“Pak Davin, biar saya tebak, kali ini Anda pasti akan memesan sebuah buket bunga mawar merah paling besar, betul?” tanya seorang karyawan toko bunga kepada lelaki dengan postur tubuh tegap dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh senti.
Pria itu memakai jas hitam dengan kemeja putih dan dasi warna hitam bergaris di dalamnya. Di bagian bawah dia mengenakan celana slimfit dengan warna senada. Fokus ke pergelangan tangan sebelah kiri, melingkar sebuah jam tangan dengan merek ternama. Sepatu hitam yang dipakai juga begitu mengkilap tanpa noda. Belum lagi wajah tampannya yang nyaris sempurna, siap mengalihkan perhatian setiap wanita didukung dengan tatanan rambut yang elegan membuat pesonanya semakin terpancar.
“Anda sudah hafal rupanya. Apakah Anda selalu mencatat jadwal kedatanganku, Nona?” tanya lelaki yang di sebut dengan nama Davin itu pada gadis berusia dua puluhan yang menjaga toko bunga langganannya.
“Tidak, Pak. Tapi ini adalah bulan ke enam dengan tanggal yang sama anda datang dengan pesanan yang sama. Anda memang pria yang romantis. Beruntung sekali menjadi wanita yang anda cintai.” puji pelayan toko bunga itu sambil menyiapkan pesanan Davin dengan cekatan.
“Saya pikir, ini hal yang sangat biasa dilakukan untuk pasangan. Anda berlebihan, Nona.” Sahut Davin santai. Lelaki tampan itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menikmati nuansa warna-warni bunga yang menyegarkan mata.
“Fakta, Pak Davin. Bapak saja yang terlalu merendah. Nah, ini bunga pesanan Anda, silakan.” Gadis itu menyerahkan buket bunga hasil kreasinya pada Davin. Lelaki itu mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu lalu menyerahkan pada pelayan toko di hadapannya.
“Tunggu sebentar kembaliannya, Pak.” Gadis itu berlari masuk ke meja kasir.
“Tidak usah, tip buat Anda. Sampai jumpa dan terima kasih.” Davin melangkah santai keluar dari toko bunga. Sebelum masuk, dia menghirup bunga yang ada di tangannya lalu tersenyum.
“Hari ini, tepat enam bulan hubungan kita, Vidia. Terima kasih, kamu sudah setia menemaniku. Aku akan melamarmu hari ini. Kamu berbeda dengan mereka, begitu tulus dan suci. Tunggu aku, Sayang.” Davin merogoh saku celananya, mengeluarkan kotak kecil berwarna merah. Di dalam kotak itu ada sebuah cincin berlian. Davin membukanya dan mengamati cincin itu dengan tatapan puas. Sesaat kemudian, dia kembali menutup kotak itu dan memasukkan kembali ke dalam saku celananya.
Davin masuk ke dalam mobil dan kembali duduk di samping asisten pribadinya yang setia menunggu. Davin meletakkan buket bunganya di antara mereka berdua. Lelaki yang merupakan asistennya melirik buket bunga mawar merah besar itu sekilas lalu cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Lelaki yang telah mendampingi Davin sejak pertama kali mewarisi Semesta Corporation itu menghela napas panjang lalu mengembuskannya kembali. Dia sudah puas melihat anak dari atasannya itu dipermainkan oleh wanita. Dia mempunyai firasat, kali ini kejadiannya akan sama.
“Tuan Muda terlalu mencintai gadis itu. Apakah Tuan yakin, dia benar-benar tulus?” tanyanya dengan tenang.
“Ck, apa Anda sedang mengutukku, Pak Han?” Davin melirik tidak senang ke arah lelaki paruh baya yang ada di sisinya sekarang.
“Tidak, bukan begitu Tuan. Saya hanya takut, Tuan Muda memilih gadis yang salah lagi.” Lelaki itu menunduk, tetap menunjukkan rasa hormatnya pada Davin meskipun dia lebih tua.
“Kali ini aku yakin, Vidia seperti yang aku inginkan. Pak Han tidak perlu khawatir.” Davin mengatakan itu dengan penuh keyakinan. Kali ini, dia ingin memastikan kalau Vidia adalah cinta terakhirnya.
“Jalan, Pak! Ke apartemen Vidia.” Perintah Davin pada sopirnya.
“Semoga saja. Saya selalu mendo’akan yang terbaik untuk Tuan Muda.” ucap Pak Han dengan pelan dan sangat sopan.
“Terima kasih.” Kini giliran Davin yang menghela napas. Dia sungguh tidak sabar untuk menemui Vidia.
Mobil mewah keluaran terbaru milik Davin memasuki area apartemen tempat kekasihnya tinggal. Saat turun dari mobil, dia merapikan jas terlebih dahulu. Dengan percaya diri penuh, Davin melangkah pasti menuju ruangan tempat Vidia tinggal. Banyak pasang mata menatap ke arah lelaki itu kagum. Banyak gadis yang menelan salivanya sendiri, ingin dapat bersentuhan dengan Davin. Ya, pesona lelaki itu sangat luar biasa. Saat berpakaian lengkap seperti sekarang dia tetap terlihat seksi.
Davin tidak peduli, dengan para gadis yang tertarik dengan auranya. Baginya, satu Vidia sudah cukup. Meskipun baginya, mendapatkan wanita hanya semudah menjentikkan jari, tetapi Davin tidak berminat bermain cinta. Dia memegang teguh prinsipnya, menjadi lelaki penuh pesona yang setia.
Lelaki itu sampai di depan pintu apartemen milik Vidia, lebih tepatnya miliknya yang ditinggali oleh wanita itu. Davin segera menekan sandi pintu kamar itu dan otomatis terbuka. Dia melangkahkan kakinya masuk, seperti biasa, dia menuju ke ruang tamu. Suasana sepi, mungkin Vidia masih ada di kamarnya, di lantai atas. Mendadak langkah Davin terhenti. Dia melihat kemeja lelaki tergeletak di lantai dan tidak jauh dari kemeja itu, ada gaun Vidia yang dibiarkan terkulai.
Perasaan tidak enak menyeruak, Davin ingin memastikan kalau dugaannya tidak benar. Dia melangkahkan kakinya perlahan menaiki tangga menuju kamar Vidia. Semakin kakinya menaiki anak tangga, samar-samar Davin mendengar suara Vidia bermanja-manja dengan seseorang. Rasa penasaran lelaki itu semakin memuncak, dia terus menaiki satu per satu anak tangga.
“Berhenti menggodaku, Jo. Ayolah.” Davin bisa mendengar dengan jelas itu suara Vidia.
“Sabar, Sayang. Aku masih ingin bermain-main.” sahut seorang lelaki, Davin tidak mengenali suara itu. Tangannya mengepal, dia sudah bisa memastikan kalau Vidia berselingkuh.
“Jonathan, please.”Vidia terdengar memohon pada lelaki yang tengah bersamanya.
Emosi Davin membuncah. Selama ini dia belum pernah menyentuh Vidia sampai sedalam itu. Sekarang dia justru dihadapkan kenyataan kalau wanita yang sangat dia cintai ditiduri oleh orang lain. Davin melangkah cepat ke arah pintu kamar Vidia, tanpa basa-basi dia menendang daun pintu itu hingga terbuka. Vidia yang sedang asyik bergumul dengan lelaki lain terkejut. Davin melihat dengan mata kepalanya sendiri, Vidia berada di bawah kungkungan lelaki lain tanpa busana di dalam selimut. Wajah wanita itu pucat pasi saat menatapnya.
“Keluar!” Davin meneriaki dua manusia tanpa busana di hadapannya. Matanya merah, giginya gemeretak.
Vidia membalut dirinya dengan selimut dan menghampiri Davin, sementara lelaki yang disebut Vidia dengan nama Jonathan itu bergegas memakai kembali celananya. Vidia menarik tangan Davin, tetapi secepat kilat lelaki itu menepisnya.
“Davin, aku—“ Davin menunjukkan telapak tangannya di hadapan Vidia sebagai tanda dia tidak ingin mendengarkan wanita itu bicara sepatah kata pun.
“Aku selalu berusaha menahan diriku untuk menjaga kehormatanmu, tapi ini yang aku dapatkan? Aku pikir kamu wanita yang berhati mulia dan tulus padaku, tapi ternyata? Kemasi semua barang-barangmu tanpa ada satupun yang tersisa. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Kita putus!” Davin berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Vidia yang luruh ke lantai. Kata-kata Davin menusuk hingga ulu hatinya. Apa yang dikatakan lelaki itu memang benar.
“Davin!” Dia mencoba untuk memanggil, tetapi Davin tidak akan pernah lagi menoleh.
Dengan wajah kusut dan hati diselimuti emosi, Davin masuk kembali ke dalam mobil. Lelaki itu memijat keningnya. Dia tidak habis pikir, mengapa setiap wanita yang dijadikan kekasihnya selalu berkhianat. Apakah setia sesusah ini? Pertanyaan itu kerap muncul di kepalanya.
“Tuan Muda, ada apa? Anda bertengkar dengan Nona Vidia?” melihat wajah kacau Davin, Pak Han penasaran. Apa yang terjadi dengan atasannya.
“Tidak. Mendadak aku pusing. Aku ingin pulang dan istirahat.” Kali ini, Davin ingin memendam sakitnya sendiri. Berkali-kali dikhianati membuatnya lebih kebal dalam urusan patah hati.
“Tapi dalam satu jam ke depan kita harus menghadiri rapat dengan Direktur Mega Corporation. Tuan tidak akan pergi?” Pak Han mengingatkan jadwal Davin hari ini.
“Bagaimana kalau Pak Han saja yang pergi? Kali ini, aku sedang benar-benar tidak enak badan.” Davin berkilah. Dia tidak mau emosinya terbawa sampai ruang rapat.
“Baiklah, saya akan datang mewakili Tuan Muda. Perlu saya teleponkan Dokter Richard?” Dokter Richard adalah Dokter keluarga Davin. Dia sudah menangani masalah kesehatan keluarganya beberapa tahun terakhir.
“Tidak perlu. Aku hanya perlu istirahat saja. Anda jangan lupa siapkan materi untuk besok. Segera cek laporan yang berada di meja dan laporkan segera hasil pengamatan Anda setelah selesai. Ponselku aku matikan, jika ada hal penting dan , Anda bisa menghubungi nomor pribadiku.” Pesan Davin panjang lebar. Dia harus memastikan seluruh pekerjaannya aman meskipun dirinya tidak berada di kantor.
“Baik, saya akan melaksanakan semua pesan Tuan Muda.” sahut Pak Han patuh.
Lelaki itu kemudian membuka ponselnya untuk mengirim pesan kepada seseorang. Di dalam benaknya, Pak Han sangat yakin, kalau Davin sedang ada masalah dengan Vidia, tetapi dia memilih untuk pura-pura tidak mengetahuinya. Mendadak dia menemukan sesuatu di ponselnya dan seketika tertawa.
“Ada apa? Apa anda baru saja menertawakan ku?” Davin merasa tersindir. Emosinya memang belum stabil.
“Tidak, tentu saja tidak Tuan Muda. Ini, pimpinan Pesona Group membuat pengumuman lowongan kerja sebagai sopir putrinya, tapi persyaratannya seperti sedang mencari model sampul majalah saja, haha.” Pak Han tertawa, Davin pun tertarik untuk ikut membaca lowongan pekerjaan yang dibaca oleh sekretarisnya.
“Coba lihat,” Davin meminta ponsel Pak Han. Lelaki itu menyerahkan ponselnya, Davin tersenyum saat membaca persyaratan yang diajukan oleh pimpinan Pesona Group. Memang benar seperti yang asistennya bilang, persyaratan yang diajukan cukup tidak lazim.
"Setelah sekian lama, akhirnya aku menemukanmu, Selena." Gumamnya sangat pelan, sehingga Pak Han tidak dapat mendengarnya.
Sesaat kemudian, Davin menemukan sebuah ide. Dia ingin menyamar untuk menemukan cinta sejati, seperti yang dilihatnya di film-film. Mungkin dengan cara itu, dia bisa berhasil menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya dengan tulus.
“Pak Han, siapkan surat lamaran kerja untukku. Jangan sertakan pendidikan asli dan juga jabatan ku. Buat sesederhana mungkin.” perintahnya mendadak. Pak Han tercengang, mencoba mencerna apa yang sedang dibicarakan oleh Davin.
“Jangan bilang kalau Tuan Muda mau—“
“Benar, aku mau melamar pekerjaan di Pesona Group.” Tandasnya.
“Sebagai sopir?” Pak Han tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“Ya. Bukankah lowongan pekerjaannya memang sebagai sopir?”
“Tapi, Tuan Muda—“
“Sudahlah, kerjakan apa yang aku perintahkan.”
“Ba-baik.”
'Sepertinya Tuan Muda Davin sangat frustrasi diputuskan oleh pacarnya sampai nekad menjadi sopir untuk menghibur diri. Jangan gila Tuan Muda, jangan gila.' Batin Pak Han sambil memandangi Wajah Davin yang menatap lurus ke depan tanpa disadari.
Note:
Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.