Dalam perjalanan menuju Kampus Orion, Wisnu terus saja mengambil kesempatan untuk menatap Rain yang duduk tenang disampingnya.
"Rain ..." panggil Wisnu dengan kedua tangan erat memegang bundaran setiran. Wajahnya terlihat sangat gugup sekali.
"Hmm ..." jawab Rain cuek.
"Balikan yuk?" pinta Wisnu pada Rain.
Rain langsung menoleh ke arah Wisnu dan menegakkan duduknya. Tatapannya begitu tajam.
"Rain gak salah denger?" tanya Rain penuh rasa kesal dan kecewa.
Wisnu menggelengkan kepalanya dan kembali fokus menyetir.
"Enggak salah. Dulu kita putus karena kita mau sama -sama fokus belajar. Saat itu kita mau menghadapi ujian akhir," ucap Wisnu lirih.
"Terus?" tanya Rain ketus.
"Kita sudah menentukan pilihan kita, bukan? Pilihan untuk cita- cita kita. Kamu yang tetap ingin menjadi seorang direktur, dan aku tetap ingin menjadi dokter," ucap Wisnu dengan bangga.
"Lalu? Kamu pikir, aku bakal menerima kamu sekarang?" tanya Rain tertawa sinis.
"Apa kurangnya aku?" tanay Wisnu masih dengan nada sombong.
"Gak ada yang kurang. Kmau ganteng, mantan ketuas osis, pintar, juara umum, tajir, dan pesonanya begitu memikat," puji Rain dengan senyum penuh terpaksa.
"Aman dong?" tanya Wisnu setengah memaksa.
"Seharusnya sih aman ..." jawab Rain begitu santai.
Wisnu masih fokus menyetir lalu membelokkan mobilnya ke arah halaman Kampus Orion.
"Rain turun di depan situ aja," titah Rain pada Wisnu.
Rain bergegas merapikan tasnya dan bersiap untuk turun dari mobil setelah mobil itu berhenti dipinggir.
Rain sudah membuka pintu sambil bicara cepat, "Makasih ya, Nu. Atas tumpangannya. Lain kali gak perlu lagi datang ke rumah Rain dan menjemput Rain. Rain bisa sendiri."
"Tunggu Rain," titah Wisnu cepat smabil memegang pergelangan tangan Rain.
Rain menoleh ke arah Wisnu dan tersenyum kecut. Perlahan Rain melepaskan tangan Wisnu.
"Gak usah pake megang juga kali. Mau ngomong apa?" tanya Rain pada Wisnu.
"Kita balikan ya?" pinta Wisnu dengan tatapan penuh harap.
"Gak Nu. Rain mau fokus kuliah," ucap Rain cepat.
"Kenapa sih Rain? Kamu selalu keras kepala? Padahal dulu kamu yang paling bucin saat kita berhubungan," jelas Wisnu pada Rain.
"Itu dulu Nu. Waktu kita masih es em a ... Sekarang kita kan udah kuliah. Wisnu juga pernah bilang, kalau Rain harus lebih dewasa dan jangan kekanak -kanakan," jelas Rain pda Wisnu.
"Rain ... Kamu masih mikirin ucapan aku yang udah lama itu? Itu dulu, Rain," jelas Wisnu mencoba meyakinkan Rain.
"Iya itu dulu, saat Rain emang suka dan sayang Wisnu. Kalau sekarang kan gak? Di dalam hati Rain udah gak ada Wisnu. Paham ya?" ucap Rain dengan cepat lalu membuka pintu mobil dan turun dari mobil Wisnu.
Jujur, Perasaan suka dan kagum untuk Wisnu selalu ada. Rain yang dulu begitu memuja Wisnu karena tampan dan keren. Wisnu yang populer dan super sibuk di Sekolahnya dulu sering kali tak ada waktu untuk memperhatikan Rain. Rain akhirnya memutuskan untuk berpisah dengan alasan mau fokus untuk belajar.
Rain sudah berjalan masuk menuju lobby Kampus Orion meningalkan Wisnu yang masih terdiam dan terpaku menatap Rain, mantan kekasih terindahnya dulu. Wisnu memang sangat mencintai Rain hingga saat ini. Dulu, Wisnu tepaksa mengabaikan Rain sedikit karena harus bersikap profesional. Lama kelamaan, Wisnu sangat kehilangan Rain. Rain yang lucu dan menggemaskan, membuat hari -hari Wisnu menjadi bahagia.
Sebuah mobil yang sejak tadi ada di belakang Wisnu pun langsung menyalip mobil milik Wisnu. Pemilik mobil itu menatap ke arah Wisnu. Kebetulan kaca mobil Wisnu terbuka lebar hingga lelaki yang ada di dalamnya bisa melihat Wisnu dengan baik.
Rain sudah berjalan menuju ruang auditorium. Di sana sudah banyak kakak panitia yang bertugas untuk melancarkan acara hari ini dari pagi hingga siang.
Rain mengisi absensi dan di beri atribut untuk orientasi. Walaupun tidak ada acara apapun, tetap saja vibes sebagai mahasiswa baru harus tetap ada.
Sebelum masuk ke ruangan auditorium, Rain merasakan perutnya tak enak. Rasanya mulas seperti di remas- remas. Padahal barusan saja, Rain tak merasakan apa -apa. Kenapa rasa sakit ini muncul tiba -tiba sekali. Rain putra balik dan berlari ke arah kamar mandi yang ada di sudut Kampus. Rain hanya membaca tulisan toilet dan masuk begitu saja.
Pintu toilet sudah tertutup dan dikunci rapat dari dalam oleh Rain. Dengan cepat, Rain membuka kancing reseleting dan menurunkan celananya lalu duduk di atas kloset sambil menampakkan wajah menahan rasa sakit luar biasa. Perasaan lega pun terlihat dari wajahnya karena semua hajatnya sudah berhasil keluar dengan sempurna masuk ke dalam lubang pembuangan.
Rain menoleh ke arah keran yang biasa digunakan untuk menyiram semua sampah kotor dari dalam perutnya itu hingga hilang tak membekas. Namun, Rain begitu terkejut karena tak bisa. Keran itu rusak dan otomatis tidak bisa mengeluarkan air.
Wajah Rain begitu panik. Apalagi tisu di dalam toilet itu juga tidak ada. Hanya tinggal tersisa bau busuk yang menyengat di dalam ruangan toilet bersih itu.
Terdengar suara dari arah luar yang masuk ke dalam toilet itu.
"Bau banget sih," ucap seorang laki -laki yang baru saja masuk dan menatap sekeliling kamar mandi namun tak ada pergerakan. Semua pintu kamar mandi tertutup.
Rain terdiam dan rasanya ingin menangis di dalam kamar mandi itu. Mana ia tak tak membawa tisu di tasnya. Ini bagaimana caranya Rain membersihkan sisa kotoran di bokongnya.
"Ada orang di dalam?" tanya lelaki itu dengan suara semakin lantang.
Rain masih terdiam dan mengunci rapat mulutnya agar tidak mengeluarkan suara apalagi desahan kecil. Hembusan napasnya juga di atur sedemikian rupa agar tidak terdengar suara kasar.
"Ada gak? Soalnya kamar mandi ini rusak. Mau dikunci," ucap lelaki itu kembali berteriak.
Namun, Rain tetap diam dan tak berkutik. Rain mendengar suara langkah lelaki itu pergi dari kamar mandi dan suara pintu di tutup lalu di kunci.
Rain semakin ingin menangis. Ruangan ini dikunci. Belum lagi ponselnya tak bisa digunakan karena sinyal yang kurang baik.
"Rese banget sih," umpat Rain dengan kedua mata mulai basah. Bau kotoran yang mengambnag di dalam lubang kloset semakin membuat perutnya terasa mual.
mau sampai kapan, Rain duduk di atas kloset tanpa membersihkan diri seperti ini.
Lelaki yang mengunci ruang kamar mandi itu masuk ke dalam salah satu ruang dosen.
"Ini kuncinya Pak," jleas seorang lelaki meletakkan segerombol kunci di atas meja.
"Itu kunci kamar mandi yang rusak?" tanya Dika pada seorang OB.
"Benar sekali. Tapi, Kamar mandi di lantai paling atas bau banget. Bau bangkai gitu. Belum sempat di cek tadi. Karena masih ada pekerjaan lain," ucap OB itu pada Dika.
"ya sudah, kamu bisa pergi. Nnati biar saya cek. Kalau ada bangkai tikus got, saya pasti akan kasih tahu kamu," jelas Dika pada OB itu.
"Siap."