"Benar, Pap. Papi tahu kan anak-anak pesantren yang dulu bermasalah dengan Romi?" Papinya menghela nafas. Ia sedang pulang sebentar ke rumah. Sekarang ya harus balik lagi. Tapi lihat lah anaknya ini sedari tadi mengikuti langkahnya ke mana-mana. Hampir masuk kamar mandi juga tadinya. "Salah satu anak itu adalah anaknya Om Vije yang mantan kepala BIN itu." Papinya menghentikan langkah. Kali ini cukup menarik menurutnya. "Dan sekarang, dia ada di sini. Bahkan dia kuliah di sini, Pap!" Ia meyakinkan Papinya. "Yakin kamu?" "Romi lihat dengan mata kepala sendiri. Mana mungkin Romi ngomong begini tanpa memastikan lebih dulu? Bahkan Romi melihat isi kontrakannya. Tahu apa, Pap? Dia sepertinya sedang mengejar Papi dan teman-teman Papi. Romi lihat sendiri!" Ia sampai menggebu-gebu seperti