Julian perlahan membuka matanya. Cahaya matahari tumpah menenggelamkan ruangan dengan kilau keemasan yang mewah. Hal pertama yang Julian sadari adalah suara lembut goresan pena di atas kertas, dan tubuhnya yang sakit semua. Saat ia menoleh ke sisi kirinya, ia terkejut melihat kakaknya, Heinrich, duduk di sisi ranjang di sebuah kursi. Pria muda itu sedang menulis sesuatu di sebuah buku catatan, terlihat sangat serius, dan entah mengapa, membuat Julian teringat dengan ayah mereka. Saat itulah mata Heinrich naik dan bertemu dengan tatapannya. “Kau bangun, Brother,” ucapnya dengan suara dalam yang hangat… entah mengapa. Seperti lega bahwa ia bangun. Kenapa? Tangan pria muda itu terulur ke dahinya, dan Julian hampir ingin menepisnya karena risih, tapi ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya y