Godaan

1285 Words
Pulangnya, Davin yang dalam keadaan mabuk parah tidak dapat menyetir. Terpaksa Selena yang menggantikan tugas lelaki itu. Gadis itu sudah memperkirakan kalau semuanya akan seperti sekarang. Davin memang lelaki polos yang dia seret ke kebiasaan buruknya. Dia sadar tidak seharusnya melakukan itu, tetapi kesedihan karena Vino tidak jadi hadir membuat Selena butuh pasangan untuk menemaninya minum. Dengan dibantu Galang dan Radit, Davin berhasil dimasukkan ke dalam mobil Selena. Dia menyetel jok agar Davin bisa setengah berbaring. Mau tidak mau Selena harus mengurus Davin dengan baik. Dia memasangkan sabuk pengaman dengan sangat hati-hati. Tentu saja keadaan itu memaksa Selena sedikit lebih menempel pada Davin. Selena dapat mencium aroma parfum yang menenangkan dari tubuh Davin. Sungguh, perasaan Selena saat ini sangat bergejolak. Daya tarik Davin sangat kuat. Bahkan, Vino tidak pernah membuat Selena tergoda sampai tahap ini. Berdekatan dengan Davin membuat dadanya sesak. Seandainya Davin dalam keadaan sadar, Selena yakin, lelaki itu pasti dapat mendengar detak jantungnya yang tidak menentu. Setelah selesai memasangkan sabuk pengaman, Selena menyempatkan diri memandangi wajah Davin. Wajahnya yang mulus tanpa noda, hidungnya yang tidak terlalu mancung tetapi indah, bulu mata yang lebat dan lentik, belum lagi bibirnya yang tampak seksi dengan warna merah alami yang begitu menggoda. Sungguh, Selena hanya bisa mengutuk dirinya sendiri yang mengagumi lelaki lain. Selena segera menyadarkan dirinya. Dia menjauh seketika dan membuat jarak dengan tubuh Davin. Selena yakin jika diteruskan, hasilnya akan buruk. Mengingat getaran hati gadis itu semakin kuat seiring lama jeda waktu mereka berdekatan. "Selena, apa kamu sudah gila? Kamu sudah punya Vino, tapi kamu masih baper sama Davin? Dia kan sopir kamu Selena! Dia baik, sih. Rela mabuk demi kamu. Aduh! sepertinya aku mulai gila! Argh!" Selena memukulkan kepalanya pelan ke setir mobil berulang kali. Rasa penasaran dan ketertarikan itu mengganggu pikiran Selena. Mencoba tidak menghiraukan pikirannya, Selena segera membawa mobilnya berlalu dari parkiran Vitamix Bar. Dia sengaja membawa mobil dengan kecepatan sedang dan terkadang lambat. Sesekali Selena memandangi lelaki yang tergolek lemah di sampingnya. Tubuh Davin berguncang pasrah, posisi kepalanya yang sedikit mendongak menampilkan jakunnya yang menarik perhatian Selena. "Selena, Plis! Pakai akal sehatmu!" Selena kembali memaki dirinya sendiri. Dia kesal karena terobsesi dengan sopirnya sendiri. Sepanjang perjalanan Selena sebisa mungkin mengabaikan Davin. Menatap ke depan, seolah tidak ada siapapun di sisinya. Hari itu bisa menjadi hari yang paling bebas untuk Selena. Untuk pertama kalinya, Burhan tidak meneror via panggilan. Biasanya, lelaki itu akan meneleponnya berkali-kali untuk menanyakan kapan dia akan pulang. "Walaupun kamu kurang bisa diandalkan, terima kasih. Aku sedikit lebih nyaman sekarang." gumam Selena pelan. Gadis itu menyunggingkan senyum di bibirnya. Setiap kembali ke rumah, hal yang paling malas Selena temui saat pulang ke rumah adalah bertemu dengan mama dan juga kakaknya. Dua orang yang membuat Selena tidak betah di rumah. Bagaikan neraka, mungkin itu sebutan yang cocok untuk menggambarkan perasaan Selena ketika sedang berada di rumah. Hal itu menjadi alasan mengapa Selena lebih suka menghabiskan sebagian waktunya di luar rumah. Dia dan Raka dilahirkan dari rahim yang sama, tetapi perlakuan Dewina terhadapnya sangat tidak adil. Selena tersisih di tempat yang seharusnya bisa membuatnya nyaman. Kasih sayang seorang ibu yang sering dia dengar sepanjang masa hanya kiasan di telinganya. Dia tidak mendapatkan kasih seorang ibu. Yang keluar dari mulutnya setiap hari hanyalah hinaan dan celaan. Di luar, Selena bahagia. Dia bisa tertawa lepas tanpa beban. Siapa yang akan menyangka, kalau kehidupannya dipenuhi duri yang tajam. Dia tidak hanya dibenci oleh orang lain, tetapi oleh ibunya sendiri. Rasa hangat yang didapat dari pelukan ibu hanya bisa ia dapatkan di dalam mimpi. Ibunya tidak pernah semanis itu. Jika induk harimau saja melindungi anaknya, maka ibu Selena lebih buruk jika dibandingkan dengan kawanan harimau. Selena sempat menyesal, mengapa dia harus dilahirkan kalau akhirnya dia hanya akan tersisih dan tidak diharapkan. Tanpa terasa, mobil Selena sudah mendekati komplek rumahnya. Wanita itu kembali melirik Davin yang masih tidak sadar. Dia bisa melihat Davin sesekali menggeliat. Tangan Davin mendadak meraih kancing bajunya dan mulai membuka satu persatu. Selena sedikit panik. Dalam keadaan berpakaian lengkap saja, lelaki itu sudah membuat desiran di dalam dirinya, bagaimana kalau sampai Davin berhasil melepas seluruh kancing bajunya. Selena mengerem mobilnya mendadak saat jari tangan Davin mulai bergerak di kancing bajunya yang ketiga, sehingga membuat keduanya terguncang hebat. Beruntung, dibelakang mobil Selena tidak ada pengendara lain. Seandainya itu terjadi, kecelakaan beruntun pasti sudah terjadi. Davin yang terhempas lumayan kencang membuatnya membuka mata. Lelaki itu memegangi kepalanya yang sakit. "Maaf, niatku mau membuatmu senang justru menyusahkanmu. Sssh, kepalaku sakit." Davin berusaha duduk, tetapi Selena berusaha menahan dengan memegang lengan Davin. "Sudah, kamu tiduran lagi aja. Kita belum sampai. Nanti setelah sampai baru kamu bisa bangun." saran Selena. Davin menuruti perkataan Selena. Lagipula, rasa pusing masih menguasai kepalanya. Memilih minum memang bukan hal yang tepat. Davin yang belum pernah meneguk minuman keras membuatnya mabuk parah. Pria itu tidak menyangka kalau Selena memiliki kebiasaan buruk yang dia terpaksa harus ikut andil di dalamnya. Mobil merah itu kini sudah sampai di area rumah keluarga Burhan. Seorang satpam dengan nama Dirman tertera di atas sakunya membukakan gerbang. Lelaki paruh baya itu sudah sangat hapal dengan kebiasaan Selena yang selalu pulang lewat tengah malam. Selena memang sangat berbeda dengan Raka yang selalu berada di rumah setelah jam mengajarnya selesai. Selena memarkirkan kendaraannya di depan paviliun tempat Davin tinggal. Sebelum memapah Davin untuk masuk ke dalam tempat tinggalnya, Selena meminta tolong pada Dirman untuk membantunya membawa Davin. Meskipun awalnya cukup kesulitan, akhirnya lelaki itu berhasil dipapah masuk. "Selebihnya biar aku yang urus, Pak." Selena meminta Dirman untuk meninggalkan dirinya berdua dengan Davin di dalam ruang kamar pria itu. "Baik, Non. Kalau ada apa-apa, silakan panggil saya." Setelah menunduk sebagai tanda hormat, Dirman segera keluar dari tempat Davin tinggal. Selena melepas sepatu Davin, membenarkan letak kaki dan menyelimuti tubuh lelaki itu dengan selimut yang tadi siang dia antarkan. Dia kembali mengamati wajah Davin dari dekat, menikmati pemandangan indah hasil pahatan Tuhan yang begitu sempurna. Gadis itu merapikan selimut yang ada di d**a Davin dengan perlahan. Mendadak tangan Davin menarik Selena hingga gadis itu terjatuh. Sebagian besar tubuhnya menimpa Davin. Selena mendadak kaku, dia bingung harus berbuat apa dengan posisi dirinya yang tidak menguntungkan. Terlebih, napas Davin terdengar menderu. Detak jantung Selena bersautan dan membuat tubuhnya bergetar panas dingin. "Jangan pernah tinggalin aku lagi, please. Aku mohon tetaplah di sisiku." gumam Davin seraya mengeratkan dekapannya. Degup jantung selena semakin tidak menentu.Wajahnya terasa panas, matanya terpatri pada bagian wajah Davin yang tepat di hadapannya. Terutama bibir seksi lelaki itu. Selena begitu ingin menyentuhnya. "Emh!" Selena terkejut saat mendadak Davin menyatukan bibir mereka. Mata selena membulat, menatap mata Davin yang masih tetap terpejam. Lelaki itu menggerakkan bibirnya, sementara Selena yang masih terkejut awalnya kaku tetapi gadis itu terbawa suasana dan membalas perlakuan Davin. Keduanya terhanyut dalam situasi romantis. Davin membalik posisi mereka. Dia menjatuhkan Selena dengan mudah, sementara gadis itu tersadar dengan apa yang dilakukannya.Dia berusaha mendorong Davin menjauh, tetapi lelaki itu kian mendekatkan wajahnya. Selena memejamkan mata, dia kembali membatu. Beruntung, sesaat kemudian Davin ambruk dan tertidur pulas. Selena mengembuskan napas lega. Gadis itu akhirnya bisa melepaskan diri dari kungkungan Davin dan pergi meninggalkan lelaki itu. Note: Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD