Kenapa ya suamiku tiba tiba jadi berubah seribu derajat, apa karena memang dia baru sadar kalau aku ini istri yang baik, atau ada udang dibalik rempeyek, eh batu?...
Tapi percuma Mas, aku sudah terlanjur curiga padamu, sebelum mengetahui yang sebenarnya terjadi pantang bagiku untuk mundur. Biarlah menurutmu aku hanya seorang istri yang polos dan bodoh, namun mulai hari aku pastikan kamu tak lagi bisa mengelabuiku ferguso.
Malam ini Mas Heru sungguh menjadi seorang laki laki yang sangat romantis, hingga malam tiba pun kami masih bercengkrama dan mengarungi indahnya malam ini bersama.
Malam ini sebenarnya rencanaku adalah mengutak atik handphonenya dan juga menggeledah dompetnya, namun sayang dompetnya tak kutemukan, entah dimana dia menyembunyikannya, dan handphonenya ternyata menggunakan sandi, dan aku tak tahu sandinya. Namun aku tak akan menyerah sampai disini.
***** *****
Pagi pagi sekali Mas Huda sudah pergi dan setengah jam kemudian, dia sudah kembali membawa mobil mungil berwarna putih,
"Loh mobil siapa ini Mas?," tanya ku kaget, karena yang aku tahu suamiku selama ini juga tak bisa menyetir mobil.
"Mobil rental lah Dek, buat kita jalan jalan hari ini, anggap saja kita honeymoon, supaya kita cepat dapat momongan,hehehe,"
"Semoga saja ya Mas, ih baik banget sih kamu Mas. Nanti uang rentalnya pakai duit ku deh Mas,"
"Nggak usahlah pakai uangku saja, sekarang juga ayo kita berangkat, nanti kita bermalam divilla saja Dek, kebetulan juga besok aku kan kebagian sift sore, jadi bisa lama dikit honeymoonnya," katanya sambil mengedipkan matanya.
"Wah kedengarannya asyik tuh Mas, ya sudah aku ambil tas dulu yah, aku sudah siap dari tadi kok Mas, bentar yah," kataku sambil masuk kerumah.
"Dek, jangan lupa bawa baju juga ya!!" Teriak Mas Huda dari luar.
Aku pun memasukkan dua stel pakaianku dan pakaian Mas Huda, sesuatu jatuh dari tengah tengan celananya, segera kupungut, ternyata ini adalah sebuah bukti p********n, saat k****a ternyata tertera pembelian satu buah lingerie dengan harga dua ratus ribu rupiah, sebuah nominal yang sangat besar hanya untuk sepotong pakaian dalam. Dan pembelian itu dilakukan dua minggu yang lalu. Aku pun langsung memasukkan kertas kecil itu ke dalam saku celanaku. Untuk apa ya suamiku membeli pakaian itu, sedangkan aku pun tak pernah memakai pakaian seperti itu. Eh apa mungkin lingerie ini akan di jadikan surprise untukku nanti malam. Kita lihat saja nanti deh.
"Yuk Mas berangkat sekarang!," kataku sambil masuk kedalam mobil.
"Oh iya sejak kapan Mas bisa nyetir mobil? Katanya nggak bisa kan?" Tanyaku ketika mobil mulai melaju.
"Oh baru aja sih, diajarin teman teman," jawabnya sambil fokus mengemudi.
Mobil melaju dengan pelan, dan suamiku pun memutar lagu lagu romantis kesukaanku. Sesekali dia menyentuh tanganku dan mengucapkan cinta padaku.
"Dek, maafin ya kalau selama delapan bulan pernikahan kita ini, aku kurang perhatian padamu. Semua karena memang aku belum bisa menerima perjodohan kita," katanya sambil mencium punggung tanganku.
"Nggak kok Mas, aku juga ngerti kok kalau kamu memang butuh waktu untuk menerimaku, aku akan selalu sabar menunggu waktu itu Mas, aku yakin suatu saat semua akan membaik dan kita menjadi pasangan yang serasi deh Mas,"
"Terima kasih banyak yah Dek, memang pilihan Ibuku tak pernah salah,"
"Iya pastilah Mas, orang tua kan selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi sayangnya, Ibu tak bisa memeluk anak anak kita nanti ya Mas, aku tak bisa membayangkannya betapa bahagianya Ibu pastinya. Oh iya Mas, bagaimana kabar Heny,? Anaknya pasti sudah bisa jalan kan? Kangen aku sama dia,"
"Ibu sudah bahagia Dek disana, saat melihat rumah tangga kita ayem gini. Ya, Andre anakya si Heny, sekarang sudah bisa lari lari malah aktif banget nggak bisa diam. Yah minggu depan deh kita kesana ya," katanya sambil tersenyum manis.
"Oh iya dia masih tinggal di rumah orang tua mu kan?"
"Iya lah mau dimana lagi mereka tinggal kalau tidak disana, suaminya kan malas banget kerja, perabotan saja sudah banyak yang dijual kok. Ya gitu gara gara masih kecil sudah hamil duluan, nggak bakal bisa dia mandiri. Seandainya Heny mau mendengarkan omonganku dulu, pasti dia sekarang sudah kuliah dia, dan Ibuku tak sakit sakitan memikirkan dia," katanya kesal pada adiknya sendiri.
"Sudah jadi garis takdirnya si Heny kayak gitu mas, semoga suaminya cepat dapat kerjaan. Kamu sih enak Mas bisa ngerasain kasih sayang Ibu hingga dewasa, lha aku, sejak lahir kedunia sudah tak bisa melihat wajah Ibukku, dan Bapakku pun meninggalkanku juga ketika aku lulus SMA," kataku sedih karena memang aku merindukan orang tuaku.
"Ya sudahlah Dek, jangan bersedih yang penting kita selalu mendoakan mereka. Hari ini nggak boleh ada kesedihan, kita harus fokus pada honeymoon mini kita hari ini,"
"Oke deh Mas, semoga Allah segera memberi kita momongan ya. Mas nanti kita menginapnya di hotel saja ya, jangan di villa. Aku tuh takut, karena dari banyak cerita yang k****a, villa itu banyak hantunya loh!!"
"Hahaha mau mau aja sih kamu itu dikibulin sama orang orang itu, justru villa itu enak suasananya nyaman dan sejuk. Disana kita bisa menenangkan pikiran dan sejenak melupakan masalah yang terjadi dikehidupan sehari hari. Kalau di hotel itu monoton, kayak kita bermalam di kamar tidur di rumah sendiri saja, nggak ada greget gregetnya," jelas suamiku sambil fokus mengemudi.
"Oh begitu ya. Emangnya Mas sudah sering ya nginep di villa atau di hotel hotel gitu? Sepertinya kok sudah berpengalaman banget?,"
Seketika wajahnya pun berubah lagi, kali ini dia sedikit panik, dandiam sesaat, sungguh aku penasaran dengan alibinya kali ini.