When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rain mengerjapkan kedua matanya diatas kasur dengan pelan. Perlahan kedua matanya mulai membuka karena silau sinar matahari yang mengganggu tidurnya. Suhu kamar juga terasa lebih hangat dibandingkan semalam yang begitu dingin hingga menusuk kulit. Pandangan mata Rain mulai mengedar ke segala arah. Kamar ini sangat sepi dan sunyi sekali. Rain mulai mersaakan kesepian. Rain menatap ke arah tubuhnya yang trebalut selimut dengan dua guling mendekapnya erat. "Pak?" panggil Rain lirih dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Tangan Rain mengucek mata dan kemali memanggil Dika. "Pak!!" Masih sama, tidak ada sahutan dn sunyi sekali. Rain bangkit dari tidurnya dan menatap jam weker diatas meja belajar tepat disamping kasur. "Jam sembilan? Gak salah?" Rain terus mengumpat dirinya