa dia juga menyayangi Kinar. Rasanya tidak ada penyesalan di dalam diri Kinar. Sekalipun dia melepaskan keperawannya karena obat perangsang sialan itu. Dia berbalik dan menatap pria yang hidungnya mancung, alis lebat dan juga bulu mata lentik. Perlahan, pria itu membuka matanya. "Morning sayang," sapa Argi yang membuat wajah Kinar bersemu. Ketika dia hendak bangun dari tidurnya, Argi menariknya. Rasa sakit di tubuh Kinar benar-benar menyakitkan. Badannya terasa remuk karena semalam mereka bercinta dengan panas. Kinar juga ingat bagaimana dia membiarkan Argi terus menyentuhnya. Saat dia hendak bangun, tubuhnya dikunci dan di tindih oleh Argi. "Aku mau mandi, capek," Lehernya diciumi habis-habisan. Darah di selangakangan Kinar saja belum dibersihkan karena percintaan mereka yang sangat panas. Ditambah lagi kali ini Argi ingin mencumbunya lagi. "Kamu milik aku, Kinar. Jadi jangan menolak ketika aku mau berhubungan seperti ini," "Sejak kapan?" tanya Kinar dengan nada protesnya. "Sejak saat ini," Kinar yang hendak menolak tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang penuh dibawah sana. Tidak perlu waktu lama untuk penyatuan mereka. Argi benar-benar sangat gila dan kali ini Kinar bisa melihat dengan jelas milik mereka menyatu. Apalagi dia dengan kesadaran yang penuh ketika melakukan ini dengan Argi. "Aku takut," "Kenapa? Kamu takut hamil?" Kinar menganggukkan kepalanya. Tapi ada sedikit kenikmatan di sana sekalipun sisanya adalah rasa sakit karena dia belum terbiasa dengan hubungan itu. bodoh adalah ketika dia melakukannya dengan duda anak satu itu. Argi menyangga tubuhnya dengan kedua lengannya yang ada di sebelah kiri dan juga kanan Kinar. Iramanya pun perlahan membuat Kinar menikmati itu semua. "Aku sayang kamu, Kinar. Aku sudah lama menginginkan kamu seperti ini. Dibawaku, ketika kita bercinta. Bukan hanya untuk nafsu, tapi juga untuk jadi mama Elena," Kinar memperhatikan miliknya yang terus dipompa oleh Argi. Begitu Argi berhenti sejenak, pria itu langsung memegang kedua pinggangnya dan mempercepat iramanya. Kinar merasakan sensasi yang luar biasa ketika Argi berhenti dan dia merasakan ada sesuatu yang hangat di dalam sana sedang ditumpahkan oleh Argi. Ini adalah percintaan yang kelima. Apa ini yang dimaksud dengan mama pria itu bahwa Argi sudah terlalu lama berpuasa untuk menyentuh perempuan. Argi melepaskan miliknya dan Kinar menarik napas dalam-dalam. "Kinar, kamu mau jadi Mama tiri Elena?" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD