3

985 Words
Angelica Jensen masih sesenggukan. Padahal Ken sudah mengatakan tidak apa-apa, dia tidak mempermasalahkan itu lagi asal Angel tidak mengulangi perbuatannya. Tapi gadis itu masih saja menangis, membuat Ken memijit pelipisnya. Pusing. Shween dan Gilang yang mengikuti pasangan aneh itu ke tempat parkir cafe hanya saling tatap tak mengerti. "Beneran si Angel sepupu lo?" Shween mengangguk. "Tapi kok kalian nggak mirip?" Shween memutar bola mata bosan. Diliriknya Gilang sekilas. Tampan, pikir gadis berdarah India-Indonesia itu. Sayang bodoh. Shween mendengus sebelum menjawab. "Kita cuma sepupu, bukan kembar!" Gilang meringis mendengar suara jutek gadis cantik di sampingnya. Pemuda itu menyadari ketololannya. "Hiks..." Terdengar lagi isakan Angel. Kedua orang yang bersandar di mobil Shween itu langsung menoleh dan melihat bagaimana Ken masih berusaha membujuk Angel. "Udah dong Ngel nangisnya." Ken nampak kewalahan membujuk gadisnya. Pemuda itu memencet pangkal hidungnya. Sepertinya Ken sudah kehabisan cara untuk meredakan tangis Angel. "Ken marah hiks." Angel menghapus airmata menggunakan punggung tangannya. "Kalo lu kagak berenti nangis ya gue marah lah." Angel mengangkat wajahnya menatap pemuda yang perlahan berjongkok di depannya itu. Ken menghapus airmata Angel dengan ibu jarinya. Mengusap pipi chubby yang mulus itu. "Jangan nangis lagi dong, Rabbit. Lu jelek kalo nangis." Ken mencubit pipi gembil Angel. Gemas, pikirnya. Pemuda itu tersenyum dengan pikirannya. Sejak dulu, sejak pertama Ken mengutarakan perasaannya pada Angel di f*******: yang ingin dilakukanya pertama kali kalau mereka bertemu adalah mencubit pipi kue mochi Angel. "Jangan nangis lagi ya." Ken kembali mengusap pipi yang tadi jadi sasaran cubitannya. Pipi putih itu nampak memerah. Ken meringis, apa dia terlalu keras mencubitnya tadi? "Ken nggak marah lagi?" Ken mengangguk. "Kan tadi gue udah bilang kalo gue udah kagak marah lagi. Lu-nya aja yang ngeyel." "Tapi kan Angel udah bohongin Ken." Angel menggigit bibir bawahnya setelah mengucapkan kata-kata itu. Ken menghembuskan nafas melalui mulut. "Yang penting sekarang lu udah jujur." "Angel sayang Ken." Angel memeluk pemuda itu. Dia senang, Ken tidak marah. Dan yang lebih membuatnya senang lagi, Ken bukan fake seperti yang diduganya selama ini. Angel tersenyum. "Gue juga sayang lu, Rabbit." Ken mengusap punggung Angel. Diciumnya beberapa kali pucuk kepala gadis itu. Lega dan bahagia memenuhi hatinya. Ken berjanji pada dirinya untuk tidak akan melepaskan Angel apapun yang terjadi. "Cewek lu cengeng, brother." Ken mendelik, memberikan death glare gratis pada Gilang. "Tapi cantik kok imut banget lagi." Gilang terus bicara tanpa menyadari tatapan maut Ken. "Pipinya itu lho, pengen gue cubit." Pemuda itu terkekeh membayangkan dia sedang mencubit pipi gembil kekasih sahabatnya itu. "Lu udah bosen idup?" Gilang menoleh cepat mendengar suara dingin Ken yang memasuki gendang telinganya. Bergidik ngeri melihat ekspresi sahabatnya itu. "Lu kan punya cewek." Ken mode jutek on. "Cubitin aja pipi cewek lu sampe bengkak!" Gilang melongo, tak menyadari Ken yang sudah melangkah menjauhinya. Ken cemburu? Masa sih? Kan dia tadi cuma bercanda. Gimana kalau dia mencubit pipi Angel beneran. Bisa-bisa tangannya dipatahin sama babang bule Betawi itu. "Ken!" Gilang mengejar sahabatnya yang akan memasuki mobil. Ken berbalik. "Satu lagi, berenti ngebayangin cewek gue atau gue congkel otak lu!" Pemuda bermata biru persis Ken Barbie itu masuk ke dalam mobil, membuat Gilang mempercepat langkahnya. Dia tidak mau pulang naik angkot atau taxi lagi. Tadi pagi kan Ken yang menjemputnya, otomatis Gilang menumpang mobil Ken dan meninggalkan motor ninja kesayangannya di rumah. "Ken, tunggu!" Gilang berlari sekarang. Ken sudah menyalakan mesin mobilnya bersiap pergi. Sialan Ken, batinnya. "Lu lagi pms ya?" Sembur Gilang mengkal setelah duduk di samping Ken. Pemuda itu berusaha menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan. "Galak banget!" Ken tidak menyahut. Hanya matanya melirik sekilas ke arah Gilang kemudian fokus ke jalanan. Angel menumpuk beberapa bantal untuk dijadikan sandarannya. Setelah merasa pas, gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur queen size miliknya dengan punggung ditopang beberapa bantal yang tadi ditumpuknya. Angel memejamkan matanya sesaat menikmati rebahannya sebelum membuka aplikasi f*******:. Gadis blasteran Denmark-Indonesia itu langsung mengecek pesan inbox yang masuk. Bibirnya mengerucut melihat tak ada satupun pesan dari Ken yang masuk. Padahal pemuda itu sedang online. Ken nyebelin! Baby honey Send Sent Angel menunggu Ken membalas pm-nya dengan senyum terkembang di bibir peach-nya. Tapi senyum manis itu mengambang setelah beberapa lama tak ada balasan dari Ken. Jangankan dibalas dibaca saja tidak. Baby honey, lagi ngapain sih??? Send Sent Masih sama, Ken tidak membalas pesannya. Jangan-jangan Ken masih marah, pikirnya. Angel menggigit bibir was-was. Gadis itu keluar dari inbox, membuka timeline. Mata amber-nya membulat melihat Ken berbalas komentar mesra dengan salah satu teman perempuan f*******:-nya. Ken keterlaluan! Angel kesal. Saking kesalnya gadis berusia 19 tahun itu meremas selimut bergambar panda-nya. Dengan cepat Angel kembali membuka inbox dan memencet tombol Yups, Angel memvideo call Ken. "Apa, Ngel?" Ken dengan rambutnya yang acak-acakan muncul di layar ponselnya. Angel melongo melihatnya. Kawaii, pekiknya dalam hati. "Angel!" Sentak Ken diseberang sana. Pemuda itu memijit pelipisnya melihat gadisnya menatapnya dengan mulut terbuka. Cukup tadi siang saja Angel membuatnya pusing, malam ini jangan. "Ngel, gue matiin ya, kan kagak ada yang penting." Kata-kata itu membuat Angel kembali dari keterpesonaannya pada Ken. Angel meringis sambil menggigit bibir bawahnya. "Ck!" Ken berdecak. "Angel kangen." Rona merah menjalari pipi chubby itu, membuat Ken gemas untuk mencubitnya. Ken menarik nafas perlahan sebelum menjawab. "Tadi siang kan kita udah ketemu, masa udah kangen lagi." Angel cemberut. "Emang Ken nggak kangen Angel?" Ken kembali memijit pelipisnya. "Udah malem, Ngel. Tidur!" "Tapi Angel belum ngantuk!" Angel mengerucutkan bibirnya, merajuk. "Tidur!" Itu perintah, bukan permintaan. Dan itu kebiasaan Ken yang selalu diingatnya. Ken selalu menyuruhnya tidur sebelum tengah malam. "Besok ada kuliah kan?" Angel mengangguk. "Ya udah. Tidur!" "Iya, baby honey." Seperti anak kecil, Angel memang selalu menuruti perkataan Ken. Entah kenapa, tapi rasanya dia tidak bisa menolak apa yang diminta Ken. Yaahh kecuali Ken minta video call dulu, saat mereka belum bertemu. "Angel tidur sekarang." "Matikan ponselnya." Angel mengangguk patuh. Jarinya yang berniat menekan tombol stop terhenti mendengar suara bass Ken yang kembali menyapa gendang telinganya. "Good night, my Rabbit. I love you." Angel tersenyum manis. "I love you more, panda-chan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD