Sandiwara Atlas

1820 Words
“Atlas? Kau datang kemari juga?” Tanya Valerie dengan perasaan yang terlihat sangat antusias. Atlas tersenyum hangat, mengangguk mengiyakan ucapan Valerie yang mengarah kepadanya. “Ya, aku datang untuk menjemput Enola,” Jawabna sebari merangkul tubuh Valerie. Carlos dan Enola yang melihat hal tersebut menatap tidak percaya, kedua manusia itu saling pandang dan kembali memandang ke arah Valerie dan Atlas yang tengah mengobrol. “Kau lihat itu Carlos?” Ucap Enola kepada Carlos. Carlos menganggukan kepalanya, “Sial! Dia sangat pintar untuk bersikap sandiwara seperti itu,” Jawab Carlos. “Apa dia tidak merasa risih jika bersikap seperti itu?” “Entah, aku tidak tahu,” Carlos menoleh ke arah Enola. “Kau pasti sangat ingat betul bukan dengan apa yang di ucapkan Atlas tadi siang?” Tanyanya dengan nada pelan. Enola tertawa pelan, “Ya, aku benar-benar sangat ingat dengan apa yang dia ucapkan saat kita berkumpul tadi siang,” “Tapi aku rasa dia memang terpaksa melakukan hal ini,” Enola menyetujui ucapan Carlos, “Kau benar, dia sempat melihat situasi kita berdua yang tertekan. Terlebih lagi…” Enola menoleh. “Dia bisa mendengar suara siapapun dari jarak kejauhan, maka itu alasan Atlas datang untuk menghampiri aku dan kau agar kita tidak terlalu mengucapkan banyak hal terhadap Valerie,” Jelas Enola dengan nada yang sangat pelan. “Jadi Enola,” Atlas membuka percakapan kepada mereka. Carlos dan Enola menoleh menatap Atlas yang tengah menatapnya. “Kau sudah siap untuk berlatih sore sini?” Tanya Atlas memastikan. “Aku sudah siap sejak tadi, semenjak Carlos menjemputku,” Atlas tidak menjawab, melainkan hanya menganggukkan kepalanya paham menandakan bahwa ia mengerti. “Baiklah kalau begitu,” Pandangannya kembali teralih kepada Valerie. “Aku akan berlatih sebentar dengan Enola, Carlos dan juga Yara. Aku harap kau tidak perlu ikut untuk melihat atau semacamnya Valerie,” Ujar Atlas kepada Valerie. “Kau beristirahat saja,” Valerie mengubah raut wajahnya berubah menjadi kesal, ia mengerucutkan bibir indahnya sekilas. Dan itu tampak terlihat lucu bagi Enola dan Carlos yamg melihat jal tersebut. “Kalian akan selesai jam berapa untuk melakukan latihan misi besok?” Tanya Valerie. Carlos, Enola dan Atlas saling pandang kemudian laki-laki tersebut berdehem pelan dengan tangan yang sedikit membenarkan anak rambut Valerie. “Entah,” Kata Atlas sebari menatap kedua manik mata indah gadis tersebut. “Aku tidak tahu, dan aku tidak bisa memastikan waktu yang tepat agar kami selesai melakukan pelatihan,” “Akan tetapi yang pasti, jika aku selesai. Aku akan mengajakmu melakukan dinner ala-ala sepasang kekasih seperti yang kau inginkan beberapa tempo yang lalu,” Atlas tersenyum kepada Valerie. Mendengar hal tersebut senyuman Valerie melebar ke arah Atlas. Rasa cinta dirinya rasanya semakin mencuak akibat sikap manis nan sweet yang mampu membuat Valerie terjatuh setiap harinya. Sedangkan Enola dan Carlos benar-benar tidak kuat untuk tidak menahan tawanya sekarang. Sial! Bagaimana bisa Atlas palsu melakukan sikap dan peniruan sifat kepada Atlas yang mereka kenal itu. Lagi dan lagi Atlas tersenyum hangat kepada Valerie, “Bagimana? Kau setuju bukan dengan penawaranku?” Valerie mengangguk kepalanya kencang, rasa antusias pada gadis tersebut sangat terlihat jelas dan itu mampu membuat Atlas merasa lega untuk beberapa detik karena bagaimana pun ia sebisa mungkin beberapa waktu ke depan tidak terganggu oleh gadis bernama Valerie ini. “Kau benar-benar mengingat hal yang selalu aku inginkan Atlas,” Ucapnya semangat kemudian ia memeluk tubuh Atlas sekilas. “Ya aku selalu mengingat apapun yang kau inginkan dan kau rencanakan, bahkan dari hal kecil sampai besar,” Timpal Atlas sebari menguraikan jarak peluk mereka berdua. “Yasudah kalau kau paham,” Kedua tangan Atlas menangkup wajah Valerie. “Aku akan meminjam sahabatmu dulu untuk berlatih, apa kau tidak keberatan Valerie,” Valerie melirik ke arah Enola, kemudian kembali menatap kedua manik mata milik Atlas, gadis itu mengangguk pelan sebari kedua tangannya melapaskan kedua tangan Atlas yang tengah berada di wajahnya. “Aku tidak keberatan, lagi pula…..” Valerie menggantungkan ucapannya, helaan nafas itu terlihat pada gadis tersebut. “Aku tidak bisa menemani Enola untuk melakukan misi ini, bahkan ia melakukan misi tersebut seorang diri,” Valerie kembali menatap ke arah Atlas. “Dan di saat aku tadi sempat merasakan perasaan bersalah kepada Enola dan Enola mengatakan kepadaku bahwa kau, Yara dan Carlos akan membantunya itu cukup membuatmu lega rasanya,” Senyuman cantik itu kembali terpampang jelas di wajah cantiknya. “Maka dari itu aku tidak mempermasalahkan hal tersebut jika kau mengajak Enola untuk berlatih bersama, karena jika sahabatku bersama denganmu dan kedua temanmu yaitu Carlos dan Yara. Aku rasa Enola akan tenang dan merasa aman karena bagaimana pun kau bisa aku percayakan Atlas,” Jelas Valerie panjang lebar tentang ke khawatiram yang ia rasakan pada sahabatnya itu, Enola. Enola yang sejak tadi mendengarkan hal tersebut entah kenapa langsung memeluk tubuh gadis itu erat, merasa dirinya beruntung mempunhai sahabat yang berasal dari bangsawan kelas atas tetapi ia benar-benar mengkhawatirkam dirinya tanpa terkecuali dengan alasan yang cukup jelas. “Enola? Kau kenapa tiba-tina memelukku?” Kata Valerie yang sedikit bingung dengan sikap dan perlakuan sahabatnya itu yang terkesan terlalu tiba-tiba. Enola masih memeluk Valerie, entah harus bersikap seperti apa lagi dan entah harus mengucapkan kata terima kasih seperti apa lagi kepadanya. Karena sejujurnya Valerie terlalu banyak membantu hidupnya selama mereka berdua kenal di akademi ini. Dari hal kecil bahkan hal besar, atau apapun itu Valerie terlalu sering membantu dan menemani Enola apapun yang terjadi. Sial! Kenapa dia harus bersikap melow alias slow di saat waktu yang tidak tepat seperti ini sih? Enola menguraikan jarak pelukan di antara mereka berdua, kekehan itu keluar dari mulut Enola. “Maafkan aku, aku bersikap seolah-olah aku ini anak kecil hanya karena mendengar apa yang kau ucapkan tentangku tadi,” Enola tertawa pelan. Valerie tidak menjawab, ia hanya diam sebari tersenyum hangat kepada Enola yang kedua matanya sudah memerah akibat menahan tangisnya. Tangan kanan Valerie menepuk pipi Enola pelan. Iya, Valerie sangat menyangi sahabatnya ini. Dan hanya sahabatnya ini yang sangat memahami dirinya dari segi apapun. Karena itu ia tidak tahu has seperti apa jika Valerie harus kehilangan Enola yang sudah ia anggap seperti halnya sebagai sahabat sejati. “Terima kasih Valerie,” Ucap Enola. “Aku tahu fffgini bukan waktu yang pas aku mengucapkan hal ini,” Dia melirik ke arah Carlos dan Atlas yang tengah menatap ke arah dirinya dan Valerie. “Tetapi aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku kepadamu karena kau selalu mengkhawatorkan keadaanku kapan pun itu,” Jelas Enola kepada Valerie. . . . “HAHAHA! Sial!” “Jika kau di sana tadi, aku yakin kau akan tertawa puas Yara,” Lanjut Carlis sebari meledek ke arah Atlas. Atlas yang sedari tadi menjadi bahan gunjikan dan bahan lelucon oleh Yara, Carlos dan Enola hanya diam tidak menyangkal semua obrolan konyol yang di lakukan mereka bertiga. Atlas hanya memutar bola matanya sedari tadi sebari sesekali pandangannya melihat ke arah luar dan menikmati pemandangan dari dalam kamarnya. “Oh! Dan juga Atlas membelai wajah Valerie! Ya tuhan itu termasuk hal yang sangat langka!” Cemooh Carlos yang sedang susah payah menahan tawanya. “Aku benar-benar badi teringat dengan ucapan Atlas yang berkata seperti “Aku tidak ingin bersikap seolah-olah aku ini Atlas yang asli dan bersikap seperti halnya sepasang kekasih dengan Valerie” namun nyatanya?” Carlos kembali tertawa. “Kau melakukannya! HAHAHA SIAL!” Yara dan Enola pun ikut tertawa, Atlas hanya menatap malas ke arah mereka bertiga. Ya tuhan! Kenapa bisa sih ada golongan manusia macam mereka semua ini? Terlebih lagi Carlos yang terlalu bersikap hiper bola apapun permasalahannya. “Diam lah! Kalian terlalu berlebihan,” Ucap Atlas yang akhirnya membuka suara setelah beberapa waktu lalu memilih diam dan tidak mengambil komentar apapun saat dirinya di jadikan bahan lelucon yang aneh. “Tidak, aku rasa itu tidak berlebihan,” Enola kali ini menjawab. “Tapi itu terlihat sangat amat lucu,” “Aku yakin kau saat kni merasakan jatuh cinta kepada Valerie, Atlas. Kau harus menahan perasaan itu karena sejujurnya Valerie bukan untuk milikmu seutuhnya! HAHAH!” Jelas Enola di tambahin tawaan yang menggelenggar, di ikuti oleh Carlos dan Yara. Atlas menghela nafas panjang, rasanya memang percuma ya jika dirinya bersikap normal di hadapan ketiga orang ini, karena bagaimana pun Atlas memang berdampingan dengan mereka setiap harinya. Terlebih lagi saat lingkaran tersebut akan selalu menemaninya tiap detik, menit, bahkan jam. Dan ya, ia harus menahan dan kuat dengan situsi tersebut sebagaimana jauh dari lubuk hatinya Atlas benar-benar ingin menghilang dari dunia ini. “Ayolah lupakan saja, itu bukan hal yang harus kita bahas saat ini,” Kata Atlas yang mood nya sudah sedikit menurun. Dan lagi, itu terjadi karena Atlas terpaksa, dan perasaannya memang sudah tidak enak sejak awal. Di tambah Atlas sejak tadi terus menerus mendengar percakapan mereka bertiga dari kamar miliknya dan itu cukup membuat Atlas risih. Ya walaupun memang kekuatannya ada disi negatif dan ada sisi positifnya itu sudah sangat membantu kok. Karena bagaimana pun semua kekuatan atau kelebihan memangbada yang seperti itu bukan? Terlebih lagi jauh dari lubuk hatinya Atlas seperti memang wajib harus melakukan sandiwara tersebut karena bagaimana pun agar obrolan mereka tidak berlanjut ke tahap yang Atlas tidak inginkan. Semua meredakan tawanya saat Atlas melontarkan setiap perkataan yang mungkij sedikit agak menohok terlebih lagi Enola sadar dengan sikap Atlas yang moodnya langsung menurun drastis. Ia tahu mungkin itu berlebihan atau semacanya, namun percayalah hal tersebut sangatlah lucu dan mungkin langka. Bisa di bilang juga hal tersebut bisa menjadi hal untuk menyembuhkan rasa rindu dirinya dan teman-temannya kepada Atlas asli. “Ini sudah dua jam lebih, dan burung hantu milk Enola belum kembali lagi untuk pulang.” Atlas melanjutkan, kedua matanya mengarah kepada Enola yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit laki-laki itu tebak. Enola menghela nafas panjang, “Sejak tadi aku juga menghawatirkan ini, aku takut seseorang memergoki penelusuran yang di lakukan pada burungku,” Ucap Enola sedikit khawatir. “Tetapi Atlas, ada cara lain untuk memastikan penulusuran ini berhasil atau tidak di saat kau dengan burung hantuku sudah saling mentranferkan pikiran kalian berdua satu sama lain,” Jelas Enola dengan raut wajah serius. Atlas sedikit mengerutkan keningnya, agak kurang mengerti dan agak kurang yakin dengan ucapan yang di lontarkan oleh gadis itu barusan. “Maksudmu?” Enola menghela nafas panjang, dirinya melipat kedua tangannya tepat di hadapan dadanya. “Iya, maksudku begini,” Enola sedikit merubah posisi duduknya. “Saat kau dan burungku sudah saling bersatu pikirannya dan pikiran kalian sudah saling bertukar seperti halnya yang kau lakukan tadi, kau bisa melihat pikiran burumg hantu itu tampa harus burung tersebut ada di hadapanmu sekarang,” Jelas Enola. “Apa bisa begitu?” Enola menganggik mengiyakan, “Aku lupa istilah apa itu namanya dalam kamusku yang sempat aku pelajari beberapa waktu yang lalu, namun yang jelas kau bisa melihat pikiran itu dan melihat jelas apa yang burung itu lihat selama ia dalam di perjalanan,” “Bahkan kau bisa tahu, kenapa ia tidak kembali secara cepat sekarang. Karena sejujurnya kni sudah melebihi prediksiku,”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD