Dengan sebelah tanganku yang memegangi hidungku dan sebelah lagi menunjuk seseorang yang berdiri di depanku. Ekspresi kami berdua sama-sama terkejut dengan membelalakan mata.
“Kau?! Jadi kau sebenarnya…” aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku karena masih tidak percaya orang ini, orang yang sangat aku kenal ternyata adalah seorang werewolf. Benar-benar tidak bisa dipercaya sama sekali, apa dunia ini diisi dengan mahluk-mahluk yang menyembunyikan identitasnya dan menyamar menjadi manusia?
“Bagaimana bisa kau menyembunyikan semua ini dariku?”
“Kau juga menyembunyikan fakta dariku bahwa kau adalah seorang vampire selama ini, Kim” dia menjawabku dengan nada yang sedikit santai, tidak menggeram seperti tadi.
“Sesuatu hal terjadi belakangan ini secara mendadak dan begitu cepat, aku bahkan tidak menyadarinya selama ini. Ternyata kau juga... bukan manusia sama sepertiku Edwin”
Ya, werewolf yang mengganggu Granma sejak tadi adalah Edwin, sahabatku dari kota kecil yang dulu menjadi tempat tinggalku ketika sedang dalam masa pelarian dari cengkraman Aunt dan Uncle. Edwin dan Yumi adalah orang yang menerima pertemanan denganku meskipun aku menutupi banyak hal dari mereka berdua. Dulu aku sangat tertutup dengan orang lain, bahkan dengan Granma pun aku perlu satu tahun untuk bisa menceritakan segala hal tentang diriku sendiri. Untungnya Edwin dan Yumi tidak pernah menanyakan dari mana aku berasal atau latar belakang keluargaku maupun tentang diriku sendiri. Jayden melepaskan cengkramannya pada Edwin setelah dia tahu orang ini bukan sebuah ancaman.
“Sebenarnya aku tahu sejak dulu dan mencurigaimu kau bukan manusia biasa Kim. Kau tahu ketika kau mencoba memasak di dapur dan jariku teriris, aku sangat memperhatikan jika lukamu tertutup perlahan dan sembuh dengan sekejap tanpa bekas sama sekali. Saat itu aku ingin sekali menanyakannya padamu saat itu”
“Dan kau tidak menanyakannya saat itu. Sebenarnya apa yang kau lakukan di café tadi? Kau membuat Granma menjadi waspada dan pergi, padahal kami sedang membicarakan hal yang sangat penting”
“Aku sebenarnya ingin menghampiri Granma tadi, sudah lama aku tidak bertemu dengannya sejak dia pindah. Tapi sepertinya dia tidak mengenaliku sama sekali, apa dia sudah melupakanku? Jangan- jangan dia sudah pikun karena usia...”
“Jangan sembarangan, Granma tidak sedang sakit apapun apalagi pikun. Memangnya kau pernah bertemu dengan Granma berapa kali? Setahuku, kau dan Yumi tidak pernah bermain ke rumahku apalagi mengobrol dengannya”
“Hmm, sepertinya aku pernah mengobrol dengannya dua atau tiga kali meskipun tidak panjang lebar. Dia hanya menanyakan keberadaanmu dan saat itu dia menitipkan bekal yang dia buat untukmu padaku,”
“Ah, dia membawakanku sandwich dan kau yang memakannya saat itu” Edwin menunjukkan cengiran lebarnya padaku.
“Makanan itu terlihat sangat enak dan aku juga kelaparan saat itu, werewolf memiliki nafsu makan yang sangat besar, kau tahu…”
Edwin, hampir setahun ini aku tidak bertemu dengannya dia sudah banyak berubah. Tubuhnya sekarang terlihat sangat tegap dan berotot. Wajahnya pun terlihat semakin tampan dengan kumis dan jenggot tipis yang menghiasi wajahnya, mungkin dia belum sempat bercukur. Edwin yang dulu tidak pernah membiarkan sehelai kumis tumbuh di wajahnya. Rahangnya pun terlihat sangat tegas dan lancip. Bagaimana bisa dalam satu tahun dia berubah drastis seperti ini? Atau mungkin aku saja yang tidak memperhatikannya dengan baik selama ini. Edwin juga bisa dibilang sangat tampan untuk seorang werewolf.
“Ehem… apa kau melupakan keberadaanku disini? sepertinya aku mengganggu kalian,” suara Jayden terdengar cemburu ketika aku memperhatikan Edwin cukup lama dan melupakan keberadaannya.
“Kau rupanya begitu terpesona padaku, Kim? Apakah aku begitu tampan sampai kau lupa untuk mengedipkan matamu dariku?” goda Edwin dengan senyuman menggodanya.
“Cih, kau percaya diri sekali menyebut dirimu tampan. Kau terlihat seperti pria tua berumur sekitar 40 dengan kumis tipis di wajahmu itu” Jayden memutar bola matanya kesal.
“Benarkah? Padahal aku dan Kimberly seumuran. Kim, katakan padaku apa aku semakin terlihat tua apa semakin tampan? Hm?” Edwin dan Jayden menatapku. Jayden memberikan tatapan tajamnya sedangkan Edwin menunggu jawaban jujur dariku.
“Kalian berdua sama-sama tampan karena kalian seorang lelaki, kecuali jika kalian ingin aku sebut cantik,” aku menyadari sesuatu ketika menatap mata Edwin. “matamu... matamu berwarna hijau pucat. Aku yakin itu bukan warna matamu, apa yang terjadi?” aku semakin bergerak mendekat kearah Edwin sedangkan dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Ah, itu karena aku memakai kekuatanku dalam wujud manusia. Warna mataku bisa terlihat jelas jika aku berubah menjadi werewolf sepenuhnya. Kau juga begitu bukan? matamu akan berubah warna jika kau kehausan,”
“Ya, aku juga terkadang membawa kacamata hitam untuk menutupinya. Sulit bagiku jika mencium bau darah yang sangat enak”
“Bagaimana bau darahku? Apa kau menyukainya Kim?” aku mengerutkan wajahku mendengar pertanyaannya.
“bau darahmu seperti binatang, meskipun vampire lain mengatakan darah werewolf itu lezat, aku tetap tidak mau meminumnya,” Edwin tertawa terbahak mendengar jawabanku.
“bahkan ketika menjadi vampire pun kau masih saja memilih-milih makananmu sendiri. Kita harus mengobrol banyak Kim, aku ingin mendengar bagaimana kau bisa menjadi vampire. Sekarang aku sedang sibuk untuk mencari seseorang,”
“Apakah itu pacarmu? Kau sudah memiliki pacar sekarang?” godaku dengan penuh semangat. Ekspresi Edwin berbanding terbalik denganku yang sangat senang karena akhirnya tahu jika Edwin sedang menyukai seseorang, Edwin terlihat sangat sedih dan terlihat tidak begitu yakin.
“Ini… sedikit rumit. Aku bahkan tidak tahu bagaimana hubunganku dengannya seperti apa. Menginginkannya tapi aku tidak bisa memilikinya karena aku tidak ingin melukainya di kemudian hari,”
“Kenapa? Apa dia menolakmu? Atau kau yang mempermainkan gadis yang kau sukai itu?” rasa penasaranku semakin besar tentang hubungan Edwin dengan wanita misteriusnya ini.
“Kim, kurasa itu bukan urusanmu. Sepertinya dia juga tidak ingin menceritakan apapun pada kita tentang kehidupan pribadinya” Jayden menegurku begitu mendengarku sangat ingin tahu tentang kehidupan pribadi sahabatku ini.
“maafkan aku Edwin, aku tidak bermaksud untuk ikut campur masalah pribadimu. Aku hanya ingin tahu saja, aku tahu kita sudah lama tidak bertemu dan pasti merasa canggung untuk menceritakan hal yang bersifat pribadi seperti ini,”
“ya,” jawab Edwin singkat. Tatapan matanya tampak kosong, sedih seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat untuknya.
Aku merasa bersalah padanya karena rasa keingintahuanku malah membuat orang lain menjadi tidak nyaman, padahal ini adalah pertemuan kami kembali setelah hampir satu tahun tidak bertemu dan aku mengacaukannya dengan pertanyaan bodohku. Seharusnya aku bisa lebih memikirkan perasaan orang lain dulu daripada rasa keingintahuanku.
“Mm, aku penasaran dengan Yumi. Apakah dia baik-baik saja? kau pasti sedang mengambil libur kerja karena sekarang kau bisa ada disini,” aku berusaha membuat suasana menjadi tidak secanggung tadi dengan menanyakan keberadaan Yumi.
“Mungkin dia baik-baik saja, aku tidak tahu karena sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi,”
“Apa dia pindah bekerja di suatu tempat?”
“Aku yang pergi dari tempat itu. Maaf Kim, aku harus segera pergi karena waktuku tidak begitu banyak,”
“Kau mau pergi kemana Edwin?” aku menghalangi Edwin yang hendak pergi.
“Aku sedang mencari seseorang dan harus menemukannya sebelum waktuku hampir habis,” aku sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud Edwin dengan waktunya yang hampir habis.
“Kalau begitu bolehkah aku meminta nomor ponselmu agar aku mudah menghubungimu? Atau kau masih menggunakan nomor yang sama seperti dulu?” kurogoh saku jaketku dan menyodorkan ponselku padanya. Edwin mengetikkan beberapa nomornya padaku lalu menyerahkannya padaku.
“Tapi aku tidak janji akan menghubungimu atau sekedar membalas pesanmu. Aku tidak bisa memegang sesuatu dengan cakarku,” Edwin mengedip sebelah mataku lalu dengan sekejap mata dia sudah berlari sangat kencang dan menghilang.
“Ayo, kita juga harus segera pulang ke apartemen untuk beristirahat,” Jayden menungguku yang masih menatap kearah Edwin menghilang tadi.
“Kau duluan saja. Aku ingin ke Ruby Mansion dulu sebentar,” Jayden memicingkan matanya padaku dengan tajam.
“Jangan bilang kau ingin bertemu dengan Hellhound itu lagi?” ujarnya dengan ketus. Jayden sangat tidak suka jika aku bertemu dengan Hellhound cukup sering. Bukan karena cemburu, tapi dia mengkhawatirkan keadaanku yang selalu pulang dengan keadaan babak belur dan kelelahan.
“Hanya sebentar saja, aku tidak akan lama”
“Terakhir kali kau mengatakan itu kau menghabiskan semua persediaan darah yang ada di rumah. Apa kau tahu kau sudah meminum lebih dari 10 kantung darah?”
“Itu karena aku belum minum darah selama beberapa hari,” aku tahu itu tidak berhasil untuk menipu Jayden, “aku tidak akan seperti itu lagi. Kali ini aku berjanji padamu”
“Bukan karena masalah itu, aku hanya tidak suka aku membuang energimu hanya untuk memperkuat dirimu. Aku sudah semakin kuat dan sangat kuat untuk bisa melindungimu, jadi kau tidak perlu melakukan hal yang menyiksa dirimu. Cukup aku yang melindungimu Kim,”
Aku merasa marah dengan apa yang dikatakan Jayden padaku, dia seperti meremehkan kemampuanku untuk melindungi diriku sendiri.
“Apakah itu salah? Apakah salah jika aku ingin menjadi lebih kuat untuk bisa melindungi diriku sendiri?” tanpa sadar aku sedikit menggeram marah dan menaikkan nada suaraku padanya.
“Kim, bukan seperti itu maksudku… aku hanya tidak ingin kau melatih kekuatan dirimu sendiri dengan Hellhound itu. Aku sendiri bisa-…”
“Aku tidak memerlukan perlindungan darimu Jayden! jangan karena kau berasal dari klan vampire assassin kau bisa menyombongkan kekuatanmu padaku. Akan aku buktikan kemampuan dari kekuatanku padamu nanti!”
“Kenapa kau membawa-bawa klanku? Itu tidak ada hubungannya dengan masalah kita” Jayden menggeram marah padaku.
“Dan itu juga adalah urusanku sendiri untuk bertemu dengan Hellhound. Kau tak perlu ikut campur terlalu jauh…”
“Kau adalah mateku Kim! Tentu saja aku akan ikut campur dengan apapun yang kau lakukan!” aku menatap Jayden dengan garang.
“Untuk hal ini biarkan aku sendiri, aku memang matemu dan kita ditakdirkan untuk satu sama lain. Tapi bukan berarti kau bisa mengontrol hidupku,” ucapku dengan pelan. Setelah menatapnya beberapa detik aku berbalik untuk pergi.
“Kuberi kau waktu satu jam!”