01 |PERTEMUAN KEMBALI

1037 Words
MASIH seputar kehidupan nyentrik Jeha, gadis tomboy yang menghabiskan satu tahun umurnya hanya dengan berbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit, atau dalam ilmu kedokteran disebut keadaan koma. Jeha belum terima saat semua orang mengatakan selama ini dirinya mengalami koma. Karena Jeha dapat merasakan bahwa ia masih hidup sebelumnya, bersama orang tuanya, bersama sahabatnya, dan juga pria yang ia cintai. Mas Serigala… Hati Jeha berdesir ketika mengingat panggilan itu. Entah itu hanya sekadar bunga tidur atau kenyataan yang dimanipulasi Tuhan, satu-satunya yang Jeha inginkan sekarang adalah bertemu dengan pria yang ia cintai. Mereka sudah berjanji saat terakhir kali, bahwa Jeha dan Sergio akan bertemu lagi di dunia yang lebih baik. Dan mungkin saja dunia tempatnya hidup sekarang. Maka karena itu ketika Rossa mengatakan ada seorang dosen baru yang memiliki nama Sergio di kampusnya, Jeha tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melihatnya. Walau ibunya sudah berteriak melarang sampai seRT mungkin bisa mendengar, Jeha tetap kabur pergi ke kampus masih memakai pakaian tidurnya. “Mas Sergio.” Setelah mencari ke seluruh penjuru kampus, Jeha dan Sergio akhirnya dipertemukan di lorong terbuka dekat lapangan olahraga outdoor. Sergio yang mendengar namanya disebutkan dengan gaya yang aneh lantas menatap heran gadis yang berdiri di beberapa meter di depannya. Gadis yang entah siapa dan berasal dari mana, Sergio hanya mengerjap-ngerjapkan mata kebingungan. “Mas Ser akhirnya kita ketemu lagi!!” Jeha berteriak dengan girang kemudian berlari merentangkan tangan mendekatinya. Berharap mendapat pelukan atau senyum kerinduan dari pria itu. Tapi naas, didetik berikutnya Sergio memilih menghindar dan Jeha memeluk udara hampa di sekitarnya. “Kenapa pasien RSJ ada di sini?” Sergio bertanya-tanya sambil memandang jijik Jeha. Jeha melirik Sergio yang menjaga jarak di sebelahnya. “Aku bukan pasien RSJ!” protes Jeha, sementara Sergio mendelik mendengarnya lalu garuk-garuk kepala kebingungan. “Lalu kamu siapa? Kenapa tiba-tiba bertindak aneh?” Mustahil! Jeha mendadak lesu setelah mendengar pertanyaan Sergio yang ternyata tidak mengingat atau mengenalinya. “Ka-kamu beneran nggak ingat aku sama sekali?” Jeha bertanya dengan terbata. Kepala Sergio menggeleng, dia juga memandang Jeha seakan-akan gadis itu adalah spesies langka yang baru ditemukan di muka bumi. “Mana mungkin aku bisa mengingatmu jika bertemu denganmu saja tidak pernah,” paparnya dengan sedikit sinis. Hati Jeha tercubit. Tega sekali Sergio mengatakan mereka tidak pernah bertemu padahal berbulan-bulan lebih mereka pernah menghabiskan waktu bersama. “Dasar kacang lupa kulitnya!” umpat Jeha. “Kalau dulu kutinggalkan kau di hutan sendirian, mungkin sekarang kau sudah mati dibunuh para pemburu hutan!” semprotnya lagi. Sergio seketika melotot mendengar ucapan aneh Jeha. “Apa maksudmu? Kenapa aku bisa mati di hutan?” tandasnya. Air mata tiba-tiba bergerumul di bola mata Jeha. Mana mungkin Jeha tidak sedih jika pria yang teramat ia cintai secepat ini melupakannya. Sialnya, kenangan saat mereka berciuman melintas dalam bayang-bayang ingatan Jeha. “Hiks… kamu keterlaluan Mas! Padahal kamu sudah berjanji tapi… hiks…” Jeha mengungkapkan kekecewaannya, namun reaksi gadis itu justru membuat Sergio bertambah yakin jika Jeha adalah pasien RSJ yang kabur. Sergio bergidik ngeri lalu pelan-pelan berjalan meninggalkan Jeha yang masih terisak menangis sendirian. Gadis itu menyadari kepergian Sergio tetapi tidak mencoba menahannya, ia butuh waktu untuk menerima kenyataan pahit ini. Sedangkan Sergio yang sudah beberapa langkah di depannya mendadak merasa tidak enak hati karena meninggalkan Jeha begitu saja. Pria itu akhirnya berhenti melangkah kemudian membalikkan badan menatap Jeha yang masih berdiri sambil menangis di belakangnya. Rasa tidak tega yang muncul dari dalam hatinya saat ini ntah disebut rasa iba atau rasa perhatian, yang pasti Sergio berubah pikiran untuk meninggalkannya. Pria itu masih bergeming di posisinya, antara ingin pergi atau kembali menghampiri Jeha. Terjebak suasana serba salah, tiba-tiba saja terlihat sebuah bola melayang dan jatuh mengenai kepala Jeha hingga dalam hitungan detik tubuh Jeha jatuh pingsan tak sadarkan diri. Rombongan para pemain sepak bola lantas berangsur-angsur mendekati Jeha dan menanyakan keadaannya, begitu juga Sergio yang ikut berlari mendekati kerumunan. “Kalian ini gimana sih! Main bola yang bener dong!” tegur Sergio kepada para mahasiswa pemain sepak bola yang menyebabkan Jeha jatuh pingsan. Salah satu dari mahasiswa bernama Yogi menyahut, “Maaf Pak. Nggak sengaja.” “Eh tapi, ini bukannya Jeha ya?” celetuk Irfan ketika familiar melihat wajah gadis yang baru saja terkena lemparan bola dari anak-anak yang sedang bermain sepak bola. “Iya, gue kenal nih cewek,” timpal mahasiswa lain. Dahi Sergio mengernyit, lalu bertanya, “Kalian kenal sama perempuan ini?” “Iya Pak, dulu dia seangkatan sama saya. Namanya Jeha. Saat ikut camping kampus tahun lalu, dia ditemukan masuk jurang terus koma. Baru-baru ini saya dapat informasi kalau dia barusan sadar dari rumah sakit.” Penjelasan Irfan membuat Sergio manggut-manggut mengerti. Ternyata Jeha mantan mahasiswa di universitas tempatnya mengajar, syukurlah karena itu berarti Jeha bukan pasien rumah sakit jiwa. “Yasudah, cepet kalian bawa dia ke klinik kesehatan kampus!” perintah Sergio. Kemudian para mahasiswa laki-laki di sana berbondong-bondong menggotong tubuh Jeha yang pingsan dibawa ke klinik kesehatan kampus sesuai perintah Sergio. Sergio tidak ikut bersama mereka ke sana, takut Jeha akan berbicara aneh lagi saat bertemu dengannya. Sergio bukan tipikal orang yang suka diganggu, apalagi berurusan dengan orang yang tidak dikenalnya maka Sergio pun bersikap cuek pada Jeha dan membiarkan para mahasiswa yang membawa Jeha pergi ke klinik. Sergio memutuskan kembali ke ruangannya karena sepuluh menit lagi dia ada kelas mengajar. Kali ini tidak dengan pikiran setenang tadi. Pikirannya berkecamuk akibat Jeha. Aneh sekali perempuan itu tiba-tiba mendatanginya ke kampus padahal kata Irfan Jeha baru saja sadar dari koma. Apa ini ada kaitannya dengan kata-kata aneh yang dikatakan Jeha padanya beberapa saat yang lalu? “Apa maksud gadis itu saat mengatakan kacang lupa kulitnya? Dalam peribahasa kalimat itu berarti seseorang yang tidak tahu diri dan lupa akan asalnya, tapi apa hubungannya denganku?” Sergio menggerutu heran disela perjalanannya menuju ruang dosen. Pikirannya masih belum tenang, Sergio berulang kali memastikan ingatannya, ia yakin belum pernah bertemu Jeha. Tapi melihat betapa seriusnya Jeha berbicara tadi, perempuan itu sepertinya tidak sedang berbohong. Arrghh! Sergio menggeram karena dibuat bingung sekaligus frustasi saat ini. Masa bodoh siapakah Jeha, toh gadis itu juga berumur jauh di bawahnya. Mungkin Jeha hanya salah satu fans yang mengenal Sergio di media sosial, mengingat betapa terkenalnya Sergio di kalangan kaum hawa dari dulu sampai sekarang. BERSAMBUNG…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD