Pengakuan

834 Words

Satu-satunya orang yang terbersit dalam benak Vanesha hanyalah Leon. Ia pun menelepon Leon dan untungnya posisi pria itu cukup dekat dari apartemen Lian sehingga ia bisa tiba tepat waktu. Ketika pria itu datang ia melihat Vanesha terduduk di lantai sambil menopang tubuh Lian yang tak sadarkan diri. Kekhawatiran Vanesha perlahan memudar ketika melihat Leon datang menghampiri mereka. “Kau tidak usah khawatir,” ujar Leon berusaha menenangkan Vanesha yang ketakutan. Ia pun meraih tubuh adiknya dan menggendongnya ke kamar. “Apa dia baik-baik saja?” tanya Vanesha khawatir. “Sepertinya dia hanya flu. Sejak dulu dia memang seperti ini, mudah sekali pingsan.” Gumam Leon sambil menyelimuti adiknya dengan lembut. “Dia demam, Leon.” Vanesha mencoba memberitahu Leon. “Ya, aku tahu!” kata Le

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD