TERBONGKAR

1027 Words
Kayla menjadi sosok pendiam semenjak dia mengetahui fakta bahwa Abdi ternyata telah menduakan cintanya. Dia lebih banyak di kamar bahkan tidak mau makan. "Seharusnya jika kamu dari awal soal perselingkuhan yang dilakukan Abdi kamu tu cerita sama Kayla!" Kata Ayah memarahiku. "Aku sudah mencoba untuk membicarakan hal ini pada Kayla ayah, tapi Kayla tidak mau percaya sama aku." "Ya gimana caramu biar Kayla percaya. Atau kamu senang ya kalau Kayla sakit hati begini ?" Tanya Bunda. "Bun, Naya sayang sama Kayla. Gak mungkin Naya sejahat itu sama Kayla. Usaha Naya hanya sebatas memberitahu, urusan selanjutnya Naya tidak berhak untuk mengatur Kayla ayah bunda." Belaku. Ayah dan bunda berlalu dari hadapanku. Mereka terus menyalahkanku atas kejadian yang menimpa Kayla. Jika saja dari awal Kayla lebih percaya tentang kecurigaanku soal Abdi dan jika saja aku lebih yakin untuk mengungkapkan tentang kebohongan Abdi pasti Kayla tidak akan sesakit hati ini. Hari memang berjalan begitu cepat. Semua kebohongan yang disembunyikan kini terungkap. Aku juga sudah membiasakan diri untuk menutup semua tentang Angga. Kudengar dari Kayla Angga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Aku ikut senang dengan kabar baik itu. Selamat melihat dunia kembali Angga. **** "Ini pasti ulahmu kan ?" Tanya Abdi padaku. Dia dengan sengaja menyelip motor bahkan hampir menyerempet motorku. "Apa maksudmu ?" Tanyaku sambil mematikan mesin motorku. "Kamu pasti kan yang ngadu ke Kayla soal aku dan Siska ?" "Abdi, kamu tau sendiri kan Kayla tidak pernah percaya padaku ? Bukankah kamu sendiri yang mentertawakanku saat malam pertunangan kalian ? Dan sekarang kamu menuduhku ?" "Kalau bukan kamu siapa lagi ?" "Abdi, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya kamu menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Ingat Abdi perbuatan kamu itu salah, sesuatu yang salah itu sebaik apapun kamu menyembunyikan pasti akan ketauan juga." "Gak usah ceramah kamu !" "Aku mengatakan yang sebenarnya Abdi, agar kamu tu sadar bahwa apa yang kamu lakukan itu salah." "Diam kamu Nay ! Kalau sampai pernikahanku dan Kayla batal maka aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang." "Aku tidak takut dengan ancamanmu. Tanpa aku meminta Kayla sudah pasti membatalkan pernikahan dengan seseorang yang telah berhianat bahkan sampai tidur dengan perempuan lain. Abdi, Kayla benar-benar menderita begitu kamu sejauh itu menghianatinya, teganya kamu sama Kayla ! Jika kamu memang suka sama Siska seharusnya kamu lepaskan Kayla, bukan dengan cara menyakitinya seperti ini." "Aku tidak mencintai Siska, aku hanya memanfaatkan dia saja. Aku lelaki dewasa Nay, yang penting aku tidak merusak Kayla, aku hanya memanfaatkan tubuh Siska !" "Menjijikkan sekali lelaki seperti kamu ! Tidak bisa menahan nafsu, untuk apa Kayla menikah dengan lelaki sampah sepertimu !" "Anjing !" Abdi menaikkan tangannya untuk menamparku. Aku memejamkan mataku menerima tamparan dari Abdi. Aku bukannya takut, aku hanya merasa syok jika Abdi ternyata sekasar ini kepada perempuan. Tapi tamparan itu tak kunjung jua mengenai pipiku, begitu aku membuka mata aku melihat seorang lelaki yang sangat tidak asing bagiku berdiri di depanku sedang memegang tangan Abdi menghalangi Abdi menamparku. "Jangan berani menampar seorang perempuan!" Kata lelaki itu. Mataku tak bisa berkedip. Jantungku berdegup dengan sangat keras melihat pria yang selama ini hampir bisa menghilang dari fikiranku. Dialah Angga. Angga berdiri tepat di depan mataku dengan menggunakan setelah kemeja hitam , sepatu fantofel dan kacamata hitamnya. "Siapa kamu ?" Tanya Abdi sambil melepas tangannya dari genggaman Angga. Angga tidak langsung menjawab pertanyaan Abdi, dia memilih untuk melepas kacamata hitamnya, melihatku sekilas tapi netra kami bertemu, aku memilih untuk menundukkan pandanganku dari Angga. Lalu dia kembali melihat ke arah Abdi. "Kamu tidak mengenalku ! Tapi aku tau siapa kamu !" Kata Abdi sambil menunjuk ke arah Angga. Mata Abdi membulat mendengar apa yang Angga ucapkan. "Berapa banyak uang showroomku yang sudah kamu curi dengan Siska ?" Tanya Angga pada Abdi yang langsung membuat Abdi mundur satu langkah. "Dia pacar kamu ?" Tanya Angga padaku. Aku menggelengkan kepalaku. Entah kenapa bibirku terasa terkunci disaat aku berhadapan dengan Angga. "Bagus kalau bukan, karena dia ini sudah makan uang kantor saya, dia bersekongkol dengan sekertaris pribadi saya. Laki-laki seperti dia tidak pantas untuk mendapatkan perempuan seperti kamu." Angga menghentikan ucapannya. "Dan saya akan segela melaporkan dia dan kekasihnya ke polisi." Lanjut Angga dan langsung membuat Abdi bergidik lalu pergi meninggalkan kami berdua. Hanya ada aku dan Angga sekarang. Aku masih terus menunduk tak berani menatap Angga. Aku ingin segera pergi dari hadapan Angga, tapi aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Angga masih melihat ke arah dimana Abdi melajukan motornya hingga tidak terlihat lagi di hadapan kami. "Kamu tidak apa-apa ?" Tanya ANgga. Aku menggeleng. "Aku Angga, kamu ?" Tanya Angga sambil mengajakku berjabat tangan. Aku mengangkat wajahku melihat Angga mengajakku berkenalan. Netra kami bertemu. Aku bisa kembali melihat mata itu sedekat ini. Aku ragu untuk membalas ajakan Angga berkenalan, tapi aku tidak bisa menjadi orang yang sombong. "Kanaya." Kataku sambil menjabat tangan Angga. "Aku pikir kamu tidak bisa bicara, ternyata bisa ?" Tanya Angga lagi yang membuatku terkaget. "Ya dari tadi aku tanya cuma angguk-angguk aja, jadi kupikir kamu bisu." Aku tersenyum mendengar ucapan Angga yang menganggapku bisu. Anggapun juga tiba-tiba ikut tertawa. "Maaf." Kataku saat kami berdua sudah berhenti tertawa. "Gak masalah. Kebetulan tadi aku lewat di sekitar sini, aku sempet lihat motor laki-laki tadi berusaha menyerempetmu lalu dia yang ingin menamparmu, maaf jika aku ikut campur, aku hanya tidak suka ada lelaki yang kasar pada wanita." "Terimakasih sekali lagi, Ang--- Ga." Kataku. "Oke sama-sama. Kamu mau kemana ? Biar aku antar." "Oh tidak perlu, aku ada motor." "Maksudku biar aku dibelakangmu, siapa tau laki-laki itu menganggumu lagi." "Aman... Aku rasa dia tidak akan mengikutiku lagi. Aku bisa sendiri kok." "Yasudah, aku duluan ya. Aku harap kita masih bisa bertemu lagi." Kata Angga sambil menaiki mobil Fortuner miliknya. "Tapi aku tidak berharap bertemu denganmu lagi Angga." Kataku saat Angga sudah menghilang dari pandanganku. Aku kembali mengendarai motorku, masih sangat tidak menyangka jika akhirnya harus bertemu dengan Angga lagi setelah sekian lama aku menjauh bahkan melupakannya. Kenapa harus kamu yang menolongku dari Abdi, inikah takdir ataukah hanya kebetulan semata ? Hal yang palinh aku takutkan adalah jika harus bertemu bahkan kembali mengenalmi Angga. Semoga kita tidak bertemu lagi Angga. Hiduplah seperti dulu saat kita belum saling mengenal satu sama lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD