Namun harapannya gagal. Alea terbangun di rumah sakit dengan Bunda yang terisak di sisi ranjangnya. Kepalanya berdenyut, tapi dia bisa mengingat dengan baik kejadian yang sudah menimpa dia. “Bun ….” Tangan Alea bergerak, berusaha menjangkau kepala bundanya yang telungkup di pinggir ranjang. Mendengar panggilan anaknya, Bunda bangun dan memandang Alea penuh linangan air mata. “Lea, kamu sudah sadar? Apa yang kamu rasakan?” Alea tidak bisa mengangkat kepalanya, rasanya berat san sakit sekali. Dia meringis menahan nyeri. Bukan hanya kepalanya yang sakit tapi juga beberapa bagian di tubuhnya. “Nggak usah bangun. Kamu masih dalam pengaruh obat. Lukamu banyak. Ayahmu keterlaluan, menyiksa anak sendiri seperti ini.” “Ayah … bagaimana?” Bunda menunduk. Terlihat bingung d