Ke khawatiran yang terungkap

1174 Words
“Aku rasa itu bukan urusanmu,” Jawab Valerie sebari melangkahkan kakinya kembali untuk berjalan ke arah ruang makan untuk para siswa siswi dan para petinggi akademi. Mendengar hal tersebut, entah kenapa tanpa ada alasan Kavior malah tertawa pelan sebari mengikuti langkah Valerie secara bersamaan. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celanannya, “Aku rasa itu urusanku karena luka yang ia miliki sekarang di perutnya akibat ulahku sebanarnya,” Jawab laki-laki tersebut yang sengaja berkata jujur sekaligus bangga di hadapan kekasih Atlas. Mendengar tuturan konyol Kavior membuat langkah Valerie berhenti, tanpa aba-aba tangan kanannya melayang cepat untuk menampar pipi laki-laki itu. “Kau gila?!” Ucap Valerie dengan nada tinggi. Melihat respon gadis yang ada di hadapannya membuat Kavior tertawa puas, dengan tangan yang memegang pipi kanannya yang panas namun kedua mata miliknya tidak teralihkan sedikit pun untuk membalas tatapan Valerie yang sudah menatapnya penuh dengan emosi. “Kau tahu bukan sejak dulu aku memang gila?” Valerie berdecak, kedua tangannya mengepal kuat karena ia benar-benar merasakan gejolak amarah di dalam dirinya. Sebari mengatur nafas agar ia tidak kelepasan sampai-sampai harus mengeluarkan kekuatannya, karena bagaimana pun Valerie tidak ingin terpancing atau apalah itu jika Kavior mulai mengganggunya di tambah lagi jika itu berhubungan dengan Atlas, kekasihnya. Langkah Valerie kembali melangkah, ia benar-benar muak dan kesal rasanya kepada Kavior yang semakin hari semakin gila karena rasa obsesinya kepada semua orang dan itu cukup membuat dirinya merasakan rasa takut yang semakin hari semakin membesar. Dengan mengabaikan Kavior dan membiarkan laki-laki tersebut berjalan tepat di belakangnya yang tidak terlalu jauh dari posisinya sekarang, akhirnya Valerie memasuki ruangan yang sudah di penuhi semua murid akademi di sini. Yap semua orang sudah berada di tempatnya masing-masing, bahkan suara bising mereka yang tengah berbicara satu sama lain terdengar ke indera pendengaran miliknya. Bahkan para petinggi akademi ada beberapa yang sudah hadir, terkecuali professor khalid dan kepala sekolah. Di sisi lain, Yara dan Carlos yang menunggu kehadiran Atlas sejak dari tadi sedikit khawatir karena bagaimana pun laki-laki itu bukanlah laki-laki yang mereka berdua kenal. “Tunggu!” Ucap Yara saat melihat siapa yang baru datang. “Mengapa Valerie bersama dengan Kavior? Di mana Atlas?” Tanya Yara cenderung ke diri sendiri dan kepada Carlos. Carlos yang juga melihat ke arah Valerie dan Kavior itu juga terdiam, Entah kenapa perasaan Carlos merasa bahwa ini ada sesuatu yang tidak beres. Di tambah lagi saat dirinya melirik ke arah jam besar yang terletak di belakang tempat makan para petinggi waktu untuk makan malam sudah menunjukan sekitar lima menit lagi. Namun kepala sekolah, professor Khalid bahkan asistennya saja belum ada di tempat begitu juga Atlas. “Yara,” Panggil Carlos diam, gadis yang di panggil olehnya itu menoleh kepada Carlos. Dan ia sedikit mendekatkan tubuhnya kepada Yara, agar pembicaraan mereka berdua terdengar dengan orang sekitar bahkan dengan orang-orang yang duduk tepat di sebelah tubuh mereka masing-masing. “Apa kau merasa ini ada yang aneh?” Suara Carlos sangatlah pelan, namun Yara masih bisa mendengar suara laki-laki itu secara baik. “Maksudmu? Aku masih tidak mengerti,” Carlos menghela nafas panjang, tangannya mengarah ke arah jam tua besar. Dan pandangan Yara mengikuti jari telunjuk Carlos, “Kau lihat itu, jam berapa sekarang? Dan berapa menit lagi kita akan mulai makan malam?” Tanya Carlos secara bergantian melempar pertanyaan kepada Yara. Gadis itu melihat ke arah jam, “Saat ini jam menunjukan pukul delapan malam kurang tiga menit. Dan ya kurang lebih tiga menit lagi makan malam akan di mulai,” Jawabnya sebari menoleh ke arah Carlos. Sepertinya Yara masih belum sadar dengan kejanggan yang ada, namun beberapa detik kemudian kedua kelopak matanya melebar secara bersamaan, “Astaga Carlos! Di mana para petinggi lainnya di saat jam makan malam akan di mulai, terlebih lagi Atlas?” Lanjut Yara yang baru saja sadar dengan hal tersebut. Carlos diam, laki-laki itu sedang berpikir tenang untuk tidak gegabah melakukan sesuatu yang mungkin beresiko, di tambah lagi Atlas yang ada sekarang bukanlah Atlas yang dirinya kenal. Tidak, Carlos harus tetap merahasiakan hal ini dan mencari tahu ada apa sebenarnya? Di tambah mengapa bisa Atlas yang ia kenal secara baik menghilang entah ke mana? Dan itu di saat akademi sedang tidak baik-baik saja dan ada yang tidak beres. “Apa perlu kita mencari Atlas?” Yara kembali membuka suara, nada yang Carlos dengar itu bisa membuat dirinya tebak bahwa Yara sedang khawatir sekarang. “Kau tahu bukan, bahwa laki-laki itu bukanlah Atlas yang kita kenal? Bagaimana jika ia terjadi sesuatu yang tidak mengenakan?” Gadis itu kembali melanjutkan semua rentetan pertanyaan kepada Carlos, dan hal tersebut membuat ia mau tidak mau menarik nafas panjang. “Tenanglah!” Kata Carlos dengan nada pelan penuh penekanan, melihat Carlos yang seperti itu membuat Yara langsung mengerucutkan bibirnya sekilas. “Bersikaplah tenang, perasaanku tidak seburuk yang aku rasakan walaupun aku juga sedang tidak bisa bersikap tenang sekarang,” “Kita berdua hanya perlu menunggu laki-laki aneh itu dan y- Ah! Itu dia! Atlas datang bersama dengan Vion,” Ucap Carlos lega saat melihat Atlas yang datang dengan wajah lesu di sebelah tubuh Vion. Dengan sigap Carlos bangkit dari duduknya, melambaikan tangannya ke arah Atlas agar duduk bersama mereka berdua. Melihat Carlos yang sedang melambaikan tangan sebari tersenyum kepadanya, wajah Atlas terlihat lega. Laki-laki itu langsung berjalan menghampiri ke arah meja Yara dan Carlos. Sesampainya, Atlas langsung duduk tepat di hadapan mereka berdua dengan wajah yang tidak bisa Yara dan Carlos tebak sama sekali. “Ada apa?” Tanya Yara langsung. “Mengapa kau bisa datang bersama Vion?” Atlas masih diam, dalam posisi dekat seperti ini wajah Atlas terlihat pucat dan Carlos menyadari hal itu, “Minumlah, aku tahu kau sedang tegang saat ini,” Ujarnya sebari menyodorkan air putih segelas kepada Atlas. Tanpa menjawab Atlas mengambil air tersebut, meminumnya sampai habis tanpa tersisa sedikit pun. Laki-laki itu mengatur nafasnya, kedua manik mata Atlas menatap secara bergantian kepada Yara dan Carlos yang tengah menunggu jawaban darinya. Selesai mengatur nafas dan merasa tenang, Atlas memberi isyarat kepada mereka berdua agar mendekat kepada Atlas. “Kalian benar,” Deruan nafas Atlas dengan suara pelan itu mampu membuat Carlos dan Yara terdiam sejenak. “Atlas benar dengan perasaannya selama ini,” Ia menggantungkan ucapannya, kedua tangannya memijat kedua pelipisnya pelan. “Bahkan dugaan dan prediksi kalian bertiga sebelumnya, bahwa akademi ini sedang tidak baik-baik saja,” “Dan itu alasan mengapa aku bisa masuk ke dimensi ini, yang jelas-jelas ini hanyalah buku fiksi milik orang lain yang ada di duniaku yang sengaja ia buat,” Lanjutnya kesal. “Apa?!” Ucap Yara. “Tapi kenapa bisa?” Atlas menggeleng, “Laki-laki itu menjawab bahwa aku adalah kunci untuk menyelesaikan permasalahan semua masalah ini di sini, bukan Atlas yang kau kenal,” Carlos yang sedari tadi berfikir dan diam akhirnya membuka suara, “Baiklah, secara teknis. Di sini Vion sudah mengetahui bahwa kau bukanlah Atlas yang ia kenal?” Atlas menganggukan kepalanya, dan lagi-lagi Carlos paham. “Secara teknis, professor Khalid pun mengetahui hal ini dan kemungkinan semua yang telah terjadi kepadamu selarang. Itu karena professor Khalid, Atlas.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD