Alexander menjentikkan diri, mengusir Samantha dari ruangannya hanya dengan kode perintah jarinya saja. Samantha menahan amarah dengan rahang mengetat, lalu membawa berkas tersebut ke ruangannya. Han menyambut dengan raut heran, lalu Samantha membanting kasar berkas di atas meja. “Apa lagi ini?” tanya Han, lalu meraih berkas tersebut untuk dibacanya. “Hukuman mati!” Samantha mendengkus kesal, lalu meletakkan dagunya di atas meja. Belum ada sahutan sampai Han menyelesaikan bacaannya. “Jadi apa ini? Alex ngasih proyek ini ke lo?” Samantha mengangguk, lalu mengurai napas gusar. “Gila nggak, sih, dia? Dia minta gue ikut laga tender. Kalau kalah, gue akan dipecat atau dimutasikan ke Lombok. Kalau nggak mau ambil proyek ini, detik ini juga gue harus cabut. Selamanya.” Han masih memandangi