5. Keira Pakai Tank Top

1381 Words
POV KEIRA Aku mulai berjalan ke luar untuk pulang dari sekolah ketika aku merasakan ponselku berdering. Sejak di kelas, aku menyetelnya ke mode silent. Ketika aku mengeluarkannya dan melihat bahwa itu adalah mama. “Hallo, Ma? Ada apa?” tanyaku begitu sambungan telepon di antara kami saling terhubung satu sama lain. “Sayang, mama tidak bisa menghubungi kakakmu, jadi kau harus memberitahunya, mama akan pulang malam ini dan kalian berdua sendirian untuk makan malam.” Mama bekerja sebagai asisten administrasi untuk ayahnya Adam. Ketika Adam pindah ke sini 7 tahun yang lalu, dia tidak hanya membawa Kevin pergi dariku, tapi ayahnya juga membawa mama. Mama bekerja berjam-jam, jarang berada di rumah. Ketika aku mengeluh pada mama tentang Adam dan ejekannya, dia berkata, tidak banyak yang bisa dia lakukan. Anak laki-laki akan tetap menjadi anak laki-laki. Kemudian dia menambahkan jika dia mengadu pada bosnya tentang putranya, itu bisa membuatnya mendapat masalah. Ternyata memiliki banyak pengaruh di hidupku. Aku tidak bisa lepas dari anak itu. Dia telah mengambil semua orang yang seharusnya peduli padaku. Entah bagaimana, mereka lebih peduli padanya dibandingkan aku. “Baiklah, Ma. Aku akan memberitahu Kevin,” jawabku karena tak memiliki pilihan lain. “Sayang, saat mama pulang nanti malam, mama ingin berbicara denganmu dan Kevin. Jadi pertemuan keluarga sekitar jam 7.30 malam ini, oke?” ungkap Mama yang sambungannya masih tersambung denganku. “Ma, semuanya baik-baik saja, ‘kan?” Tentu saja aku bertanya demikian karena mama sebelumnya tidak pernah mengadakan pertemuan keluarga seperti ini. “Ya, hanya saja kita perlu bicara. Akan ada perubahan kecil dalam pekerjaan mama dan kita perlu mengadakan pertemuan keluarga.” Katanya, lalu menambahkan. “Mama harus pergi, tolong beritahu Kevin, Mama akan menemuimu malam ini jam 7.30, ok? Sampai jumpa.” “Ok, sampai jumpa,” jawabku, sambil memutuskan sambungan telepon. Sekarang tugasku adalah harus mencari Kevin. Aku tahu di mana dia berada, mungkin di lapangan sepak bola bersama Adam. Kevin dan Adam adalah pemain bintang di tim sepak bola sekolah. Begitulah cara mereka berteman, kecintaan mereka bermain sepak bola. Suatu hari di lapangan sepak bola, menendang bola adalah awal dari “bromance” mereka. Aku turun ke lapangan sepak bola dan melihat mereka sedang berlatih. Aku harus mengakui bahwa kakakku memang hebat, dia jelas memiliki kemampuan atletis di antara kami berdua. Sedangkan aku? Aku tersandung saat mencoba berlari dan menendang seperti itu. Saat kecil tak sedikit pun aku absen saat pertandingannya. Dia sering mengatakan bahwa aku adalah suporter terbaik yang dia miliki. Ketika Adam masuk ke dalam kehidupan kami, aku akan pergi ke pertandingan mereka dan aku benar-benar mendukung mereka berdua. Untuk bulan pertama setelah bertemu Adam, aku pikir mungkin kami bertiga seperti 3 musketeers karena kami melakukan semuanya bersama-sama. Hal itu hanya berlangsung selama satu bulan dan kemudian hanya ada mereka berdua. Tak lama setelah itu aku berhenti pergi ke pertandingan Kevin dan Adam. Siapa yang butuh adik yang memalukan berkeliaran di lapangan sepak bola. Itulah yang dikatakan Kevin, “Aku memalukan baginya.” Pelatih meniup peluit dan para pemain menghampiri bangku cadangan untuk mengambil air minum. Sekarang adalah kesempatanku, aku menarik napas dalam-dalam dan menuju pagar dekat bangku cadangan. “Kevin!” Aku berteriak padanya, “Aku ingin bicara denganmu sebentar.” Dia menatapku dengan tatapan bingung. Dia tahu aku tidak akan berada di sana jika itu tidak penting. Aku melihat dia sedang berbicara dengan Adam dan akhirnya dia berjalan ke arahku. Saat dia mendekatiku, tiba-tiba dia berhenti dan menyadari bahwa aku hanya mengenakan tank top dan celana jins. “Keira, apa yang kau pakai?” Dia berseru dengan keras, membuat yang lain menoleh dan menatapku. Wajah saya memerah karena malu dengan kata-katanya dan semua orang sekarang melongo melihat saya. “Tentu saja aku memakai baju. Sudahlah, aku hanya ingin berbicara hal penting padamu,” jawabku penuh penekanan pada Kevin. “Siapa yang tahu gadis tunawisma itu sebenarnya memiliki melon di balik baju itu.” Aku mendengar salah satu dari mereka berkata. “Diam Colt, itu adikku!” teriak Kevin dan menghampiri tempatku berdiri di dekat pagar. Tunggu, apakah Kevin benar-benar menyuruh temannya untuk diam? Dia benar-benar membelaku dan tidak mengolok-olokku? Sungguh langka. “Ada apa?” Kevin bertanya. “Mama meneleponku, dia tidak bisa menghubungimu. Dia akan terlambat malam ini dan kita harus makan malam sendiri, tapi dia juga bilang kita akan mengadakan pertemuan keluarga saat dia pulang jam 7.30 malam ini.” Semua yang mama katakan aku ulangi kembali di hadapan Kevin. “Apa Mama baik-baik saja?” Sama sepertiku sebelumnya, tentu Kevin juga merasa kalau ini adalah hal yang aneh. “Hanya itu yang Mama katakan padaku tadi,” balasku singkat. Saat itu Adam berjalan untuk berdiri di samping Kevin dan berkata padanya, “Kevin, kau baik-baik saja? Waktunya untuk kembali ke sana.” “Ya, aku baik-baik saja, Kiera, cepat pakai baju, ada banyak orang di sekitar sini!” Katanya, sambil berbalik untuk kembali ke lapangan. Adam diam sejenak, menatap, lalu berbalik dan kembali ke lapangan. Kenapa Adam menatapku seperti itu? Apa-apaan ini? Apa benar yang dikatakan Jaime kalau Adam terpesona dengan lekuk tubuhku? Aku tidak bodoh, aku tentu paham kalau p******a membuat pria menjadi sangat b*******h. Aku juga tahu jika kalian memiliki p******a yang besar, kalian juga akan diolok-olok. Aku sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut. Merasa kalau tidak ada lagi alasan untuk tetap tinggal di sini aku pun memutuskan untuk pulang. *** POV ADAM Kami sedang berlatih melakukan beberapa estafet dengan bola sepak saat pelatih akhirnya meniup peluit untuk memberi kami waktu istirahat. Aku menuju ke bangku cadangan sepak bola untuk mengambil air minum bersama anggota tim lainnya. “Kevin!” Aku mendengar dengan jelas seseorang berteriak. Aku menengok dan melihat saudara kembar Kevin, Keira, melambaikan tangan dan berkata, “Aku ingin bicara sebentar denganmu.” Kevin menoleh ke arahnya dan berkata padaku, “Apa yang dia inginkan?” “Aku mana tahu, lebih baik kau menghampirinya sebelum salah satu dari mereka melakukannya,” kataku pada Kevin. Dia pergi ke pagar untuk berbicara dengannya. Sambil meneguk air, Colt menghampiriku dan berkata, “Mengapa tunawisma itu ada di sini?” “Entahlah, mungkin dia ingin meminjam pakaian Kevin. Mungkin masih muat untuknya.” “Pakaian Kevin yang dipakaikan padanya akan lebih baik daripada tas besar yang dia pakai sekarang.” Colt tertawa. Aku tersenyum, itu adalah salah satu lelucon yang aku dan Kevin lakukan pada Keira saat kami berusia 13 tahun. Saat itu dia mulai mengenakan atasan yang sangat besar dan memang kebesaran. Kami pikir karena dia memakai baju besar seperti tenda, dia seharusnya memakai kantong s****h karena dia terlihat seperti tunawisma. Para tunawisma cenderung mengenakan semua pakaian yang bisa mereka dapatkan, tidak peduli ukurannya. Seperti itulah yang terlihat pada pakaian Keira. Dia memakai apa pun yang besar yang bisa dia dapatkan. Jadi kami mengisi lokernya dengan berbagai kantong s****h dengan catatan bahwa itu adalah pakaian barunya. Keira tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hal itu. Tidak lama setelah lelucon itu, julukan tunawisma pun mulai disematkan padanya, dan dia mulai diejek tentang belanja di toko barang bekas. Empat tahun kemudian, dia masih memiliki julukan itu. Beberapa orang menghampiri Kevin untuk melihat mengapa dia meneriaki adiknya. Colt kembali ke bangku sambil tertawa, “Kevin sebenarnya mengakui bahwa tunawisma itu adalah adiknya. Tidak mungkin aku akan mengakui hal itu dengan lantang pada siapa pun! Dia punya nyali.” “Sebaiknya aku menyelamatkan Kevin. Sepertinya gelandangan itu tidak akan pergi dalam waktu dekat,” ucapku pada Colt sebelum beranjak pergi. Aku berjalan ke tempat Kevin berada dan berkata, “Kevin, kau baik-baik saja? Sudah waktunya untuk kembali ke lapangan.” “Ya, aku baik-baik saja, Kiera, pakai pakaianmu, ada banyak orang di sekitar sini,” kata Kevin memperingatkan. Aku menoleh ke arah Keira dan melihat dia tidak mengenakan baju kebesarannya seperti biasa. Kenapa dia memakai tank top? Tidak heran Kevin mengatakan bahwa dia perlu mengenakan pakaian. Keira tidak pernah mengenakan pakaian seperti itu biasanya. Kevin berbalik untuk pergi, tapi aku terus memandangi tank top Keira. Colt benar, Keira memang memiliki p******a yang bagus, dia harus lebih sering memamerkannya. Aku berbalik dan menyusul Kevin dan bertanya, “Ada apa tadi?” “Pertemuan keluarga. Mama ingin bicara dengan kami malam ini,” jawan Kevin tanpa ragu. “Mungkin tentang ayahku dan perjalanan bisnis yang harus dia lakukan. Ayo kita kembali berlatih sebelum pelatih datang ke sini,” kataku pada Kevin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD