44

1096 Words

Mulut Rain terbungkam oleh bibir tebal Dika yang terus melumat dengan lembut. Rain tak diberi ruang untuk bernapas sedikit pun. Napasnya mulai terengah -engah. Ditambah permainan jari Dika yang mulai merajalela membuat sekujur tubuh Rain merasa bergetar sempurna. Tangan Rain sesekali mendorong Dika. Namun, pertautan kedua bibir itu tak juga dilepaskan bahkan keduanya seperti sedang kalap. "Aw ..." Desah Rain dengan suara lirih dan melepas ciuman Dika. Napas Dika terdengar memburu. Tangannya tak kunjung melepas dari gundukan ukit yang membuatnya terus gemas. "Sakit Mas ..." bisik Rain lirih membuka kaosnya dan memegang jari Dika yang kuat memilin ujung bukit yang mengeras. Bibirnya bergerak -gerak karena gemas. "Masa sakit?" tanya Dika lirih menatap Rain. "Terlalu kenceng megangnya ...

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD