Tujuh tahun sebelumnnya ....
Kevin dan Keira adalah anak kembar. Hampir seluruh hidup keduanya, mereka habiskan seperti seorang sahabat. Mereka seperti tidak terpisahkan, di mana ada Kevin di situ juga ada Keira.
Keduanya memang adalah saudara kembar, tapi tetap saja mereka memiliki perbedaan satu sama lain. Jelas terlihat kalau Kevin adalah seorang lelaki dan Keira adalah perempuan, segala sesuatu dalam kehidupan mereka berdua sangat bertolak belakang.
Kevin tinggi, ramping, atletis, serta ramah sedangkan Keira pendek, gemuk, pemalu, terkadang bodoh.
Kevin mudah berteman, sedang Keira kesulitan untuk melakukannya. Namun bagi Keira, itu bukan masalah besar. Dia memiliki saudara laki-lakinya, sahabatnya, dan hanya itu yang dia butuhkan pada usia 10 tahun.
Keira dan Kevin adalah bagian tak terpisahkan, di mana Kevin di situ juga pasti ada Keira. Saat Kevin bermain sepak bola maka Keira adalah suporter terbaiknya. Kevin selalu mendorong adiknya untuk mencoba berbagai hal, meskipun dia tidak pandai dalam hal itu. Mereka selalu bisa menjaga satu sama lain.
Keduanya berasal dari keluarga dengan orang tua tunggal. Ibu mereka selalu bekerja, jadi Kevin dan Keira sering sendirian. Itulah salah satu alasan mereka selalu bersama.
“Kevin, aku ingin pulang!” rengek Keira pada kakaknya.
“Tenanglah, Keira! Aku ada janji dengan anak baru bermain sepak bola,” kata Kevin sambil bermain bola.
“Ini sangat membosankan.” Keira gusar dan duduk di tanah.
Kevin memutar bola matanya, merogoh saku celana pendeknya, mengeluarkan sebatang granola. Dia menghampiri, memberikannya pada adiknya.
“Ini, makanlah! Ini akan membuatmu bahagia.” Kevin masih berusaha keras untuk membujuk sang adik mau menuruti keinginannya.
Mata Keira langsung saja berbinar saat dia mengambil granola itu. “Oh, selai kacang! Kesukaanku! Terima kasih, Kevin!”
“Jadi kapan anak baru itu datang, hmm?” Keira bertanya sambil menyantap granola bar.
“Aku rasa sebentar lagi dia akan datang.” Kevin berkata, sambil melihat ke arah pintu gerbang lapangan sepak bola.
“Jadi, dia bermain sepak bola juga?” Lagi-lagi Keira bertanya Kevin.
“Katanya sih di sekolahnya yang lama dia juga bermain sepak bola,” jelas Kevin.
Tak butuh waktu lama kini anak 10 tahun mendekati si kembar. Keira menatap anak laki-laki itu dan sedikit tersipu. Anak itu sangat lucu. Dia mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Rambutnya berwarna coklat tua dan sedikit berantakan.
“Hei?!” ucapnya sambil terus mendekati Kevin dan Keira.
“Hei, Adam ini saudara kembarku, Keira.” Kevin menoleh dan berkata, “Keira, ayo berdiri dan kenalan dengan Adam.”
Keira bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah anak-anak itu. Ketika dia melihat anak laki-laki itu dengan lebih baik, dia melihat anak laki-laki itu memiliki mata hijau dengan bulu mata yang panjang.
Dia benar-benar lucu! Keira berharap anak itu akan menyukainya dan Kevin. Dia tidak keberatan bergaul dengan anak laki-laki yang lucu ini.
Saat Keira melihat bulu mata anak laki-laki itu, Keira berkata, “Bulu matamu sangat panjang untuk ukuran anak laki-laki.”
Anak laki-laki itu tersipu malu dan berkata, “Ya, aku memang memiliki itu.”
“Keira, itu bukan hal yang baik untuk dilakukan. Adam, maafkan dia. Dia memang suka bicara tanpa filter.”
“Maafkan aku, tapi bulu matamu memang bagus.” Keira mencoba menjelaskan dirinya sendiri.
“Keira, diamlah sekarang! Kenapa kau tidak pergi ke sana dan duduk sementara kita bermain bola,” kata Kevin memberikan instruksi.
“Adikmu tidak ikut bermain?” Adam bertanya pada Kevin.
“Tidak, dia tidak suka olahraga. Bahkan, jika dia mencoba menendang bola, dia hanya akan terjatuh saat mencobanya.” Kevin menjelaskan kepada Adam.
Keira tersenyum kepada anak laki-laki itu dan kemudian berjalan ke rumput di sisi lapangan dan duduk. Dia sangat lucu. Sepertinya dia tidak banyak bicara, pikir Keira dalam hati.
Setelah beberapa saat, anak laki-laki itu kembali menghampiri Keira.
“Permainan boleh juga ternyata,” puji Kevin kepada Adam.
“Ya, tentu saja karena aku memiliki dua kakak laki-laki yang akan mengajariku berbagai trik,” balas Adam pada Kevin.
“Ah? Kau juga punya saudara? Apakah kalian dekat seperti aku dan Kevin?” Keira bertanya kepada Adam.
“Tidak, aku tidak sedekat itu dengan kakakku. Aku kesepian dengan itu,” jelasnya.
“Kalian harus mencobanya! Aku dan Kevin melakukan segala sesuatu bersama-sama. Dia adalah saudara terbaikku!” Keira tersenyum pada Adam.
Adam menoleh ke arah Kevin sedang Kevin hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya. Adam mengangguk-anggukkan kepalanya saat dia mengerti percakapan diam-diam antara dia dan Kevin.
Satu bulan pun berlalu ....
“Kevin! Aku tidak mau pergi ke bioskop!” Keira merengek.
“Adam dan aku ingin menonton film Marvel yang baru dan kau tidak boleh di rumah sendirian,” kata Kevin.
“Jika Adam ikut, yang terpenuhi hanya keinginan kalian berdua, lalu bagaimana denganku?” tanya Keira.
“Keira, aku ingin berkumpul dengan teman-temanku, kenapa kau tidak mencari teman yang bisa diajak berkumpul juga?” Kevin bertanya padanya.
“Jadi kau tidak ingin denganku lagi?” balas Keira atas apa yang ditanyakan Kevin sebelumnya.
“Keira, aku menyayangimu. Kau adalah adikku, tapi terkadang aku juga mau memiliki duniaku sendiri. Itu sebabnya aku pikir kau perlu mencari teman untuk melakukan banyak hal,” jelas Kevin dengan tenang.
Bel yang berbunyi, membuat Kevin sadar kalau itu adalah Adam. Sehingga Kevin langsung saja membukanya.
“Ayo!” kata Adam kepada Kevin.
“Keira, pakai sepatumu! Kita harus segera berangkat,” kata Kevin kepada Keira.
“Apa dia ikut juga?” tanya Adam pada Kevin.
“Ya, dia juga ikut, mamaku sedang bekerja dan aku juga mengasuh anak kecil ini,” terang Kevin.
Mengasuh? Mereka seumuran, kenapa Kevin mengatakan pada Adam bahwa dia sedang mengasuh anak?
“Kau tidak mengasuhku! Aku bukan bayi! Kau kembaranku, kita seumuran,” tegas Keira pada kakaknya.
Kevin menghela napas dan berkata, “Aku 12 menit lebih tua, dan pakai saja sepatumu. Kita harus pergi.”
Keira gusar dan berkata, “Baiklah, aku memang bayi di keluarga ini. Tapi kau tidak boleh mengasuhku.”
Adam lalu tertawa dan menatap Keira sambil berkata, “Aku akan membantu Kevin dalam mengasuhmu.”
Keira gusar dan pergi mengambil sepatunya, ketika dia meninggalkan ruangan untuk mengambilnya, dia mendengar Adam berkata, “Keira sangat nakal, semoga dia mengurungkannya niatnya untuk ikut.”
Ketika mereka sampai di bioskop, Keira melihat stan makanan ringan dan menoleh ke arah Kevin.
“Kevin, apakah bisa membeli popcorn dengan tambahan mentega?” tanya Keira pada kakaknya.
Adam angkat bicara dan berkata, “Apa kau benar-benar membutuhkan mentega lagi?”
Keira marah karena dia mempertanyakan mentega tambahan? Anak ini benar-benar membuatnya kesal.
“Aku menyukai itu,” kata Keira tegas. Adam hanya memutar bola matanya ke arahnya. Kevin merogoh sakunya dan memberikan sejumlah uang kepada Keira. “Aku akan membeli yang kecil saja untukmu. Aku tidak mau.”
Keira mengambil uang itu dan berbalik untuk mengantri di kios makanan ringan dan mendengar Adam berkata, “Dia selalu harus memasukkan makanan ke dalam mulutnya, itu sangat menyebalkan.”
“Keira suka makan,” kata Kevin.
“Itu sebabnya dia gemuk,” kata Adam.
“Ya, aku tahu. Aku juga kadang malu jika bersamanya,” kata Kevin.
Sunggh, Kevin malu terlihat bersamanya? Keira memejamkan matanya saat rasa sakit mendengar kata-kata Adam dan Kevin menghantamnya. Dia berusaha menahan air matanya.
“Hei, sekarang giliranmu.” Sebuah suara di belakangnya berkata. Keira menoleh untuk melihat bahwa suara itu milik seorang gadis.
“Maaf, aku tidak jadi,” kata Keira sambil melangkah keluar dari antrean. Gadis itu mengangkat bahunya dan berjalan ke konter.
Keira berdiri mematung di dekat konter makanan ringan. Berusaha keras untuk tidak menangis. Dia menyadari bahwa dirinya telah kehilangan sahabatnya. Dia merasa malu karena terlihat bersamanya. Kevin berubah dan itu semua karena Adam.
“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanya seseorang padanya.
Keira membuka matanya, tapi air mata mulai mengalir di pipinya.
“Hei, jangan menangis. Apa kau tersesat?” tanyanya lagi pada Keira.
Keira menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kakakku punya teman baru, sepertinya aku kehilangan seseorang yang tidak menyukaiku lagi.”
Gadis itu menatap Keira dan berkata, “Kita satu kelas di sekolah, bukan?”
“Aku tidak tahu, tapi mungkin iya,” jawab Keira ragu.
“Kau saudara kembarnya Kevin ‘kan?” Gadis itu bertanya padanya.
“Ya, aku Keira.” Dia memberi tahu gadis itu.
“Aku Jaime, kau ingin nonton film aoa?” Jaime kembali memberikan pertanyaannya.
“Adam dan Kevin ingin menonton film superhero,” jelas Keira dengan singkat.
“Mau nonton film pantai denganku? Kudengar film itu lucu dan pemeran utamanya lucu,” kata Jaime memberikan penawaran.
“Keira, kenapa lama sekali?” Kevin dan Adam menghampiri Keira dan Jaime. “Hai, namamu Jaime ‘kan?” Kevin bertanya pada gadis itu.
“Hai, Kevin, Adam. Maaf, aku bertemu Keira di antrean dan kami sibuk mengobrol. Pokoknya, kami memutuskan untuk menonton film Beach bersama-sama.” Jaime memberi tahu anak-anak itu.
“Oh, baiklah. Baiklah, Keira setelah filmnya selesai, temui aku di lobi ini, ya? Kita akan bertemu setelah film selesai,” pinta Kevin.
Keira menganggukkan kepalanya, Kevin dan Adam berbalik dan pergi ke bioskop tempat film mereka diputar.
“Ayo, ayo kita nonton film, aku rasa kau butuh tertawa,” kata Jaime pada Keira. Dia meraih lengan Keira untuk mengikutinya ke bioskop. Keira melihat dari balik bahunya ke arah Kevin yang sedang berjalan pergi.
‘Dia merebut Kevin dariku.’ Itulah yang ada di pikiran Keira saat ini.
Tiga tahun kemudian
Keira dan Kevin kini berusia 13 tahun dan Keira telah berkembang dari tubuh gadis berusia 10 tahun yang gemuk menjadi seorang remaja yang lebih berlekuk. Dia lebih berat daripada gadis-gadis lain di sekolah dan payudaranya terlihat semakin besar setiap hari.
Semakin besar Keira, semakin dia harus menyembunyikan tubuhnya. Ibunya mengatakan kepadanya bahwa anak perempuan yang bertubuh seperti Keira harus berpakaian berlapis-lapis.
Ibunya menjelaskan bahwa pakaian berlapis-lapis akan membantunya menyembunyikan lemak di tubuhnya dan pada saat yang sama akan membuatnya terlihat lebih kurus.
Keira memiliki p******a yang lebih besar dari gadis lainnya di kelas, karena itu juga dia menjadi bahan ejekan dari siswa lelaki.
Keira mulai membeli pakaian yang lebih besar dari ukurannya. Dia ingin menyembunyikan lemaknya seperti yang diperintahkan ibunya. Dia juga ingin menyembunyikan payudaranya agar ejekan itu berhenti.
Keira sangat malu dengan tubuhnya. Apa pun yang dia lakukan selalu diolok-olok. Jika dia mengenakan pakaian yang sesuai dengan ukurannya, mereka mengejeknya. Jika dia mengenakan pakaian yang kebesaran, tetap saja dia diejek untuk itu.
Apa pun yang Keira kenakan, dia selalu diejek. Jadi dia memutuskan bahwa menyembunyikan tubuhnya adalah pilihan yang lebih baik dalam mencari pakaian. Dengan cara ini tidak ada yang bisa melihat seberapa besar tubuhnya.
“Keira, apakah kau yakin ingin memakai baju ini ke sekolah?” Kevin bertanya kepada adiknya.
“Kenapa? Apakah ada yang salah dengan baju ini?” tanya Keira, sambil melihat ke bawah pada kemeja dan celana yang dikenakannya.
“Keira, lihatlah! Kemeja itu terlalu besar untukmu,” kata Kevin memberi tahu.
“Aku suka baju ini dan baju ini juga sangat membantuku.” Keira bergumam.
“Terserahlah, sampai jumpa di sekolah,” kata Kevin sambil mengambil tas bukunya dan berjalan keluar pintu.
“Ma, apa aku terlihat cantik?” Keira bertanya kepada ibunya.
“Sayang, kau terlihat baik-baik saja. Abaikan saja Kevin. Dia tidak mengerti bahwa gadis-gadis seperti kita harus menutupi diri kita,” kata mamanya dengan halus.
“Sekarang pergilah ke sekolah. Mama akan pulang terlambat hari ini, mama ada rapat tentang posisi baru di kantor hari ini.”
“Baiklah, Ma. Aku saying, Mama!” Keira meninggalkan rumah dan mulai berjalan ke sekolah.
“Hei! Ternyata ada sirkus di kota!” Keira mendengar seseorang berteriak ketika dia berjalan ke halaman sekolah.
“Ya, mereka punya pertunjukan Shamu yang baru, kudengar.” Sebuah suara yang tidak asing terdengar.
Keira menoleh untuk melihat kakaknya bersama Adam dan teman-teman sepak bola mereka. Anak-anak itu mendekat ke arahnya.
“Keira, kaos yang kau pakai sangat bagus, tapi apakah ukurannya harus sebesar tenda?” Bukan hanya Adam yang tertawa, tapi juga Kevin dan teman-temannya yang lain.
“Diam Adam!” seru Keira dengan lantang.
“Keira, bukankah sebelumnya aku sudah memperingatkanmu. Baju yang pakai itu sangat aneh,” kata Kevin.
“Tapi aku juga sudah bilang, aku sukanya ukuran seperti ini.” Keira gusar.
“Tentu saja karena kau ingin menyembunyikan b****g besarmu!” Adam tertawa.
Keira berpaling dari Kevin dan Adam serta anak-anak lain. Dia bisa mendengar salah satu dari mereka berteriak “Boom Da Boom Da Boom.” Saat dia berjalan pergi. Diikuti dengan tawa.
Dia semakin mendekati gedung, Jaime menghampirinya dan berkata “Biar kutebak, kakakmu yang b******k dan Adam.”
“Aku tidak ingin lebih, cukup mereka tidak mengusikku lagi,” adu Keira.
“Tidak, kau harus belajar bagaimana menghadapi mereka dan menyuruh mereka pergi,” kata Jaime padanya.
“Ayo kita masuk kelas!” ajak Keira.
Keira dan Jaime pergi ke loker mereka. Keira mencoba membuka lokernya, tapi sepertinya lokernya macet. Dia menariknya dan tidak mau bergerak.
“Ada apa?” Jaime bertanya padanya.
“Lokernya macet, aku tidak bisa membukanya,” kata Keira.
Jaime menghampiri dan menarik-narik loker tersebut, sepertinya hanya melonggarkan gagangnya. Jadi kedua gadis itu bersama-sama mulai menarik-narik pintu loker. Akhirnya, pintu itu terbuka dan kantong-kantong s****h dari berbagai jenis dan warna berjatuhan.
Deru tawa yang keras terdengar di aula dari para siswa yang ada di sana.
“Apa-apaan ini!” Jaime berkata, melihat semua kantong s****h di mana-mana.
Tertempel di salah satu kantong s****h itu adalah sebuah catatan, “Kau dapat lemari pakaian baru!”
Kevin dan Adam berjalan melewati kerumunan dan melihat Keira dan Jaime sedang memungut kantong-kantong s****h yang tumpah dari loker Keira.
Jaime melihat kedua anak laki-laki itu dan berteriak pada mereka, “Kalian yang melakukan ini!”
Adam tersenyum sombong dan berkata, “Hei, kami pikir kami bisa membantunya, jika dia ingin berpakaian seperti gelandangan, mengapa tidak memakai kantong s****h saja!”
Kevin tertawa dan berkata, “Ayolah Keira, itu hanya lelucon yang tidak berbahaya.”
“Kevin, ini tidak lucu. Dia adikmu, kenapa kau tega melakukan itu padanya?” tanya Jaime yang tidak habis pikir dengan Kevin.
“Tenang saja! Dengar, itu hanya lelucon, tidak ada salahnya kok,” kata Adam. Kevin menggelengkan kepalanya dan berkata kepada Adam, “Ayo, ayo kita pergi dari sini.”
“Suatu hari dia akan menyadari bahwa hal ini tidak lucu.” Jaime bersungut-sungut sambil melemparkan kantong-kantong s****h itu ke dalam tong s****h.
“Keira, kau tidak apa-apa?” tanya Jaime yang masih menatap leka Keira.
“Ya, ayo kita masuk kelas!” Keira memandangi kantong s****h yang dipegangnya sebelum dia membuangnya. Untuk sesaat Keira berharap bisa bertukar tempat dengan Kevin dan Adam. Dia berharap mereka menyadari betapa ejekan dan lelucon itu sangat menyakitkan. Dia bukan siapa-siapa bagi mereka.
***
POV KEIRA
Yang namanya waktu akan terus berlalu tanpa ada yang bisa menghentikannya.
“Bip!”
“Bip!”
“Bip!”
Sekarang waktunya untuk bangun dan memulai hari baru. Kadang-kadang aku merasa takut ketika alarm berbunyi. Aku harus bangun dan menghadapi hari lain di sekolah untuk menghadapi Adam dan Kevin yang menyiksaku.
Siapa aku? Keira, aku bukan siapa-siapa! Tidak ada yang istimewa dari diriku. Aku gadis biasa yang sedikit gemuk. Aku punya lekuk tubuh dan aku bukan ukuran normal. Aku tidak langsing, aku bahkan tidak terlalu pintar.
Aku ingin sekali menyesuaikan diri dengan semua gadis lain di kelasku, tapi aku tidak bisa. Jadi, aku selalu di-bully dan tersiksa karena berat badan dan caraku berpakaian.
Ini adalah tahun terakhirku di SMA. Aku akhirnya lulus tahun ini dan keluar dari sekolah itu. Harapanku adalah ketika aku masuk ke perguruan tinggi, aku bisa memulai dari awal. Setiap hari aku takut untuk bangun dan pergi ke sekolah, aku ingin mengakhiri siksaan ini.
Apa penyebab utama ketakutanku? Tentu saja Adam Case! Ketika kami masih kecil, aku pikir dia lucu. Hal itu mungkin berlangsung selama sebulan ketika aku berusia 10 tahun.
Selama bertahun-tahun, kuakui dia memang tampan seiring bertambahnya usia. Dia sekarang 6'2, dengan tubuh seperti dewa, dan rambut hitam tebal. Dia sempurna. Dia terlihat seperti model GQ.
Setiap gadis menginginkannya. Dia adalah pria “idaman” di sekolah kami.
Dia juga orang paling b******k yang pernah kukenal. Dia juga sahabat baik dari kembaranku Kevin, jadi itu berarti aku selalu bertemu Adam.
Dulu aku dan Kevin sangatlah dekat, tak pernah terpisahkan. Kami melakukan segalanya bersama-sama. Begitu Adam memasuki kehidupannya sekitar usia 10 tahun, Kevin benar-benar berubah. Dia layaknya orang asing untukku.
Cukup dengan mengulur-ulur waktu, aku harus bangun dari tempat tidur ini dan menghadapi hari sehingga aku bisa menyelesaikannya.
Apa yang harus aku kenakan? Aku sedikit kelebihan berat badan dengan ukuran 16 dan aku memiliki lekuk tubuh, jadi aku tidak suka berpakaian, aku memiliki bentuk tubuh seperti jam pasir, jadi aku memiliki lekuk tubuh. Aku memiliki p******a yang besar dan b****g yang menggelembung.
Pakaian merupakan hal yang menantang bagiku. Aku memakai pakaian yang kebesaran pada tubuhku. Itu adalah bagian dari alasan aku diolok-olok. Mama mengajariku bahwa karena kelebihan berat badan, aku harus berpakaian berlapis-lapis, itu membantu menyembunyikan lemak. Ditambah lagi, karena berdada besar, tidak ada pakaian yang lucu yang terlihat bagus untukku.
Jadi pakaianku hanya seperti pas di tubuhku. Tank top sederhana dengan celana jins dan kemeja terbuka berkancing adalah pilihanku yang cocok.
Saatnya menyelinap keluar sebelum Kevin melihatku, jadi aku tidak perlu mendengar dia mengolok-olok apa yang kukenakan di pagi hari. Mari kita selesaikan hari ini.