"Kamu mau bicara apa, Sam?" Wiryo bertanya ketika malam itu, Samantha meminta waktu untuk bicara. Masih seputar masalah yang sama. Wiryo tampak tak ingin memaksakan, tapi Samantha sendiri memahami beliau tampak kecewa dengan kondisi yang ada. "Aku cuma pengen dengar pendapat Papa. Apa pun keputusan Papa, aku akan terima. Papa ngerti maksudku, kan?" tanya Samantha dengan binar teduhnya. Wiryo tersenyum tipis, lalu mengusap pelan pundak menantunya ini. "Tentu papa kecewa, Sam, tapi apa yang bisa kita lakukan? Semua ini takdir. Hanya cobaan untuk memperkuat rumah tanggamu. Akira mencintaimu. Perpisahan bukanlah pilihan yang harus kalian ambil." Samantha menggeleng, lantas menggenggam erat jemari tua pria ini. "Jangan terlalu baik padaku, Pa! Aku terbebani dengan semua ini. Tolong, katakan