Sudah seminggu sejak malam bulan purnama pertama Harriet dan Liam. Hari-hari wanita itu dilalui dalam rutinitas yang menenangkan.
Belum ada surat dari Old Duke, namun Harriet sudah menerima beberapa informasi dari kenalan-kenalannya. Peperangan masih berlangsung dengan sengitnya.
Begitu banyak juga bantuan yang dikirimkan oleh para pemegang kekuatan militer di Benua Kekaisaran ini untuk Old Duke. Harriet dan semua orang di Kastil Almandine dapat menghela napas lega mengetahui informasi ini. Mereka memang percaya Old Duke dan pack mereka akan memenangkan pertempuran.
Di sore hari, saat Harriet akan naik ke menara bersama para pelayannya untuk membersihkan tubuh Liam, Daniel muncul dan mengatakan pada Harriet bahwa ada surat yang datang dari ibukota kekaisaran untuknya.
Kata-kata Daniel langsung membuat Harriet mengerutkan alisnya dalam-dalam.
"Aku akan membacanya nanti. Terima kasih, Daniel," ucap Harriet, langsung pergi meninggalkan Daniel yang bingung.
"Ta-tapi, Madam, bukankah ini adalah hal penting? Yang Mulia Kaisar mengirimkannya sendiri untuk Anda…" Daniel mengejar langkah Harriet.
"Yah, kalau memang hal yang penting maka Kaisar seharusnya mengirim orang kepercayaannya untuk menemuiku, bukan mengirimiku surat," ucap Harriet tenang.
Di lorong di bawah tangga menuju menara, Harriet menoleh pada Daniel dan tersenyum. "Taruh saja di meja rias kamarku dan aku akan membukanya setelah makan malam," ucap Harriet kemudian.
Daniel tidak bisa berkata-kata lagi dan tersenyum bingung. Ia melihat Harriet memimpin para pelayan naik ke menara.
Begitu sosok wanita itu tidak lagi terlihat, Daniel memperhatikan surat di tangannya dengan wax stamp Kekaisaran Euclase yang dilapisi bubuk emas. Ia merasa agak canggung karena surat itu seperti benda panas di tangannya. Ia memang mendengar bahwa Marchioness Goldlane adalah orang yang sangat dipercaya oleh Kaisar dan berbakat dalam politik.
Namun, sepertinya Harriet masih kesal pada Kaisar karena Kaisarlah yang mengirim adiknya dalam ekspedisi berbahaya yang menyebabkan kondisi adiknya sekarang.
Daniel pun pergi dan melaksanakan perintah Harriet.
***
Setelah seminggu, Harriet sudah cukup bisa mengelap tubuh Liam dengan lebih baik. Ia hanya dibantu dua orang pelayan untuk membalik dan memiringkan tubuh Liam.
Meskipun ia dan Liam sama sekali tidak bisa bicara satu sama lain atau melakukan sesuatu bersama, Harriet merasa waktu ia membersihkan tubuh Liam adalah salah satu caranya untuk menjadi lebih dekat dengan pria itu.
Liam sama sekali tidak makan kecuali saat ia bangun setiap sebulan sekali. Ia juga tidak terbangun apapun yang orang lakukan pada tubuhnya. Yang mengindikasikan bahwa ia masih hidup adalah suhu tubuhnya dan napasnya saja.
Seperti biasa, setelah itu para pelayan mengundurkan diri dan meninggalkan Harriet di ruangan. Harriet akan duduk sejenak menunggu matahari terbenam dan menyalakan lilin, lalu membuka panel langit-langit.
Namun saat sudah waktunya makan malam, Harriet merasa tidak ingin turun ke bawah. Ia tidak ingin membuka surat dari ibukota.
Wanita itu menghela napas panjang dan memutuskan untuk bertindak egois sekali saja. Ia membunyikan tali bel yang diinstal di menara untuk memanggil pelayan dari bawah, lalu meminta makan malamnya dibawa ke atas menara saja. Ia juga tidak lupa meminta seroang pelayan mengambilkan beberapa buku yang ia baca soal Lycan dan buku besar akuntansi para Lycan untuk dipelajari.
Ia berpesan bahwa ia akan tidur di sini malam ini.
Harriet duduk di sofa dengan nyaman sambil menyantap makanannya. Setelah itu, ia akan membaca dalam diam.
Sekali-kali ia akan menoleh ke arah Liam yang tertidur pulas, merasakan kedamaian sendu yang perlahan memudar menjadi rasa nyaman dan familiar yang aneh.
Harriet mengerutkan alisnya dalam-dalam saat membaca di buku tentang Lycan bahwa Lycan memiliki umur panjang dan cepat pulih dari luka-luka mereka karena mereka memiliki regenerasi yang sangat baik.
Sulit membunuh Lycan, apalagi, Alpha mereka. Dalam catatan, Old Duke pernah ditusuk dengan tujuh belas pedang dan sebelas belati dalam peperangan di masa jayanya. Namun ia pulih dalam waktu sebulan.
Harriet melirik lagi pada suaminya. Ia mengingat luka menyilang besar di d**a pria berambut pirang panjang itu dan kenyataan bahwa ia tidak memiliki jantung…
Mereka sungguh adalah monster.
Bukannya itu hal yang buruk bagi Harriet, tetapi lebih baik mengakui kenyataan bahwa mereka memang monster daripada menyangkalnya. Lagipula, tinggal dan menikah dengan monster seperti mereka bukan pengalaman yang mengerikan, menurut Harriet.
Wajah wanita itu merona merah.
Harriet berdiri, menaruh bukunya ke meja dan berjalan ke jendela di mana ia melihat Liam duduk di malam pertama mereka.
Saat itu pria itu terlihat lebih mengesankan daripada seorang pangeran. Namun, saat ini, ia terlihat seperti seorang Sleeping Beauty. Memikirkan itu membuat Harriet tertawa kecil. Suaminya adalah seorang monster, pangeran tampan, dan Sleeping Beauty sekaligus.
Rembulan sudah naik ke puncak cakrawala, dan bintang musim semi mulai terlihat berkilauan. Banyak konstelasi akan terlihat jelas di langit musim panas, Harriet merasa tidak sabar lagi menyaksikannya dari menara ini. Bersama Liam…
Kalau pria itu masih bisa membuka matanya.
Harriet pun mengganti gaunnya dengan gaun tidur yang lebih nyaman dan masuk ke dalam selimut di ranjang, di sisi Liam. Karena lelah, ia segera tertidur.
Malam itu, dalam mimpi Harriet, ia melihat seorang pria berambut pirang panjang melangkah ke sisinya dan memeluknya erat. Rasanya sangat hangat dan nyaman, sehingga Harriet tertidur dengan pulas, jauh lebih pulas dari malam-malam biasanya.
***
Keesokan paginya, Sekretaris Daniel mendaki menara dengan membawa senampan sarapan untuk Harriet. Ia juga membawa surat dari ibukota kemarin bersamanya.
Daniel sendiri sebenarnya tahu bahwa Harriet tidak ingin kembali ke kamarnya dan membaca surat itu, membuatnya memutuskan untuk tidur di menara. Namun, meskipun Harriet tidak ingin membacanya, Kaisar tetaplah pemimpin Benua Kekaisaran ini. Mereka tidak bisa menundanya lagi.
Seperti biasa, Daniel melakukan rutinitas paginya. Ia menutup panel langit-langit dan akan membereskan ruangan saat–
CLANG!
Daniel menjatuhkan nampan piring kosong di tangannya melihat Liam memeluk Harriet dari belakang di ranjang. Ia masih belum bisa mencerna pemandangan itu saat tiba-tiba, dua orang tuannya itu perlahan terbangun.
"Y-Y-Young Lord…?"
"Astaga, berisik sekali, ada apa sebenarnya?" Liam duduk perlahan dengan mata masih tertutup, sementara Harriet mencoba membuka matanya yang masih lengket karena tidurnya yang nyenyak. Ia bingung namun karena masih belum benar-benar sadar, ia belum menyadari sesuatu yang aneh.
"Young Lord bangun!"
Daniel berlari keluar dari ruangan untuk mencari tabib, meninggalkan Liam dan Harriet yang masih belum sadar sepenuhnya.
Saat itu, Harriet mulai sadar ia baru mendengar suara serak Liam.
Dan Liam mulai sadar ia bangun di bawah sinar matahari pagi.
Lalu keduanya saling bertatapan.
"Eh?"
"Ah…"