chapter 4

1387 Words
Pangeran Edward yang masih memikirkan akan Putri Ellena, menahan segala amarah ketika dirinya melihat Putri Ellena yang melupakan dirinya. Tak bisa di ampuni dengan dirinya yang memang memiliki garis keturunan Landmark sedari kecil, "Disaat aku sudah memiliki calon pengantin, bisa-bisanya dia kembali dan tak mengenaliku." gerutu Pangeran Edward dengan merebahkan diri di dinding ruangan lukisan. Setelah seharian berburu dirinya selalu datang ke ruangan lukisan. Di pikiran Pangeran Edward selama ini selalu ada wanita yang berada di dekatnya, selama ini ia mencari keberadaan Putri Ellena namun tetap saja nihil, tidak ada jejak dengan menghilang seketika. Tok ... tok ... Suara ketukan pintu terdengar, seperti apa yang ia duga, sahabatnya kini mengetuk pintu ruangan lukisan. Grace Gerald putri dari seorang Earl Kerajaan Landmark dengan pupil mata berwarna hijau batuan emerald. Kulitnya putih dengan rambut pendek berwarna cokelat sangat persis dengan wajah ayahnya Earl Ernest Gerald. "Putera Mahkota, apa kau sudah makan? Kau tahu kan kau baru saja pulang dari berburu. Jika kau tidak makan maka kau akan sakit," ucap Grace dengan suara lembutnya. Grace adalah sahabat Pangeran Edward yang selama ini selalu menemani Pangeran Edward kemanapun. Bahkan kebersamaan mereka sudah tidak asing di mata para penjaga dan juga pelayan Kerajaan Freesia. "Aku akan makan nanti, pergilah Grace. Aku sedang tidak ingin di ganggu." "Baiklah Putera Mahkota. Jika kau tidak ingin makan, jika ada masalah kau bisa mencariku." Suara Grace yang lembut pun menghilang seketika, Pangeran Edward tahu bahwa kehadiran Putri Ellena akan membuat Grace cemburu. Grace berjalan dengan kesal, wajahnya terlihat merah dengan hati yang mulai cemburu, 'Wanita itu, kehadirannya membuat Yang Mulia Raja Evanjors menginginkan dirinya menjadi istri Putera Mahkota. Jelas-jelas aku yang akan menjadi istrinya,' batin Grace memanas ketika Putera Mahkota menolak kehadiran dirinya. Tidak seperti biasanya Pangeran Edward menolak ajakan untuk makan bersama. Grace berjalan dengan tegak melewati beberapa lorong Kerajaan Idzackel, pandangannya berpindah kepada Viscount Ray yang memegang beberapa berkas. Selepas pertemuan dengan Raja Evanjors dirinya berjalan di seputaran Aula Kastil Istana. "Viscount Ray," panggil Grace saat ini dengan suara tenang. Suara sepatu dirinya terdengar dengan luasnya Kastil Istana. Viscount Ray yang berjalan pun menolehkan wajah ke arah belakang, melihat sosok Grace Gerald saat ini. "Tuan Putri Grace, anda berada di sini? Bukankah Earl Ernest Gerald tidak ada kepentingan ke Kerajaan Idzackel," ucapnya dengan nada pelan. Sapaan Viscount Ray membuat Grace tidak senang karena ia datang kemari untuk menemui Putera Mahkota seperti biasa. "Aku datang untuk menemui Putera Mahkota, lagipula aku adalah sahabatnya. Sangat wajar jika aku datang ke Kastil Istana, lagipula biasanya Putera Mahkota mengajakku untuk melukis." Viscount Ray mengecap saliva saat ini, keberadaan Putri Ellena mungkin sudah diketahui oleh Keluarga Earl Gerald. Sudah menjadi takdir dari Putera Mahkota jika tunangannya yang hilang kini kembali. "Baiklah Tuan Putri Grace, jika begitu saya izin pamit. Karena banyak sekali tugas dari Yang Mulia Raja. Semoga anda selalu panjang umur Tuan Putri Grace." Senyuman datar dari Viscount Ray sangat terlihat jelas, dirinya pun tersenyum dengan meninggalkan Putri Grace saat ini. Bibir tipis Grace begitu sinis, melihat pemandangan Viscount Ray saat ini. "Apa-apaan dia, kenapa pergi meninggalkanku begitu saja? Kenapa hanya dengan kehadiran Putri Ellena membuat banyak orang melupakanku seperti ini?" Tak lama suara wanita terdengar dari kejauhan, Putri Ellena bersama kedua pelayannya yang berjalan bersama mengelilingi Kerajaan Idzackel. Kerajaan Idzackel sangat indah dengan kemewahan didalamnya. Tidak hanya banyak foto keluarga kerajaan, bahkan banyak lukisan serta patung-patung seni. "Apa-apaan Putri Ellena itu, Pangeran Edward akan di jodohkan dengan wanita seperti dia, aku harus berbicara kepada ayah," ucap Grace dengan pergi meninggalkan Aula Istana. Beberapa pelayan menemani Putri Ellena berjalan-jalan berkeliling Istana Idzackel. "Tuan Putri, jika anda bersama Putera Mahkota berilah ia perhatian, bagaimanapun ia adalah tunangan anda." "Tunangan?" Tanya Ellena dengan wajah yang terperangah tak percaya. Sedari tadi bahkan tidak hanya tadi hingga ia baru saja terbangun banyak sekali tanda tanya yang ia mencoba mencari jawaban segalanya sendiri. Ellena yang selalu membaca kisah dongeng tersebut berusaha membawa tubuhnya sejajar dengan tempat yang kini ia tinggali sekarang ini. Hanya berjarak beberapa meter dari tempat Putri Ellena, Grace hanya tersenyum sinis melihat Putri Ellena dari kejauhan. "Benar anda sudah menjadi tunangan Pangeran Edward, anda harus memberikan perhatian yang lebih kepada Putera Mahkota." "Aku baru saja datang kemari dan tiba-tiba sudah bertunangan?" "Benar Tuan Putri, anda sudah bertunangan. Pangeran Edward adalah tunangan anda. Lagipula pernikahan anda sebentar lagi akan berlangsung." Putri Ellena yang tersenyum pun menatap heran dengan kedua wanita yang menemaninya berkeliling Kastil Istana, "Sudah jangan bercanda. Aku ingin kembali ke dunia asalku." "Dunia asal anda Tuan Putri? Dunia asal anda disini, Landmark, Idzackel adalah kerajaan kedua milik Landmark." "Tidak, aku dari Scanton, ada Perpustakaan Marimosa disana. Tempatku bekerja." "Dulu namanya Scanton, tapi sekarang namanya berubah. Anda memang ditemukan di Perpustakaan Marimosa sedang jatuh pingsan Tuan Putri bahkan yang menemukan anda adalah Yang Mulia Raja Evan terlebih atas informasi pertama dari Viscount Ray." Wajah Putri Ellena mendadak kebingungan. Dirinya pun menatap heran kedua wanita yang ada di hadapannya kini. "Aku penjaga Perpustakaan Marimosa, bukan Putri yang kalian maksud. Mungkin kalian salah orang." "Salah orang? Jelas-jelas anda Putri Ellena tunangan Putera Mahkota, " ucap kedua pelayan yang menemaninya berjalan. Kedua orang yang menemaninya berjalan berkeliling Kastil Istana pun membawa Putri Ellena ke sebuah ruangan besar. "Apa ini?" "Ini adalah Perpustakaan Kerajaan, anda lihat lukisan di dinding yang besar itu? Anda lihat itu adalah anda." Putri Ellena menatap lukisan tersebut dengan terkejut, pikirannya mulai melebur dengan hati yang penuh pertanyaan. Jari miliknya mulai tergerak dengan menunjuk ke arah lukisan besar terpampang di dinding. "Ke-kenapa wajahku ada di dinding Kastil Istana? Cepat turunkan lukisannya, aku hanya penjaga Perpustakaan Marimosa. Kenapa aku di pajang disana. Turunkan lukisannya." "Menurunkannya Tuan Putri? Jika kami menurunkannya kami bisa di hukum oleh Yang Mulia Raja Evanjors. Lagipula selama ini Yang Mulia Raja mencari anda." "Tapi aku bekerja di Perpustakaan Marimosa." "Justru Perpustakaan Marimosa anda tersegel oleh sihir Tuan Putri, itu makanya sihir para magia kami tidak mampu menembus anda. Tapi beruntunglah Yang Mulia Raja menemukan anda." "Bolehkah aku ke ruangan kamarku sepertinya pandanganku saat ini sedang kacau atau memang hanya perasaanku dengan memerlukan ketenangan? Kita kembali saja." Para pelayan membawa Putri Ellena kembali ke ruangan kamarnya. Putri Ellena berjalan dengan cepat tak seperti biasanya, 'Mereka bilang Perpustakaan Marimosa berada di sini? Ya ampun. Ini tidak mungkin terjadi bahkan mereka berbicara jika Scanton sudah lama tidak ada hingga sekarang menjadi Wilayah Idzackel hingga Grissham dan hal lainnya yang memang tak pernah terpikirkan olehku.' Putri Ellena membatin dengan mempercepat ritme langkah kaki, ketika tubuh itu melewati lorong-lorong bahkan melewati tangga utama yang luas hingga dinding kerajaan setinggi dua puluh meter. Kerajaan ini sangat besar dan juga luas hingga sesampainya ia ke ruangan kamar pun Ellena kini merasa tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, ia justru menaiki ranjang dengan menarik selimut tebal dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. "Apa-apaan ini? Kenapa aku menjadi seorang Putri Kerajaan dan menjadi tunangan seorang Pangeran? Sepertinya ada yang salah. Aku sepertinya salah membaca buku atau perilakuku ada yang salah, Tuhan ... jangan biarkan aku terjebak di dunia ini, ini bagaimana bisa aku berada di Kerajaan yang mewah dan megah seperti ini? Sepertinya aku sedang bermimpi," ujar Ellena dengan menyipitkan kedua matanya. Keningnya sedikit mengkerut dengan wajah yang bersalah. "Tuan Putri, ini adalah teh bunga rosella. Ada kue cokelat kesukaan anda. Jika tidak ada urusan lagi saya izin pamit. Jika ada urusan anda tinggal menyuruh beberapa pengawal anda di di luar ruangan kamar anda untuk memanggil beberapa pelayan." "Ba-baiklah, baiklah ... aku akan beristirahat jadi kemungkinan akan malam bertemu kalian lagi." "Jangan lupa Tuan Putri, akan ada makan malam bersama Pangeran Edward." "Baiklah ..." Tak memakai waktu lama, pintu ruangan kamar Putri Ellena pun terdengar dengan menutup. Ia mendengar percakapan dari pelayan membuat Ellena rasanya ingin segera pergi dari Istana ini karena memang yang a lihat ini di luar dugaannya dengan terakhir kali ia bertemu kakek renta yang mencarikan buku untuk cucunya The King of Adventure, "Kenapa perasaanku tiba-tiba mendadak seperti ini? Jantungku berpacu cepat karena mendengar nama Pangeran Edward? Menyentuh Felix saja aku hampir berpikir ulang, apalagi sekarang aku sudah menjadi tunangan seorang Pangeran, Ellena ... bangunlah Ellena, kenapa mendadak dalam satu hari bisa merubah segala takdirmu ini." Ucapan demi ucapan keluar dari bibir Putri Ellena. Tangan kanan itu kini menepuk kedua pipinya tak lama lalu mencubit tangan hingga kedua kakinya, terasa sakit dengan Ellena yang sadar jika ia berada di wilayah para pelayan tersebut bicarakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD