Bagian 11 – Undangan Tak Terduga

1217 Words
Bagian 11 – Undangan Tak Terduga Tubuh Nyx terkapar di tengah aula, bersamaan dengan Ethan dan Grave yang juga baru kembali. Jauh di atas mereka, sebuah hologram terpampang lebar, dan menayangkan seluruh kejadian yang terjadi selama seluruh tim ada di dunia virtual. "Eh, itu mereka!" teriak salah seorang murid yang menyadari keberadaan ketiga orang itu. Murid lain spontan langsung menengok ke arah yang ditunjuk, dan langsung riuh. Petugas medis datang dan membawa mereka dengan tandu, lalu mengarahkan ke ruang kesehatan. Para murid riuh, mereka ingin bertemu dengan sang pemenang. Namun, ketika para murid berusaha turun dari tempat duduk mereka, sebuah shield turun dan seolah memenjara mereka. Para murid yang terkurung hanya mampu mendesah kesal karena mereka tidak diperbolehkan menemui para peserta dulu. Mereka kembali duduk dengan perasaan kesal, dan menonton tayangan ulang. Baiklah, mari kita tinggalkan mereka dulu untuk saat ini. Beralih ke ruang kesehatan. Aslinya, ruang kesehatan tidaklah luas, namun Mr. Flinch, kepala sekolah menggunakan energinya, yaitu memanipulasi ruang dan membuat ruang kesehatan seluas lapangan sepakbola. Ketika tandu-tandu yang berisi Nyx, Ethan dan Grave itu masuk ke dalam ruangan, seketika ruangan itu riuh. "Wah, itu Nyx!" "Maksudmu gadis keren yang memiliki energi malam itu kan? Wah, aku iri padanya." "Hei lihat, dia sang pemenang. Wah, padahal dia murid baru." "Gadis itu masih tingkat junior kan? Benar-benar mengagumkan." "Ih, apaan sih gadis manja itu, pake barengan sama Ethan." lupakan yang ini, ini keluar dari mulut seekor cabai alaska. "Nyx," gumaman ini terdengar dari seorang gadis bersurai kuning, gadis yang memiliki mata senada dengan langit itu bangkit dari ranjangnya dan menghampiri gadis yang tergolek lemah di ranjang. Berbeda dengan Nyx dan Ethan, Grave dibawa ke ruang kesehatan khusus hewan. Dan terpisah agak jauh dari sini. Aster duduk di ranjang Nyx, dan melihat wajah pucat sahabatnya itu. Aster juga melihat di hologram besar, ketika Nyx kehilangan kendali saat itu. Aster takut, ia takut akan kehilangan sahabatnya lagi. Pandangan Aster bergulir ke ranjang di sebelah tempat Nyx, dia melihat seorang pemuda berambut kelam. Pemuda itu tidur dengan santai, dan membuat Aster sedikit berdecih. Benar-benar lelaki, batinnya. "Aster, kemarilah. Bantu aku meracik obat!" Aster menoleh, dan melihat Mrs. Luna, salah satu guru herbal di Akademi ini memanggilnya. Dia memang cukup dekat dengan guru berpenampilan trendi itu, dan Aster menjadi orang kepercayaan Mrs. Luna dalam urusan meracik ramuan. "Baik," * "Aster, ternyata kau cukup dekat ya dengan anak itu." Mrs. Luna mengawali pembicaraan, namun tangannya masih fokus menuangkan beberapa botol cairan ke dalam kuali. Aster yang tengah memilah tumbuhan obat mendadak berhenti, lalu menoleh ke arah Mrs. Luna. "Maksudmu Nyx? Kami juga teman sekamar." ujar Aster. "Baguslah," Aster mengernyit mendengar perkataan itu. "Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" Aster tak pernah memanggil Mrs. Luna dengan embel-embel 'Mrs.' atau 'Ibu', karena Aster sudah menganggap wanita itu sebagai kakaknya sendiri. Mrs. Luna berhenti sejenak dari kesibukannya, dan melipat tangannya, "Mau sampai kapan kau menutup diri Aster? Aku tahu kau masih terluka atas kejadian saat itu, tapi kau harus merelakannya. Toh, dia sudah memilih jalannya sendiri." Aster terhenyak, iya, dia memang sedang berusaha melupakan itu. Dan, sejak bertemu dengan Nyx, Aster mulai merasakan hal yang sama kembali. Nilai-nilai persahabatan. Tapi, Aster takut, ia takut terluka kembali. Aster takut bila nilai-nilai itu ternoda oleh pengkhianatan. Ia hanya takut bila hal itu, yang terjadi 8 tahun silam, terjadi kembali. "Aster?" Aster menoleh sebagai jawaban. "Jangan lupa, besok masquarade, siapkan gaunmu yang paling cantik ya." ujar Mrs. Luna sambil mengerling, Aster tersenyum manis. "Tentu saja, kak." * "Kau harus berterimakasih padaku," "Hah?! Untuk apa aku berterimakasih padamu?" "Kau bisa menang karena aku tau." "Siapa bilang? Aku menang karena usahaku sendiri." "Tidak-tidak, kau salah. Kau menang karena kau tak tega melihatku terluka kan?" "Siapa bilang?!" Krek! Ketika langkah kaki itu masuk, mendadak pertengkaran itu tertunda. Di sana, Aster sudah berdiri dengan membawa senampan makanan. "Aster!" teriak Nyx senang, Ethan melihat Aster seolah ia adalah pengganggu kecil. "Apa aku mengganggu?" tanya Aster yang risih dengan tatapan Ethan."Tidak, tidak sama sekali." ujar Nyx sambil menggeleng polos. Ethan tiba-tiba berdiri, dan berjalan ke luar ruangan sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. "Hei, kau mau kemana?" tanya Nyx, Ethan memutar kepalanya. "Memang apa urusanmu?" ucapnya, dan membuat Nyx mengerucut kesal. "Baiklah, terserah padamu saja. Sana pergi! Kuharap kau tidak usah kembali lagi!" usir Nyx ketika Ethan sudah mencapai ambang pintu. "Aku harap permintaanmu takkan pernah terkabul," gumam Ethan lirih, lalu melesat keluar ruangan. Aster hanya membeku melihatnya, lalu ia disadarkan oleh tepukan dari Nyx. "Aster?" "Ah i-iya, aku membawakan makanan untukmu. Kau pasti lapar kan setelah lama di dunia mengerikan itu." Aster duduk di ranjang Nyx, dan membiarkan Nyx untuk memakannya. Sup hangat dengan taburan daun bawang menjadi menu yang digemari saat perut benar-benar membutuhkan asupan darurat. "Wah, kau baik sekali Aster." ujar Nyx sebelum memasukkan sendok penuh sup itu ke mulutnya. Nyx menghabiskan makannya dengan cepat, lalu menenggak air putih yang Aster bawa sampai habis. Ia bersendawa kecil, dan mengusap perutnya yang nampak sedikit membuncit itu. "Bagaimana?" tanya Aster, Nyx menoleh dengan senyuman. "ME-NAK-JUB-KAN!" teriak Nyx, membuat beberapa orang yang juga berada di ruangan ini menoleh ke arahnya. "Berapa lama aku pingsan?" tanya Nyx sambil mengerjap polos, Aster menoleh dan langsung melihat jam. "5 jam kurasa," ucapnya sambil menghitung jam. "Memang berapa lama waktu pertandingan kita?" tanya Nyx lagi sambil menyesap sup buatan Aster. "Tiga jam, karena perbedaan waktu di sana." Nyx mengangguk saja, ia masih sibuk dengan sup buatan Aster yang sangat enak tersebut. "Oh iya, gaun apa yang kau siapkan untuk masquarade besok malam?" Nyx yang masih memakan sisa-sisa sup langsung menoleh, dan melemparkan tatapan penuh tanda tanya. "Apa? Maskured?" tanya Nyx tidak paham, Aster memutar bola matanya. "Masquarade, pesta dansa bertopeng. Jangan bilang kau tak tahu itu." Aster menggeleng sembari terkikik geli, dia benar-benar takjub dengan sahabatnya itu. "Hah?! Topeng? Pesta?! DANSA?!" Nyx menempelkan telapak tangannya ke pipi seolah terkejut mendengar ucapan Aster. "Iya, memang kenapa? Kau harus datang Nyx, secara, kau pemenang permainan ini." tuntut Aster, bahu Nyx melorot. "Iya aku tahu itu .. tapi ..," Aster bingung, "Tapi apa Nyx?" Nyx mendekati telinga Aster dan berbisik, "Aku tak bisa berdansa," Entah kerasukan jin apa, Aster langsung tergelak keras. Dia tergelak mendengar penuturan sahabatnya itu. Nyx yang melihat Aster tertawa hanya mengerucut sebal. "K-kau? Tak bisa berdansa? HAHAHA!" Aster kembali tergelak. "Aku serius Aster, aku tidak bisa berdansa." Nyx menekankan kata-katanya, dan membuat tawa Aster reda. "Baiklah-baiklah, aku percaya padamu. Sekarang, aku akan menitipkanmu ke salah satu siswa yang sangat pintar berdansa. Aku tak mau kau membuat malu aku sebagai sahabatmu, ok? Baiklah, aku tak menerima penolakan." ucap Aster, dia menambahkan kalimat saat Nyx sudah mangap mau memprotes. "Lalu kau?" Nyx mencebik sebal. "Aku akan mencari gaun untuk kita, adil kan?" Aster lalu menyeret Nyx keluar dari ruangan. Dan membawanya berkeliling lorong Akademi. "Lagi-lagi kau menyeretku tanpa perasaan Aster," ujar Nyx datar, dan Aster hanya membalasnya dengan kekehan kecil. Mereka berbelok ke kiri saat di pertigaan lorong, dan papan di sana bertuliskan, 'Aula tari' Aster benar-benar menyuruh Nyx untuk latihan dansa?! "Kita sampai," Nyx langsung berjongkok lemas saat Aster sudah melepaskan genggaman eratnya. Nyx mengatur napas, dan menetralkan detak jantung yang berirama bak deru kereta api. "K-kau .. berniat membunuhku pelan-pelan ya." ujar Nyx, dia masih sangat kelelahan. "Ah? Maafkan aku Nyx, lagipula, waktumu untuk berlatih sudah tak banyak. Ayo masuk," Aster mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh Nyx. Dia berdiri dan membersihkan roknya, Nyx benci saat dirinya memakai rok. Benar-benar mengganggu. Cklek! Aster membuka pintu itu, dan alunan musik waltz lembut langsung menyambut indra pendengaran Nyx. Bau anyelir segar juga tercium di setiap sudut ruangan ini. Nyx terpaku saat melihat 2 orang yang ada di dalam ruangan ini. Ada seorang gadis berambut biru dan seorang pria di sana, Nyx mengenal salah satu dari mereka, ya, dia hapal mata kelam itu. "Ethan?"    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD