Cemburu

1106 Words

“Pingit? Kita?” Aku mengangguk meyakinkan Mas Dion. “Pingit itu zaman kapan, Sha? Sekarang sudah modern, lagi pula mana bisa aku jauh dari kamu.” Aku menangkup kedua pipi Mas Dion, memainkan pipinya hingga bibirnya ikut maju ke depan. “Mas, suwer, dulu nggak gini. Dulu itu lebih ke freeze, nyebelin, ngeselin, jahat banget pokoknya. Sekarang, kok, mendadak gemoy, nggak cocok sama mukanya yang datar nan tampan ini.” “Kamu itu mau jelekin atau puji aku, Sha?” “Maaf, ya, Mas.” “Ayo, cepat habiskan makanannya. Setelah itu, kita ke toko furniture-nya.” Aku menjauhkan tanganku dari pipinya dan melanjutkan makanku. *** Begitu tiba di toko furniture, spot pertama yang aku kunjungi adalah area kithen set. Saat di perjalanan tadi, Mas Dion bilang bahwa dia menyerahkan semua pilihan padaku.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD