Bab 16: menemukan titik terang

1200 Words
Kevin tengah menatap lampu kamar di rumah Adi, pikirannya melayang ke arah obrolan dengan sang ayah buntut dari permasalahan dengan Adi. Kevin berada di kamar milik Adi dan sedang berdiskusi masalah informasi yang mereka dapatkan, Kevin sendiri sedari tadi sudah membuka obrolan terutama obrolannya dengan sang ayah lewat telpon sebelum mereka berangkat ke Malaysia. Pembicaraan dengan Kevin tadi malam tidak berjalan dengan lancar. Kevin dengan praduga nya sedangkan Adi dengan pikiran positif nya yang tidak mempercayai bahwasanya kematian kedua orang tuanya melibatkan keluarga besar yang selama ini telah berjasa dalam hidupnya. Saat ini Adi tengah berleha-leha setelah memutuskan untuk tidak masuk sekolah, sedangkan kevin sendiri sudah pergi entah ke mana sejak tengah malam tadi, niat pemuda itu menemaninya tidur ternyata tidak terlaksana karena permasalahan berbeda pendapat. "Kenapa Kevin yakin banget kalau kakek dan yang lainnya terlibat dalam kecelakaan ayah sama bunda?" Batin Adi bertanya-tanya. Karena sangat tidak mungkin Kevin ngotot tanpa ada nya bukti yang pemuda itu ketahui. Sedangkan Kevin sendiri saat ini tengah berada di rumah milik kedua orang tuanya, meski rumah itu kosong lantaran ayah ibunya menetap di negara tetangga sejak ia lulus sekolah menengah pertama. Tapi rumah selalu dalam keadaan bersih lantaran ada petugas kebersihan yang memang bekerja paruh waktu di rumah nya . "Assalamualaikum." Sapa Kevin begitu panggilannya terhubung dengan orang di seberang sana. "Waalaikumsalam. Kenapa?" Kevin terdiam sejenak, ia tampak ragu untuk menginfokan permasalahan yang sedang Adi dan ia hadapi saat ini. "Yah, ada yang mau lebih obrolin." Ayah Kevin yang berada di seberang sana hanya diam menunggu putranya yang berbicara. "Kecelakaan yang dulu menimpa ayah dan orang tua Adi, apakah murni kecelakaan?" Cukup lama Kevin menunggu jawaban dari sang ayah, hingga lima menit berlalu pria itu masih bungkam seolah ragu untuk menceritakan nya. "Yah,"panggil Kevin ulang. "Kenapa kamu tiba-tiba tanya ini, ada apa?" "Gak ada apa-apa. Kevin hanya ingin tahu." Jawabnya bohong. Jika ia jujur maka yang besar kemungkinan ayahnya akan menyangkal dan enggan memberinya informasi. "Itu murni kecelakaan, jadi gak usah dicari tahu lagi. " Kevin menggeleng tanpa sadar, menolak pernyataan sang ayah yang mengatakan jika kecelakaan yang pernah dialaminya adalah murni kecelakaan tanpa unsur-unsur di sengaja. "Yah, kevin tahu ayah bohong. Kecelakaan itu bukan kelalaian atau emang murni kecelakaan kan? Ada yang berkonspirasi di dalamnya?" "Ngarang kamu, konspirasi apa? Dah lah, makin aneh saja kamu. Ayah tutup dulu telponnya, mau lanjut kerja, assalamu-..." "Yah, Adi mengalami hal aneh tentang kecelakaan itu dan juga berkas perkara kecelakaan itu ada yang tidak beres, Kevin dengan Adi yang memastikannya. Beberapa hari ini Adi mengalami hal aneh yang mungkin secara logika ayah gak bakal percaya. Tapi itulah kenyataannya yang membuat kami berdua memutuskan mencari tahu ada apa sebenarnya dengan kecelakaan itu." Potong Kevin sebelum ayahnya memutuskan sambungan telpon. Ayah Kevin yang berada di seberang langsung terdiam mendengar penuturan sang anak yang menyiratkan sesuatu. "Hal aneh seperti apa yang kamu maksud?" "Beberapa hari belakangan ini, setiap Adi memejamkan matanya maka akan secara langsung berada di alam mimpi yang keadaannya berbanding terbalik dengan sekarang. Seperti Adi yang benci keluarga pamungkas bahkan sampai misteri kecelakaan yang terjadi waktu itu. " "Bisa aja itu hanya mimpi biasa, Kevin. Jangan melebih-lebihkan." "Tapi semua itu nyata, Yah. Setiap Adi terluka di dalam mimpi itu, maka di saat ia bangun luka itu akan muncul dan menjadi nyata. Bahkan Adi sudah menerima puluhan luka yang bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri." "Itu gak mungkin, kamu jangan coba-coba buat bohongin ayah cuma gara-gara ingin mencari tahu kecelakaan tiga belas tahun yang lalu itu." Kevin berdecak kesal, kenapa ayahnya ini sangat susah sekali untuk percaya dengan yang terjadi pada Adi sebenarnya. Ini sudah menyangkut kehidupan Adi yang tak lain dan tak bukan adalah keponakan tersayang kedua orang tuanya. Bahkan sayang ayah nya kepada Adi melebihi sayang kepada dirinya. Jika dengan ia sang ayah akan keras, maka dengan Adi kebalikannya. Ayahnya itu akan sangat lembut dan tidak pernah memarahi Adi sesalah apa pun pemuda itu. "Kevin udah kirim foto ke ayah, silahkan dilihat. Ayah pasti kenal Adi bagaimana orang nya, tidak mungkin memiliki musuh Yang ganas bahkan jika dipikir Adi seperti seorang mafia yang memiliki musuh siap membunuhnya kapan saja. Ayah mau tahu apa yang lebih aneh lagi? Adi gak merasa kesakitan dengan luka itu. Sebesar dan sedalam apa pun lukanya, apa ayah gak penasaran sama apa yang terjadi kepada Adi?" "Ayah bukan gak penasaran, tapi itu semua di luar nalar dan logika." "Yah, semua kejadian pasti memiliki sebab, dan juga semua yang dialami Adi seolah tengah menyampaikan sebuah pesan tersirat tentang kecelakaan itu. Kenapa di dalam mimpi yang terus berlanjut itu Adi sangat membenci keluarga pamungkas, dan selalu menuduh kakek, om dan tante terlibat dalam kecelakaan itu yang artinya ada konspirasi di dalamnya." Ayah Kevin terdiam, hingga membuat Kevin mengambil tindakan melakukan panggilan video agar ia bisa melihat raut wajah sang ayah. Menunggu cukup lama agar menerima panggilan yang dialihkan Kevin ke video. Begitu wajah sang ayah terpampang, Kevin dengan cepat melihat raut wajah yang tampan termenung dengan mata memerah itu. Seketika Kevin panik lantaran melihat jika ayah nya hendak menangis, hal yang sangat jarang sekali terjadi. "Yah, kenapa?" "Setiap bicara mengenai kecelakaan itu, ayah selalu merasa bersalah kenapa gak ayah aja yang nyetir? Kenapa gak ayah aja yang berada di posisi kiri? Seharusnya ayah ikut di dalam kecelakaan itu." Kevin memilih diam, sebenarnya ia ingin menyanggah karena bagaimana pun setidaknya ia bersyukur ayahnya masih berada di dunia yang sama dengannya. Ia tidak me jadi yatim sejak kecil, jahat memang tapi sebagai anak ia bersyukur atas itu. "Itu bukan salah ayah," ujar Kevin mencoba untuk menyadarkan sang ayah yang jika mengingat kecelakaan itu maka akan bertingkah panik. "Itu salah ayah, harusnya ayah cegah pergi malam itu, ayah sudah tahu ada yang tidak beres lantaran ayah mendengar obrolan beberapa orang di dalam ruang kerja." Kevin terkejut, ia menajamkan pendengarannya. "Beberapa orang yang merencanakan semua itu, bahkan keluarga yang saat ini bertingkah seolah menyayangi Adi dengan tulus padahal memiliki niat lain. " "Siapa orang itu, Yah? Siapa yang sudah bekerja sama dalam kecelakaan itu?" Tanya kevin tidak sabaran. "Dia orang yang sama dengan kecelakaan yang dialami oleh ibu beberapa bulan yang lalu. Yang jelas semua kejadian ini tidak ada melibatkan kakekmu di dalamnya. Dia adalah-..." Tut... Tut... "ARGHHH! s**t! kenapa harus habis daya sih lagi genting begini. Ayah juga kelamaan ngomong nya." Kevin selesai bercerita tentang apa yang sebenarnya ia ketahui, hanya saja informasi yang ia dapat belum jelas sama sekali. Masih sekedar tahu jika kecelakaan itu bukan murni kecelakaan biasa melainkan ada konspirasi lain di dalamnya. Kevin menatap Adi yang terdiam. Mereka telah sampai di rumah sejak pagi tadi, sekarang sudah masuk tengah malam namun keduanya belum memiliki niat untuk tidur. "Gue bakal bantu elu, Di. Jangan khawatir. Masalah ini bakal selesai gue jamin itu.'" Adi yang berada di hadapan Kevin hanya terdiam setelah mendengar cerita sepupunya mengenai kecelakaan itu. Dan semakin mendapatkan titik terang yang semoga saja ia bisa mengungkap kasus ini dengan cepat dan berhasil Kevin menghela nafas pelan, rumah ini terasa sangat sepi, terlebih lagi ketika tengah malam hari seperti ini. ia menatap ke sebelah kanan nya dan mendapati Adi yang tertidur dengan wajah yang super super lucu, mungkin jika orang lain yang melihatnya akan terkekeh geli. "Gue janji bakal selesaikan semua, Di."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD