Mr. Kim Hae Soon
Keramaian Kota Daegu terlihat jelas dari kejauhan. Seorang lelaki dengan setelan jas hitam brand ternama terlihat keluar dari mobil Civic Sport keluaran terbaru berwarna merah. Lelaki itu adalah Mr. Kim Hae Soon, seorang pengusaha kaya raya yang terkenal dalam bidang fashion. Perusahaan MixStars yang didirikan orang tuanya kini melaju pesat setelah dipegang olehnya, bahkan cerita kesuksesan dirinya membuat namanya makin tersohor di seluruh penjuru Korea Selatan. Lelaki tampan berhidung mancung dengan tinggi 187 cm dan berat 71 kg, atletis itu berjalan dengan mantap menuju ruangan CEO di dalam perusahaannya. Tentu saja itu ruangan miliknya.
“Mr. Kim ... hari ini ada pesta peresmian sekaligus pembukaan Mall Daen di Central Daegu. Jadwalnya pukul delapan malam,” kata sekretaris sekaligus asisten pribadi Mr. Kim yang segera berjalan sejajar dengan bosnya. Lelaki itu dengan mantap memberi tahu agenda bosnya. Ya, asisten pribadi Mr. Kim adalah seorang lelaki.
“Setelah sekian lama mengincar tanah itu, akhirnya terwujud bisa membuka Mall Daen. Kerja tim sangat bagus. Mari rayakan nanti malam dengan meriah!” ujar Mr. Kim mengapresiasi kinerja anak buahnya. Dia bukan tipe bos yang jahat atau pelit sehingga para pekerja nyaman dan berjuang sebaik mungkin untuk kemajuan perusahaan.
“Siap, Bos!”
Pagi itu Mr. Kim menyelesaikan berbagai pekerjaannya soal kerja sama dengan perusahaan lain hingga rencana kolaborasi dengan perusahaan yang selama ini menjadi saingannya. Mr. Kim selalu hati-hati dalam memutuskan segala sesuatu. Dia merupakan lelaki bertanggung jawab dan sempurna di mata perempuan. Ya, semua perempuan menyukainya, kecuali Hana.
Hana Nae Joon merupakan putri tunggal dari keluarga Joon pengusaha waralaba ternama nan sukses di Korea Selatan. Hana dijodohkan oleh orang tuanya dengan Mr. Kim. Namun Hana menolak dengan dalih tidak sesuai idaman yang dia bayangkan. Dia tidak menyukai Mr. Kim yang terlalu perfeksionis baginya. Hana menganggap perjodohan hanya alat untuk memperkaya orang tuanya saja. Hal yang diimpikan oleh para perempuan justru hal yang tidak diinginkan oleh Hana.
“Nanti siang kita makan di sini saja. Aku sedang tidak berselera keluar ruangan kecuali rapat,” ucap Mr. Kim kepada asistennya yang bernama Dyenn.
“Baik, Tuan Kim. Setelah ini ada rapat bersama Tuan Suho di ruangan lantai delapan.” Dyenn merupakan orang kepercayaan keluarga Hae Soon. Sejak bergabung dalam perusahaan MixStars, Dyenn dianggap mampu menjadi asisten dan orang kepercayaan karena asal usul dan kinerjanya.
“Baik. Oh iya, kalau begitu, tetaplah bersamaku. Aku rasa kamu mampu membantuku jika ada hal darurat terjadi. Maksudku, kamu bisa menjadi penggantiku saat rapat, Dyenn,” kata Mr. Kim sambil membolak-balik beberapa berkas yang harus dia tanda tangani.
“Ta-tapi Tuan … sepertinya itu terlalu berlebihan. Aku belum sanggup mengatasi semuanya. Aku hanya asisten Tuan Kim,” jawab Dyenn merasa tak enak hati dengan apa yang bosnya katakan.
“Dyenn … kamu ini memiliki potensi lebih. Aku percaya padamu, oleh sebab itu Ayahku juga mengangkat kamu sebagai asisten pribadiku.” Mr. Kim selesai membaca berkas yang ada di tangannya. Dia segera menandatangani dan menyerahkan kembali ke Dyenn.
Tiba-tiba pintu ruangan CEO dibuka oleh seseorang. Perempuan cantik dengan rambut tergerai indah masuk ke dalam dan menyapa Mr. Kim dan Dyenn.
“Selamat pagi semuanya ….”
Hana masuk ke ruangan Mr. Kim dengan wajah berseri-seri. Bukan untuk menatap Mr. Kim, lelaki yang dijodohkan dengannya. Justru Hana tak henti menatap Dyenn yang juga berdiri di sana.
“Kenapa ke sini?” Terlihat raut tidak suka dari Mr. Kim menanggapi adanya Hana.
“Tuan Kim yang terhormat … pastinya sudah tahu kenapa aku ke sini. Orang tuaku meminta untuk memberikan ini,” jawab Hana sambil menyodorkan satu paper bag berwarna hitam.
“Apa ini?” Mr. Kim mengernyitkan dahi saat menerima paper bag itu.
“Buka saja itu dari orang tuaku. Oh iya, soal nanti malam … Papa minta aku ikut denganmu ke pesta. Terpaksa aku berkata iya daripada pertunangan kita dipercepat,” ucap Hana dengan kesal. Dia merasa seperti boneka yang dipermainkan oleh orang tuanya seenak hati mereka.
“Hmm … iya. Baiklah. Tetapi jangan membuat masalah.” Kim membuka paper bag itu. Ternyata berisi kotak jam tangan Rolex yang super mahal dan sebuah surat yang bertuliskan pakaian untuk pesta nanti malam sudah disiapkan. Hana dan Mr. Kim akan menjadi pasangan luar biasa di depan para tamu karena orang tua Hana menyiapkan pakaian serasi untuk mereka berdua.
Kim menggelengkan kepalanya pelan. Dia merasa sungkan dengan semua pemberian orang tua Hana. “Ucapakan terima kasihku kepada Tuan dan Nyonya Nae Joon. Nanti aku akan mengambil pakaian di butik yang sudah disiapkan orang tuamu.”
Hana pun tersenyum kecut. Orang tua Hana berlaku baik pada Kim karena orang tua Kim menjadi pengusaha nomor satu di Korea Selatan. Andai saja dia bisa memilih, pasti akan memilih lelaki lain sebagai pasangannya.
“Tuan Kim, sudah pukul sepuluh. Sekarang waktunya bersiap untuk rapat dengan Tuan Suho di lantai delapan,” lirih Dyenn menyela pembicaraan mereka karena urusan bisnis.
“Baik. Kalau begitu … Dyenn bagaimana kalau kamu mengantar Hana mengambil pakaian untuk pesta nanti malam? Daripada membuang waktu. Aku akan rapat bersama staf lain,” usul Mr. Kim yang langsung dijawab oleh Hana.
“Ide bagus! Daripada bosan mengikuti rapat atau di sini. Lebih baik aku jalan-jalan. Ayo Dyenn kita pergi!” Hana tersenyum girang.
“Tetapi Tuan Kim ….” Dyenn ingin protes tetapi langsung dipotong pembicaraannya oleh Mr. Kim.
“Sudah, temani saja Hana. Aku akan segera ke lantai delapan untuk rapat,” tegas Mr. Kim.
Dyenn pun terpaksa menemani Hana—calon tunangan Mr. Kim untuk mengambil pakaian ke butik pusat kota. Sepanjang perjalanan dengan mobil, Dyenn menyetir mobil dengan fokus sedangkan Hana berkali-kali menatap wajah Dyenn.
Mr. Kim segera ke ruangan rapat. Dia didampingi oleh tiga staf untuk memulai rapat dengan Tuan Suho. Tuan Kim tahu jika partner bisnisnya ini patut dicurigai. Suho sering membuat masalah agar proyek Tuan Kim terhenti. Saat ini dia menawarkan kerja sama dan tentunya sangat mencurigakan.
“Selamat siang semuanya. Terima kasih sudah datang tepat waktu.” Tuan Kim memulai rapat kerja sama dengan Tuan Suho.
“Selamat siang juga, Mr. Kim. Senang bekerja sama dengan orang sehebat Anda,” sahut Suho sambil mengulurkan tangannya menjabat Mr. Kim.
Rapat berlangsung selama satu jam lebih tiga puluh menit. Setelah menandatangani kesepakatan kerja, rapat pun dibubarkan yang bertanda selesai. Suho masih di sana, berdiri dan berjalan mendekati Mr. Kim.
“Kinerjamu meningkat pesat, Tuan Kim. Tidak sia-sia saya meminta kerja sama dengan Anda,” ujar Suho memuji padahal dia tidak suka pada Mr. Kim.
“Tuan Suho memiliki pemikiran yang matang dan ide-ide berlian. Bagaimana mungkin saya menolak? Sampai jumpa nanti malam,” kata Mr. Kim sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan rapat.
“Sampai jumpa juga … Tuan Kim.” Suho tersenyum licik. Dia merencanakan sesuatu hal untuk menjatuhkan nama baik Mr. Kim dan perusahaan MixStars.
Malam harinya di acara pesta peresmian sekaligus pembukaan mall, hal tak terduga terjadi. Banyak orang datang di acara tersebut, tentu saja para undangan itu bukan orang biasa. Semua pengusaha sukses dan muda berkumpul di sana. Beberapa senior pun ikut bergabung. Tuan Suho terlihat membaur dengan yang lainnya. Bersulang demi kejayaan mall dan juga saling memuji satu dengan yang lainnya.
Saat Mr. Kim datang bersama Nona Hana, suasana pesta yang ramai mendadak terhenti. Semua orang menatap ke arah mereka dengan takjub.
“Sungguh pasangan serasi.”
“Wah, tampan dan cantik.”
“Andai aku seberuntung Hana ….”
“Kyaaa … Mr. Kim tampan sekali!”
Ucapan para tamu undangan terdengar riuh. Mr. Kim dan Hana masuk ke ruangan pesta dengan setelan jas merah maroon senada dengan gaun glamor merah maroon yang sudah disiapkan orang tua Hana. Orang-orang pun mulai bertepuk tangan menyambut kedatangan mereka. Musik kembali dimainkan oleh para pemain musik klasik lengkap dengan biola dan piano juga. Suho makin kesal melihat hal itu.
“Tenang saja. Setelah malam ini, hancur sudah reputasimu, Kim!” batin Suho yang sudah mengatur sesuatu hal buruk di malam itu.
Hana menengok ke kanan dan kiri. Dia mencari asisten Mr. Kim untuk mengucapkan terima kasih. Tadi siang saat pergi, hampir saja Hana terserempet orang mengayuh sepeda dengan kencang. Dyenn segera menarik tangan Hana dan menghindari orang yang lalai itu. Hana yang tertarik sejak pertama melihat wajah Dyenn pun semakin menyukainya. Padahal jelas saja kedua orang tuanya sudah menjodohkan pada Mr. Kim.
“Mencari Dyenn? Dia ada di dekat taman,” kata Mr. Kim membuat Hana terkejut.
“Ah, tidak, kok. Aku sedang ….”
“Tidak perlu berbohong padaku. Bahkan matamu pun bisa berbicara saat menatap Dyenn. Temui saja dia. Aku akan berbincang dengan tamu lainnya. Aku akan rahasiakan ini dari orang tuamu.” Mr. Kim yang mengetahui rasa Hana yang terpendam pun memotong pembicaraan dan memaklumi akan rasa itu. Dia segera berjalan menuju Suho dan pengusaha lainnya.
Hana pun berjalan ke taman mencari Dyenn. Saat dekat kolam air mancur, Hana melihat Dyenn berbicara dengan seorang perempuan. Diam-diam Hana mendengar pembicaraan mereka.
“Tak disangka kita bisa bertemu lagi di sini. Bagaimana kabarmu, Letty?” tanya Dyenn antusias kepada perempuan keturunan Korea-Amerika di hadapannya.
“Kabar baik. Bagaimana denganmu? Kamu terlihat sukses sekarang!” Letty menyikut lengan Dyenn.
Letty dan Dyenn adalah teman sewaktu tinggal di panti asuhan semenjak kecil. Mereka sangat akrab hingga akhirnya terpisah karena bekerja. Meski mereka masih sering membantu di panti asuhan, sudah beberapa tahun terakhir mereka kehilangan komunikasi karena terpisah.
“Ah, aku ini hanya asisten. Oh iya, boleh aku minta nomor teleponmu?” Dyenn mengeluarkan handphonenya dan memberikan kepada Letty.
“Tentu!” Letty segera memberikan nomor handphonenya ke Dyenn. “Aku lanjut kerja, ya. Takut pengawasku marah-marah,” imbuh Letty yang segera pergi.
Ternyata Letty bekerja di sebuah Event Organizer di mana dia bertugas menjadi pelayan yang menyajikan makanan dan minuman di setiap acara-acara besar. Letty menghidupi dirinya sendiri dan membantu perekonomian panti asuhan tempatnya tumbuh dahulu saat kecil. Wanita yang tangguh, kuat, dan mandiri. Itulah gambaran seorang Letty.
Melihat perempuan itu sudah pergi, Hana pun berjalan mendekati Dyenn yang masih di taman. Dia merasa tidak suka ada gadis lain dekat dengan Dyenn. “Sendiri saja?” tanya Hana pura-pura tidak melihat ada Letty tadi.
“Oh, Nona Hana. Selamat malam,” jawab Dyenn dengan formal.
“Kalau di luar … panggil saja Hana. Jangan terlalu formal dan kaku. Kamu lucu sekali.” Hana tersenyum manis menatap Dyenn. Entah mengapa Hana selalu merasa bahagia dekat dengan lelaki yang menjadi asisten pribadi Mr. Kim.