Chapter 4

2273 Words
“Apa sudah ada perkembangan?” tanya ratu Lozne. Briano, sang kepala pelayan menggeleng dengan berat. “Maaf, Yang Mulia. Belum ada kabar apapun dari nona Millia dan sir Rodguez.” Lozne menopang dagunya dan kembali menghela napasnya dengan berat, wanita itu menatap sedih langit yang terlihat mendung, begitu mirip dengan suasana hatinya saat ini. Putera tercintanya meninggal, raja Julius masih tidak bisa bangun dari tempat tidur meski ingatan dan kemampuan bicara masih baik. Dibalik duka yang menyiksa hati Lozne, dia harus tetap tegar dan memikirkan rakyatnya dan beberapa pekerjaan yang kini jatuh ke tangannya. “Apa kau yakin jika nona Millia akan memecahkan kasus ini?” tanya Lozne lagi tampak ragu. “Saya yakin nona Millia bisa melakukannya.” “Tapi ini sudah enam jam mereka pergi memeriksa, bagaimana bisa tidak ada satupun berita sama sekali?” Lonze mengungkapkan sedikit kekesalannya. Selama enam jam Millia dan Rodriguez pergi memeriksa, Lonzne dilanda rasa sedih dan gugup karena ingin segera tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan putera mahkota hingga akhirnya dia meninggal. Vernon adalah orang yang kuat dan bugar, dia juga memiliki kemampuan berpedang dan bela diri yang baik hingga bisa meminpin pasukan militer lebih dari tujuh tahun lamanya. Tidak ada satupun penyakit yang di idap oleh Vernon selain alergi yang terkadang muncul karena sensitif dengan makanan laut. Briano tidak menjawab, pria paruh baya itu berdiri dalam kecanggungan tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana Lozne. “Kenapa diam?” tanya Lozne. Briano menelan salivanya dengan kesulitan, pria itu membuang napasnya dengan berat dan berkata, “Yang mulia raja memberi pesan bahwa beliau harus menjadi orang pertama yang mendapatkan kabar dari penyelidikan ini.” Lozne terperanjat kaget, diam-diam wanita itu meremas permukaan gaun hitamnya dengan kuat menahan amarah dan kekecewaan. Lozne adalah seorang ratu sekaligus seorang ibu, Lozne berhak mengetahui setiap perkembangan mengenai hasil pekerjaan Millia. “Apa nona Millia sudah memberikan kabar kepada yang mulia raja?” tanya Lozne lagi. “Saya dengar demikian, Yang Mulia.” Tangan Lozne terkepal kuat, kemarahan kian terlihat diraut wajahnya yang berubah suram. Sikap raja Julius kepadanya sudah keterlaluan, Lozne merasa raja Julius tidak bersimpati dengan keadaannya yang saat ini sedang berkabung. *** Millia terduduk merenggangkan tubuhnya, kakinya terasa cukup pegal karena terlalu lama berdiri selama melakukan pembedahan. Dari hasil penelitian dan pencarian yang Millia lakukan, Millia mulai menemukan sebuah titik terang mengenai penyebab kematian putera mahkota. Vernon meninggal bukan karena sebuah kutukan, namun karena sebuah racun yang dikonsumsi dalam waktu lama. Semua ruam dan rasa panas yang mungkin sering dirasakan oleh Vernon selama ini berhasil Vernon tutupi sendiri karena tubuhnya bugar, jika Vernon terlalu banyak mengeluhkan rasa panas, kemunginan besar orang-orang akan berpikir jika Vernon terkena kutukan. Vernon berusaha untuk terlihat baik-baik saja meski ada banyak racun di dalam tubuhnya. Vernon harus mempertahankan dukungan banyak orang dan memenangkan suksesi raja selanjutnya. Kini, pekerjaan Millia mulai bertambah, dia harus menemukan racun yang sudah menghabisi nyawa putera mahkota dan juga menemukan siapa dalang di balik ini semua. Menurut dari catatan yang Millia terima, setiap makanan yang akan di hidangkan dan disantap oleh anggota keluarga kerajaan, semuanya melalui proses pemeriksaan yang mana jika dalam sebuah makanan terdapat racun, itu artinya seorang pelayan akan lebih dulu merasakannya dan menjadi korban pertama dari racun. Millia curiga seseorang terdekat sang putera mahkotalah yang menjadi dalang di balik semua ini, namun Millia sedikit bimbang bagaimana cara menginterogasi keluarga kerajaan jika nanti dia memiliki pertanyaan. Segelas kopi panas di letakan di meja, Rodriguez segera duduk di sebrang Millia dengan wajah suram yang tidak dapat di tutupi. Rodriguez masih terbayang-bayang apa yang telah dia lihat beberapa waktu yang lalu. Tubuh putera mahkota Vernon yang sudah memakai formalin di bedah dan keluarkan isi perutnya, Rodriguez bahkan sempat berlari keluar dan muntah ketika Millia meminta bantuan untuk memegang kepala putera mahkota, sementara Millia membuka paksa lidah Vernon dan memeriksa setiap baris giginya. Rodriguez mengendus-ngendus pakaiannya, tidak hanya bayangan mengerikan yang membayangi ingatan Rodriguez, dia juga merasa masih mencium bau formalin dan mayat di tubuhnya meski kini dia sudah berganti pakaian. Rodriguez merasa bau darah segar lebih baik daripada mayat. “Anda baik-baik saja, Sir Rodriguez?” Rodriguez berdeham malu, sebagai seorang tangan kanan raja dan kepala kepolisian termuda yang berprestasi, seharusnya Rodriguez menunjukan diri bahwa dia dapat di andalkan dan bisa membantu tugas Millia. Namun entah mengapa, sejak memasuki wilayah istana bersama Millia hari ini, Rodriguez hanya bersikap seperti beban. “Saya baik-baik saja. Maaf tidak bisa melakukan tugas saya dengan baik,” ucapa Rodriguez. “Anda sudah melakukan yang terbaik, Sir Rodriguez. Saya juga merasa beruntung karena partner saya adalah Anda.” “Kenapa?” Millia tersenyum menawan menatap hangat Rodriguez, wanita itu berkata, “Dalam tugas seperti ini, ada banyak hal-hal mengerikan yang terkadang harus kita lihat. Saya membutuhkan pemandangan indah yang menyegarkan mata, keberadaan Anda selalu menyegarkan pandangan saya, Sir Rodriguez.” Rodriguez bergerak canggung, entah sudah berapa kali dia mendengarkan kata-kata manis Millia hari ini. Rodriguez merasa kesal karena semakin dia mendengarkan pujian Millia yang mengganggu pendengarannya, Rodriguez menjadi semakin waspada dan takut dengan wanita itu. Rodriguez takut tergoda dan terlena jika nanti dia mulai terbiasa mendengarkan kata-kata manis Millia. “Silahkan minum kopi Anda,” Rodriguez mengalihkan pembicaraan mereka dan segera melanjutkan pekerjaannya. Millia tersenyum dan mengangguk, di ambilnya gelas kopi yang Rodriguez berikan kepadanya. Millia meminumnya beberapa teguk sambil memperhatikan Rodriguez yang kini sibuk menulis dan membuka beberapa tumpukan document yang dia ambil dari arsip kerajaan. “Sir Rodriguez.” Rodriguez tersentak kaget mendengarkan suara lembut Millia yang memanggilnya, dengan cepat Rodriguez mengangkat wajahnya dan menatap tajam Millia penuh antisipasi. Rodriguez sudah siap mengomel jika Millia berkata manis lagi padanya. “Ada apa?” tanya Rodriguez dingin. “Kemana isteri putera mahkota?” Pertanyaan yang keluar dari mulut Millia ternyata jauh dari apa yang Rodriguez pikirkan. Pria itu sempat tertunduk malu dan mengusap wajahnya sendiri yang memerah karena sudah salah berpikir. Tubuh Rodriguez kembali menegak, sejenak dia berhenti menulis dan menatap Millia dengan serius. “Puteri Sanata pergi mengasingkan diri ke wilayah barat setelah mengalami keguguran yang kedua kalinya di dalam istana.” Rodriguez segera berdiri begitu dia teringat sesuatu. Rodriguez pergi menuju laci penyimpanan untuk mengambil sebuah bungkusan kain dan meletakannya di hadapan Millia. “Apa ini?” tanya Millia. “Saya mendapatkan pipa dan kotak rokok milik putera mahkota dari Dawne, pelayan yang mengurus semua keperluan putera mahkota.” “Dimana Dawne sekarang?” Rodriguez terdiam sesaat, pria itu segera duduk kembali. “Dia sudah meninggal, dan dia salah satu mayat yang menemani peti putera mahkota.” Millia terkesiap, seluruh tubuhnya meremang karena terkejut. “Siapa yang memutuskan Dawne di jatuhi hukuman?” “Pangeran Soviech.” Keputusan menghukum Dawne di tengah-tengah masalah kematian putera mahkota yang belum terpecahkan akan mempersulit keadaan. Dawne bisa memiliki banyak informasi dan kunci menuju kebenaran karena dia mengetahui banyak hal, tidak hanya itu saja, Dawne juga bisa menjadi seseorang yang paling di curigai karena dia yang paling dekat dengan putera mahkota. Pangeran Soviech yang mengambil keputusan ini membuat Millia merasa patut curiga kepadanya. Millia mengenyahkan pikirannya yang berkelana, dia memfokuskan diri pada kain yang berada di hadapannya. Millia mengambil sarung tangan baru di dalam tas sebelum memutuskan membuka kain itu. “Jadi, putera mahkota Vernon suka merokok?” tanya Millia. Rodriguez mengangguk membenarkan. Rodriguez mengenal Vernon cukup baik, di beberapa kesempatan pertemuan dia juga sering melihat Vernon merokok, kebiasaannya yang suka merokok itu tidak terlepas dari raja Julius yang sama-sama suka merokok juga. Kain bungkusan di tangan Millia terbuka, wanita itu meneliti dengan hati-hati dan memisahkan pipa dan sebuah kotak kaleng tempat cerutu. Rodriguez yang semula sibuk menulis akhirnya menyingkirkan dokumennya ke samping, Rodriguez langsung mengambil kaca pembesar dan memberikannya kepada Millia. Millia memejamkan matanya dan mencoba untuk berkonsentrasi, merasakan aroma pipa yang terasa biasa saja, namun ketika Millia mencium sebatang cerutu, ada sesuatu aroma yang berbeda di aroma itu. “Ambil kertas putih,” pinta Millia. Dengan sigap Rodriguez mengambil kertas dan duduk di samping Millia untuk ikut melihat apa yang sebenarnya akan Millia lakukan ketika wanita itu meletakan sebatang cerutu di tangannya ke kertas dan membukanya. Millia meneliti bubuk tembakau dengan kaca pembesar. “Warna tembakaunya berbeda, ada bubuk lain yang disimpan di dalam cerutu ini.” Rodriguez menegakan tubuhnya dan menatap Millia dengan serius, pria itu terlihat mulai was-was menunggu ucapan Millia selanjutnya. Millia mengambil sisa-sisa batang cerutu di dalam kotak kaleng dan mensejajarkannya. Millia menunjuk cerutu itu, “Sir, lihatlah dengan teliti. Semua cerutunya memiliki volume yang berbeda, ujung daun dekblad tidak semuanya rapat dan rapi. Kemungkinan seseorang mencampur sesuatu ke dalam cerutu putera mahkota.” Wajah Rodriguez memucat, ketegangan terlihat di bahunya begitu mendengar apa yang di katakan oleh Millia. Sejak awal Rodriguez lebih percaya jika kematian putera mahkota karena di racuni di bandingkan dengan sebuah kutukan. Rodriguez merasa lega karena kini sebuah pertanda mulai bisa di temukan melalui benda barang bukti, akan sangat menyulitkan jika Millia dan Rodriguez memberitahunya hanya dengan deduksi saja. “Nona Millia, apa Anda tahu apa yang ada di dalam cerutu itu?” “Saya rasa, seseorang menggunakan dua racun berbeda untuk menyerang putera mahkota.” “Apa maksud Anda?” Millia tidak langsung menjawab, dia tidak bisa langsung memberitahu semuanya sebelum memastikan kebenaran apa yang ada di pikirannya sama dengan fakta yang ada. Bila dilihat dari efek yang ada pada tubuh Vernon, kemungkinan seseorang memberinya tumbuhan yang mengandung zat alkaloid pseudaconitine. Ada yang menarik selain dari tumbuhan yang mengandung zat alkaloid pseudaconitine. Ada racun tumbuhan lain yang tercampur di dalam tembakau milik putera mahkota. Racun yang di gunakan mengingatkan Millia pada Socrates yang pernah mendapatkannya melalui cairan infusan. “Nona Millia,” panggil Rodriguez. “Apa yang mulia raja juga suka merokok?” tanya Millia. “Itu benar.” Millia tersenyum mulai menemukan gambaran. “Saya pikir ada dua jenis tumbuhan yang tanpa disadari putera mahkota masuk ke dalam tubuhnya. Kedua racun itu masuk ke dalam tubuh putera mahkota disetiap kali beliau merokok karena racunnya menyebar melalui asap dan lem yang merekatkan daun dekblad.” Rodriguez menegang kaget, wajahnya tampak pucat pasi mendengarkan jawaban Millia. “Apa racun itu menurunkan imun tubuh?” tanya Rodriguez berhati-hati. “Benar, namun untuk sebuah kematian, racunnya di butuhkan dalam jumlah yang banyak, mungkin enam sampai Sembilan helai daun. Jika putera mahkota sempat merokok, satu atau dua batang dan meminum beberapa tetes racun di cawan, beliau akan tumbang tanpa tanpa hanya dalam waktu dua jam.” Rodriguez menelan salivanya dengan kesulitan, dia cukup terkejut dan malu karena ternyata keamanan orang-orang di dalam istana tidak seperti apa yang dia harapkan. Selama ini Rodriguez selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk keamanan semua orang, namun Rodriguez lengah dan tidak menyadari ada celah besar yang bisa di susupi orang jahat melalui apa yang disukai oleh raja dan putera mahkota. Yaitu, rokok. “Jika ada racun di campur kedalam air yang diminum putera mahkota, seharusnya Dawne orang pertama yang terkena racun karena sebelum air itu diberikan, Dawne orang pertama yang meminum air.” Millia tersenyum lebar. “Racun itu memang tidak dicampur di dalam air. Namun, beberapa tetes racun bisa di usap secara merata kedalam cawan sehingga hanya putera mahkota yang memakan racunnya.” Wajah Rodriguez memucat, ketegangan kian terlukis di wajah tampannya karena jawaban Millia jauh di luar pikirannya selama ini. Millia benar-benar teliti dengan segala kemungkinan. “Untuk sekarang, hanya itu yang bisa saya katakan, namun ini tidak resmi dan masih sebuah dugaan. Saya tidak bisa mengatakan lebih jauh sebelum pasti, sebaiknya sekarang kita selesaikan pekerjaan yang ada disini dan pergi keluar.” “Keluar?” “Ya, kita harus pergi ke guild untuk memastikan kebenarannya.” Belum sempat Rodriguez angkat suara lagi, suara keributan dan teriakan terdengar keras di luar. Millia segera beranjak. “Amankan semua barang bukti dan pastikan tidak ada penyusup. Saya akan pergi keluar.” Rodriguez terburu-buru merapikan semua hasil pencariannya, dengan tangkas dia menyimpan senjata di balik pakaiannya dan sebuah pedang. “Sam!” teriak Rodriguez memanggil pengawalnya di luar ruangan. Tidak berapa lama Sam masuk. “Ya, Tuan.” “Ikuti Nona Millia, bawa empat pengawal!” Sam mengangguk dan segera membuka pintu lebih lebar karena Millia berlari keluar. Rodriguez tidak membutuhkan banyak pengawalan, dia bisa mengatasi masalahnya sendiri, yang terpenting sekarang adalah keselamatan Millia karena dia harus siap dengan segala situasi yang ada. Rodriguez mengamankan semuanya dengan cepat, dia juga harus pergi keluar untuk memastikan semua keadaan aman. Sebuah bayangan seseorang terlihat di bawah pintu membuat Rodriguez bergerak di sisi dinding, berdiri disisi pintu. Pria itu bernapas dengan tenang dan menatap waspada, tangannya terlihat sudah siap akan mengeluarkan pedang dan mengayunkannya jika seseorang yang masuk itu adalah musuhnya. Bayangan di bawah pintu itu tidak bergerak, tidak ada juga suara seseorang yang menyahut. Samar, sebuah suara pergerakan terdengar di atas atap. Rodriguez mulai bergerak mundur dan memilih mematikan lampu di dalam ruangan dan menutup gorden agar pergerakn orang di luar terlihat. Pintu itu terbuka, seseorang yang berada di atas atap ikut melompat turun melui pentilasi. Rodriguez bergerak dengan gesit mengayunkan pedangnya dan berkelahi dengan dua orang berpakaian serba hitam mengenakan masker hitam. Dua orang itu sangat ahli dan bergerak cepat, beruntung penglihatan Rodriguez yang tajam dan instingnya yang bagus menguntungkan dia dalam menghabisi kedua orang tersebut tanpa menimbulkan suara yang memancing banyak orang datang. Dalam remang cahaya, Rodriguez segera menutup pintu dan menyalakan lampu. Darah berceceran di lantai dan di pedang milik Rodriguez, pria itu berdiri di antara dua orang yang berpakaian serba hitam yang kini tergeletak di lantai. Rodriguez menarik lepas masker yang di kenakan kedua orang itu untuk melihat siapa mereka. Keduanya adalah orang asing, Rodriguez tidak mengenalinya, namun dia curiga bahwa kedua orang itu adalah pembunuh bayaran yang sengaja dikirim untuk menghalangi jalannya pencarian kebenaran di balik kematian Vernon. To Be Continued..

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD