ONAR

1027 Words
Aku membuka mata pelan karena mendengar suara keributan diluar. Aku pikir aku bermimpi saking nyenyaknya tidurku. Apalagi tadi aku sempat bicara panjang lebar dengan mbok Nah soal Angga yang menaruh curiga pada Kayla. Kata mbok Nah berulang kali Anggga bertanya pada mbok Nah dan pak Muh tentang Kyla, kata Angga Kayla berbeda dengan yang dulu saat dia tidak bisa melihat, dari bahasa dan tutur kata berbeda, tapi mbok Nah dan pak Muh tetap kekeh mengatakan bahwa itu adalah Kayla yang sama. Setidaknya aku merasa lega karena mbok Nah dan pak Muh ternyata benar-benar dapat dipercaya. "Pergi kamu dari sini Abdi ! Aku bahkan tidak sudi melihat wajahmu lagi !" Teriak Kayla yang akhirnya benar membuatku terbangun dari tidurku. "Ada apa ya ?" Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar mencari sumber suara. "Apa yang Siska katakan itu tidak benar Kay, dengarkan penjelasan aku. Aku ingin memperbaiki semuanya dengan kamu." Kata Abdi membela diri. "Benar atau tidak tentang kehamilan Siska, yang jelas kalian sudah tidur bersama, dan itu sudah merupakan sebuah penghianatan yang cukup besar untuk hubungan kita!" Kata Kayla. "Lalu kamu pikir anak siapa di dalam kandunganku ? Ini anakmu. Aku hanya tidur denganmu Abdi !" Siska berteriak menampar wajah Abdi. "Keluar kalian semua dari sini ! Abdi bawa perempuan ini pergi ! Jangan pernah datang lagi kerumah ini, jangan pernah mengganggu Kayla lagi. Kalian sudah benar-benar selesai !" Kata Ayah dengan nada yang cukup keras menandakan ayah begitu marah. Aku berjalan mendekat ke arah mereka. Netraku bertemu dengan Abdi. Matanya memandang penuh kebencian kepadaku. Siska menangis memegang perutnya yang mulai membuncit. Bunda memeluk Kayla yang sedang menangis, sedang ayah menatap mereka semua dengan wajah menyeramkan. "Kayla !" Angga tiba-tiba datang kerumah kami. Semua mata memandang ke depan pintu tempat Angga berdiri. Kayla begitu melihat Angga langsung melepas pelukan bunda dan berlari memeluk Angga. Angga melihat ke arahku, dan aku lebih memilih untuk menghindari mata Angga. "Bukankah kamu calon .... " Tanya Abdi mendatangi Angga. "Kamu lagi ! Mau ngapain kamu masih berani mendatangi rumah ini ? Kalian berdua hanya sampah disini. Tidak pantas untu berada disini!" Kata Angga tegas sambil menunjuk Abdi dan Siska. "Anj... !!!" Abdi mengangkat tangannya hendak memukul Angga. "Berhenti melakukan keributan di rumah kami !" Kata ayah menghadang tangan Abdi. "Tapi ayah ..." "Jangan panggil aku ayah !" Bentak ayah. "Keluar dari sini atau aku panggil polisi dan masa depan kalian berdua akan kubuat sehancur-hancurnya ? Bahkan lebih hancur dari sampah !" Ucap Angga lagi sambil menunjuk wajah Abdi. Abdi membalikkan badannya menarik Siska keluar dan meninggalkan rumah kami. "Makasih kamu udah datang Angga." Kata Kayla memeluk Angga lagi. " Sama-sama Kayla. Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungiku." Kata Angga sambil melihat mataku meski tubuhnya memeluk Kayla. Aku lebih memilih untuk kembali ke dalam kamar karena aku tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan Angga. "Naya !" Panggil bunda. "Iya bun ?" "Buatkan Angga minum ya ?" Perintah bunda. Aku mengangguk dan berjalan ke arah dapur untuk mempersiapkan minum untuk Angga dan semua keluarga. Aku menyiapkan tiga teh hangat untuk ayah, bunda dan Kayla. Lalu tak lupa aku siapkan kopi s**u tambah gula untuk Angga. "Silahkan." Kataku setelah selesai menyajikan minum di meja. "Kamu tau kalau aku suka kopi s**u Nay ?" Tanya Angga. Aku langsung menghentikan langkahku begitu mendengar pertanyaan Angga. Aku menutup mulutku menyadari ketidaksengajaanku yang keliru karena membuatkan Angga minuman kesukaannya padahal selama ini aku sama sekali berpura-pura untuk tidak mengenalnya. "Oh .. Itu Kayla yang cerita kalau kamu suka kopi susu." Jawabku sesantai mungkin agar Angga tidak curiga. "Benar kan Kay ?" Tanyaku pada Kayla. "Hah .. Ohi-iya. Aku yang cerita pada Naya Angga." Jawab Kayla sedikit gugup sambil melihatku. "Aku permisi dulu ya ?" Aku pamit untuk meninggalkan ruang tamu. Menuju dapur dan mandi serta menyibukkan diri sambil menanti Angga yang tak juga kunjung pulang dari rumah. ****** Aku menyiapkan rumah yang akan menjadi studioku nanti. Kayla hari ini libur jadi dia ikut membantuku, aku juga sengaja mengajak dia agar dia bisa melihat luar dan lupa pada Abdi. Aku merasa kasihan pada Kayla. Kisah cintanya serumit itu. "Istirahat dulu Kay. Ini ayok diminum dulu." Kuberikan dia segelas es teh jumbo. "Nanti aku juga punya cita-cita untuk membuat praktik dokter pribadi seperti ini." Kata Kayla sambil meminum es teh pemberianku. "Bisa Kay, pasti bisa. Kamu akan cepet nanti buat buka praktek dokter sendiri." Kataku meyakinkan. "Nay." "Iya Kay ?" "Aku rasa aku mulai nyaman dengan Angga." Uhuk ... Uhuk .... Uhuk ... Aku terbatuk mendengar kata Kayla. "Angga itu baik. Dia selalu memperlakukan aku dengan spesial. Kita sering pergi berdua dan dia seromantis itu sama cewek. Hmm tau gitu dulu aku yang menjaga dia pas sakit, gak harus minta tolong sama kamu agar aku dan Angga jadi semakin deket." Lanjut Kayla. "Kamu sudah sering jalan bareng sama Angga ?" Tanyaku penasaran. "Iya." "Kok aku gak tau ya ?" "Kan gak semua harus aku ceritakan ke kamu juga kan ?" Tanya Kayla. Aku mengangguk membenarkan Kayla. Tidak seharusnya aku mau tau urusan Kayla sama Angga, tapi masalahnya jika mereka semakin dekat, maka besar kemungkinan Angga pasti akan tau tentang kebohongan kita juga selama ini. Sementara aku tau Angga bukan tipe orang yang suka dibohongi dalam hal sekecil apapun, aku tidak tau apa nanti yang akan terjadi kalau Angga tau bahwa aku dan Kayla pernah menciptakan kebohongan padanya. "Angga tu yang menghibur dan nguatin aku dikala aku lagi hancur-hancurnya sama Abdi." "Angga tau soal hubungan kamu sama Abdi ?" "Aku cerita semua sama Angga. Aku terbuka sama dia dan dia bener-bener nrima aku. Dia bahkan menghibur aku." "Kamu ga keceplosan kan soal aku yang selama ini tu ngejaga dia saat dia buta ?" "Kamu tenang aja. Aku masih bisa tahan soal rahasia kita. Tapi nanti aku yakin setelah hubunganku dan Angga semakin baik aku akan cerita semuanya ke dia, aku tidak mau ada yang aku tutup-tutupin dari Angga." "Kay aku pikir kamu tidak perlu mengatakan hal itu ke Angga. Biarlah itu menjadi rahasia kita. Angga itu paling tidak bisa menerima sebuah kebohongan apapun alasannya." "Nay aku lebih mengenal Angga daripada kamu. Aku lebih dekat dengan Angga sekarang. Jadi kamu gak perlu banyak mengaturku." Kata Kayla sambil meninggalkanku sendiri di studioku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD