Aku sangat penasaran tentang warisan ini, kenapa aku harus menyerah karena perkataan wanita itu? Karena itu, ketika dia tidak memperhatikan, aku menyelinap masuk dan berlari ke arah lift, “Berhenti! Apa yang kamu lakukan?” Pegawai wanita itu menyadari tindakanku, dan dia segera mengejarku sambil berteriak pada satpam, “Satpam! Cepat hentikan pria itu! Tamu VVIP akan segera datang, jika bertemu dengan bocah ini, kita semua bisa kena sanksi!” Meskipun sudah susah payah mengejarku, namun aku berhasil masuk ke dalam lift dan segera menekan tombol lantai delapan.
…
Setelah berhasil naik ke lantai delapan, aku menyadari hanya ada satu kantor di lantai ini. Sesampainya di depan ruangan tersebut, ada seorang pria tua yang memakai setelan jas dan dasi membungkuk sambil berkata, “Tuan Muda Kevin, Anda sudah datang?”
“Kau yang menelponku?” Kataku sambil menatap pria yang membungkuk di depanku. Dia mengenakan jas abu-abu dan sikapnya sangat sopan. Dia memberi kesan seolah ia telah hidup lama di lingkaran kelas elit sosial.
“Ya, benar. Izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Herman Sutejo, saya adalah Manajer Umum Grup Bristol. Tentu saja, status saya sekarang adalah pelayan pribadi Anda,” kata Herman sambil tersenyum.
“Lalu bagaimana dengan warisan yang kau katakan di telepon kemarin?”
“Sebelumnya izinkan saya bertanya, masih ingatkah anda dengan kejadian tiga tahun lalu saat Anda menyelamatkan seorang pria tua bermarga Budiman? Anda merawatnya dengan baik selama satu bulan."
“Seorang pria tua bermarga Budiman?” Aku teringat pada memori tersebut. Saat itu aku sedang berenang dan ada seseorang yang hanyut dan nyaris tenggelam. Aku menyelamatkannya dan merawatnya selama kurang lebih satu bulan, “Ya, memangnya ada apa?”
“Seminggu yang lalu, Pak Budiman meninggal karena sakit. Sebelum ia meninggal, beliau meninggalkan wasiat. Karena beliau tidak punya anak, maka semua harta miliknya dia wariskan pada Anda.”
“Hah?” Aku terkejut dan segera bertanya, “Lalu berapa totalnya?”
"Terdapat total 127 perusahaan di bawah naungan Grup Bristol, 13 di antaranya adalah perusahaan yang terdaftar, termasuk Bank Bristol, Bristol Trust, Bristol Real Estate, dan lain-lain dengan total nilai pasar sekitar dua puluh kuadriliun. Tentu saja, selain itu, terdapat properti-properti lain seperti kaligrafi, lukisan, barang antik, logam mulia, dan lain-lain. Oiya, selain itu di lemari emas terdapat beberapa logam mulia dan uang tunai yang disimpan. Nilainya tidak banyak, hanya triliunan saja, uang dan logam mulia tersebut disimpan di sini agar memudahkan Anda mengambil uang saku.”
“Beberapa triliun? Tidak banyak? Hanya uang saku?” Mendengarkan perkataannya dan membayangkan deretan angka tersebut, suaraku bergetar tidak percaya, “Apa kau yakin aku yang akan mewarisi semua ini?”
“Tentu saja, jika Anda masih tidak percaya pada saya, Anda bisa membaca dan menandatangani kontrak warisan saat ini juga.” Setelah ia berbicara, Herman meletakkan kontrak warisan di depanku.
Aku mengambil kontrak itu dan tanganku mulai gemetar, “Apakah ada syarat untuk mewarisi warisan ini?”
“Tidak, selama Anda menandatangani kontrak tersebut, maka warisan yang ditinggalkan akan segera menjadi milik Anda. Namun jika ingin mengakses uang tunai di brankas, Anda perlu memverifikasi sidik jari dan mata terlebih dahulu di saat yang bersamaan.”
“Boleh aku pergi ke brankas untuk melihatnya?” Memikirkan uang tunai di lemari besi yang bisa menjadi milikku, aku menjadi sangat bersemangat.
“Ya, tapi seperti yang saya katakan, ada proses yang harus Anda lewati terlebih dulu, harap menunggu.” Selesai bicara, Herman membungkuk dan berbalik pergi.
Sambil menunggu ia kembali, aku memutuskan untuk membaca isi kontrak tersebut. Saat itulah, pintu lift di lantai delapan tiba-tiba terbuka. Anggota staf wanita yang mempersulitku sebelumnya berlari keluar dengan diikuti oleh sekelompok satpam. Ketika melihatku, dia langsung berteriak, “Itu orang yang menyelinap masuk tadi! Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia bertemu dengan tamu penting hari ini.”
Sebelum aku mampu memproses apa yang terjadi di depanku, beberapa satpam sudah menekanku ke lantai, “Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!” Baru saja aku bisa menikmati berada di puncak hidup, tiba-tiba saja aku sudah ditekan ke bawah lagi, hal ini membuatku sangat marah.
“Kau ini bicara apa? Kenapa kau membuat masalah di sini?!” Staf cantik itu memakiku.
“Aku tidak membuat masalah! Aku kan sudah bilang, aku datang ke sini untuk melakukan transaksi, aku adalah tamu VVIP yang seharusnya kalian sambut itu!”
“Kamu tamu VVIP?” Staf cantik itu tertawa mendengar perkataanku, “Sudahkah kau melihat dirimu di depan cermin? Kau itu sangat miskin, bagaimana bisa kau menjadi seorang tamu VVIP?”
“...” Aku sangat ingin membantah, tetapi pada saat itu, aku tiba-tiba menyadari bahwa dari posisiku saat itu, aku bisa melihat pemandangan indah dari bawah roknya. Staf wanita itu mengenakan celana dalam renda ungu yang seksi, aku hanya bisa bertanya-tanya, siapakah orang yang dia coba rayu?
“Dasar miskin, apa yang kau lihat?” Setelah dia menyadari apa yang aku lihat, dia langsung menendangku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Melihat perlakuannya padaku, satpam yang berdiri di sampingnya tidak tahan lagi dan menghentikannya, “Bu Linda, bukankah ini terlalu berlebihan? Bagaimana jika dia benar-benar tamu penting itu?”
“Apa kalian buta? Lihat dia! Dia sangat miskin, bagaimana mungkin dia jadi tamu penting di bank ini? Selain itu, bos telah berulang kali menginstruksikan bahwa tamu hari ini sangat penting dan harus diperlakukan dengan baik. Jika bocah ini bertemu dengan tamu itu, apa kalian mau menanggung semua akibatnya?” Ketika ia mengatakan itu, semua satpam terdiam.
Dalam keheningan itu, tiba-tiba terdengar suara dari belakang wanita itu, “Apa yang kalian lakukan?” Ketika mendengarnya, aku langsung menyadari bahwa itu adalah suara Herman.
Staf cantik itu berbalik dengan gembira dan berkata seolah-olah ia telah menyelamatkan citra tempat ia bekerja, “Tuan Herman, saya menangkap seorang pengacau dan akan mengusirnya sesegera mungkin. Jangan khawatir, dengan adanya saya di sini, bocah tengil ini tidak akan bertemu dengan tamu penting itu!”
“Pengacau?” Setelah mendengar kata-kata itu, Herman melirik ke arahku dan langsung tampak ketakutan, “Ketua, Anda baik-baik saja, ‘kan?” Dia dengan cepat berjalan ke arahku, “Sebentar, saya akan membantu Anda berdiri.”
“Ketua?” Linda tercengang ketika mendengarku disebut seperti itu, “Bapak manajer umum, barusan Anda memanggilnya apa?”
“Dia adalah Ketua baru Grup Bristol, menurutmu bagaimana aku harus memanggilnya?” ucap Herman dengan ekspresi yang dingin.
“Jadi… apa dia benar-benar tamu VVIP itu?” Linda masih tercengang. Setelah tertegun selama beberapa detik, ia segera berlutut, “Maaf, maafkan saya. Saya mohon jangan pecat saya, tolong maafkan apa yang sudah saya perbuat!”
“Bagaimana menurut Anda, tuan? Apakah saya perlu memecatnya?” Herman tiba-tiba menatapku.
Mendengar bahwa dirinya akan dipecat, Linda semakin takut, ia berlutut di tanah dan merangkak ke arahku, kemudian memeluk kakiku dan berkata, “Tolong, tolong jangan pecat saya. Saya bersedia melakukan apa saja, tapi tolong jangan pecat saya!” Setelah mengatakan itu, demi merayuku, dia juga melepaskan kancing baju atasnya sehingga belahan dadanya terekspos langsung di depanku. Belahan dadanya sangat putih, seputih salju. Aku tidak mampu menahan diri dan akhirnya melihat ke arah belahan dadanya. Dari tempatku berdiri, aku hanya bisa melihat belahan p******a yang dalam.
Sebenarnya Linda merupakan wanita yang cantik, memiliki p******a yang besar dan pantatnya sangatlah montok. Tubuhnya pun sangat memancarkan aura feminin wanita dewasa yang tidak bisa dibandingkan dengan gadis-gadis yang masih sekolah. Namun tidak tahu kenapa, setelah melihat perilakunya yang memuakkan, aku hanya bisa merasa jijik padanya. Aku menatapnya dengan sombong dan mencibir, “Kau benar-benar bersedia melakukan apa saja?”
“Aku bersedia melakukan apa saja, kemampuanku di ranjang juga sangat hebat!” Linda tidak memedulikan harga dirinya lagi dan mengatakan hal itu dengan sangat terbuka. Mungkin menurutnya, selama ia bisa tidur bersamaku, dia akan bisa mengubah keadaan dan mampu mendapatkan lebih banyak uang dari Bank Bristol.
“Baiklah, kamu bisa tetap bekerja di bank ini sebagai pembersih toilet,” kataku sambil tersenyum.
“Apa?!”
Linda tercengang, tetapi aku mengabaikannya dan segera melihat Herman, “Paman Herman, apa prosedurnya sudah disiapkan? Bolehkah aku pergi ke lemari emas untuk melihatnya?”
“Tuan muda, silakan ikuti saya.” Setelah ia bicara, ia berjalan mengabaikan Linda yang berlutut dalam keadaan putus asa ke pintu luar. Dengan arahan dari Herman, kami masuk ke dalam sebuah lift eksklusif dan turun sampai basement nomor dua. Setelah melakukan verifikasi mata dan sidik selama lima kali, sebuah pintu lemari emas terbuka di depan mataku, dan saat verifikasi keenam selesai, pintu terakhir dari lemari emas itu terbuka, menunjukkan bagian dalam lemari emas tersebut yang besarnya seukuran lapangan sepak bola.
“Tuan, ini adalah lemari emas pribadi Anda. Saya akan menjelaskan detailnya sembari kita masuk ke dalam brankas pribadi Anda.” Saat kami masuk, ia mulai menjelaskan satu persatu barang yang ada, “Bagian di sebelah kiri merupakan cadangan emas Anda, setiap batang beratnya 250 gram. Total emas yang ada di sini mencapai 10 ton. Sedangkan di sebelah kanan adalah koleksi jam tangan terkenal milik Anda, saya tidak tahu merek apa yang Anda suka, jadi saya telah menyiapkan beberapa jam tangan merek internasional untuk Anda, total terdapat 2.000 koleksi jam tangan. Di bagian depan yang baru saja kita lewati merupakan area penyimpanan uang tunai. Sisi kanan adalah mata uang nasional, sedangkan di sisi kiri merupakan kumpulan mata uang luar negeri. Beberapa mata uang yang terdapat di brankas tersebut terdiri dari mata uang utama seperti pound sterling, euro, serta ada beberapa mata uang negara kecil lainnya. Untuk jumlah uang yang ada di brankas ini totalnya kira-kira mencapai…”
Saat mendengarkan penjelasan dari Herman, aku hanya bisa terdiam. Aku tahu ada banyak uang di sini, dan aku sudah menyiapkan mentalku sebelum memasuki lemari ini. Namun sesiap apapun diriku, saat melangkahkan kaki ke dalam brankas ini, aku saja terkejut oleh pemandangan yang luar biasa di depan mataku.