5

1054 Words
"Baby hon-" Senyum ceria di bibir mungil Angel mengambang. Bukan Ken yang muncul di layar ponselnya melainkan orang lain yang wajahnya agak mirip dengan Ken, hanya kelihatan lebih tua. Angel mengernyit bingung. "Kamu siapa?" Tanyanya dengan kening berkerut. "Kenapa kamu yang angkat vc Angel? Itu ponsel Ken kan?" Pemuda di layar tersenyum miring. "Aku sapa ya?" Pemuda itu mengusap dagunya sambil melihat ke atas seolah berpikir. "Coba kamu tebak aku siapa?" "Mana Angel tau?" Pipi Angel menggembung. "Yang pasti kamu bukan panda-chan." Seketika tawa pemuda di layar itu meledak. "Panda-chan?" Ulang pemuda itu sambil menyeka liquid di sudut matanya. Angel makin cemberut karena pemuda itu menertawakannya dengan sangat sangat keras. Apalagi melihat air yang keluar dari mata sewarna mata Ken itu. Angel mengerucutkan bibirnya kesal. "Kenapa ketawa? Nggak ada yang lucu!" Angel membuang muka ketus. "Kamu manggil Ken-aro panda-chan?" Pemuda itu masih terkekeh. "Iya. Kenapa?" "Ken-aro emang mirip panda sih." Tawa pemuda itu meledak lagi. Meskipun tak sekeras tadi tapi tetap membuat kekesalan Angel meningkat beberapa kali lipat. Angel menghentakkan kaki saking kesalnya. "Nggak ada yang boleh manggil Ken panda kecuali Angel!" Kekehan kecil masih terdengar dari mulut pemuda di layar itu. "Kamu pacar Ken-aro?" Tanya pemuda itu setelah tawanya reda. "Aku Jesen, abangnya." Angel membelalak dengan mulut terbuka. Tidak perduli kalau dia sedang di kantin kampus dan sedang diperhatikan beberapa pasang mata. "Abangnya panda-chan?" Ulang Angel tak percaya. Tapi setelah dilihat-lihat memang mirip sih. Apalagi mata birunya itu. Persis mata Ken. Jesen Reiner mengangguk. Senyum geli menggelayut di bibirnya. "Ken-aro masih ibadah, ponselnya ketinggalan." "Ken nggak kuliah?" Tanya Angel heran. Gadis itu bahkan sudah lupa kekesalannya pada pemuda yang melakukan panggilan video dengannya. "Nggak ada mata kuliah dia hari ini. Ken-aro lagi mimpin paduan suara buat misa natal nanti." "Natal kan masih lama." Angel kembali cemberut. "Nggak ada salahnya siap-siap dari sekarang kan?" Jesen angkat bahu. Dia mulai memahami sifat gadis berambut pirang itu. Adiknya juga sudah sering menceritakan soal Angel. "Kamu Angel kan? Pacarnya Ken-aro." "Cuma Ken, nggak pake aro." Jesen tertawa lagi. Angel benar-benar lucu menurutnya. "Dikeluarga kami emang kaya gitu manggilnya. Ken, Ken-aro. Aku, Jesen-aro." "Ooohhhh..." Angel manggut-manggut tanda mengerti."Tapi bang Jesen nggak mirip panda-chan." "Masa sih?" Jesen memasang wajah terkejut. "Mirip kok." "Matanya mirip sih." Angel tersenyum membayangkan mata Ken. Jesen menghembuskan nafas melalui mulutnya. Pemuda itu berjalan ke arah meja mengambil sekuntum mawar dari vas. Bermaksud memberikannya pada Angel. "Buat kamu, adik ipar." Jesen menjulurkan tangannya pada layar. "Yaa nggak bisa deh." Pemuda itu tampak kecewa. Angel terkikik melihatnya. "Pake emoji aja, bang." Usul gadis itu. "Good idea." Jesen tersenyum. "Aku matiin vc-nya ya." "Okay." "Nanti abang kasih tau Ken-aro kalo Angel tadi vc." Angel mengangguk senang. "Baby honey, tadi Angel dikasih bunga lho sama bang Jesen." "Bang Jesen?" Ken mengangkat sebelah alisnya. "Emang tadi Angel ketemu bang Jesen?" Angel menggeleng polos. "Nggak." "Terus?" "Video call." Angel nyengir. Raut wajah Ken berubah. "Kapan?" Tanyanya heran kenapa dia tiba-tiba kesal. "Tadi, sekitar jam 10-an." Angel mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan pulpen, berpikir. "Kata bang Jesen, Ken lagi ibadah nggak kuliah." "Kok Angel bisa video call  sama bang Jesen?" "Kan tadi Angel mau video call Ken, tapi yang angkat bang Jesen. Katanya ponsel Ken ketinggalan di rumah." "Hn." Angel mengerutkan keningnya mendengar jawaban Ken. "Apa artinya?" "Apa?" Ken menatap Angel malas. "Itu... yang Ken hn hn itu." Ken mengacak rambut Angel gemas. "Kagak ada artinya." Pemuda berwajah imut itu berdiri. Menarik tangan Angel. "Pulang yuk. Capek." Angel mengangguk kemudian mengikuti Ken masuk ke mobil. Jam pulang kerja sama saja dengan jam istirahat makan siang, macet. Yah, memang Jakarta selalu macet. Tidak peduli jam berapa pun kondisi jalanan tetap sama, merayap. Ken mendengus kesal, membuat Angel menoleh ke arahnya. "Baby honey, kamu kenapa sih?" "Kagak kenapa-napa." Ken menjawab tanpa menatap Angel, menimbulkan decak kesal gadisnya itu. "Baby honey, liat sini deh." Angel berusaha memalingkan wajah tampan Ken agar menghadap ke arahnya. "Gue lagi nyetir, Ngel." Tolak Ken halus. Entah kenapa Ken tidak mau melihat wajah Angel sekarang. Kesal masih bersarang di hatinya. Bukan kesal pada Angel tapi lebih kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia bisa lupa membawa ponsel. "Kagak bisa." Angel cemberut. "Masa bentar aja nggak bisa?" "Ck!" Ken berdecak kesal. "Lu bawel deh, Rabbit." "Makanya tengok sini bentar." Angel menarik-narik lengan jaket yang dikenakan Ken. Mau tidak mau, Ken terpaksa menoleh ke arah gadis itu. Dan... Ceklek! Kilatan lampu blitz dari ponsel Angel menyambarnya. Angel tersenyum lebar melihat hasil jepretan ponselnya. "Gantengnya panda Angel." Gadis itu melirik Ken sekilas kemudian kembali fokus pada layar ponselnya. "Nanti Angel post ya, baby honey." "Serah lu!" "Tapi kok ngga ada senyumnya?" Angel cemberut lagi. "Senyum dong, baby honey." "Males." Ken membuang muka. "Sekali lagi ya. Tapi kali ini harus senyum." Angel menarik-narik lengan jaket Ken, lagi. Tapi kali ini tak berhasil. Ken tidak menggubrisnya. Pemuda itu terlalu fokus ke jalanan. "Baby honeyyyy." Bibir Angel mencebik, gadis itu merajuk. "Ck!" Ken berdecak kesal, lagi. "Sekali kagak tetap kagak! Tadi juga lu ngambil foto gue tanpa izin." Ken melambatkan laju mobilnya kemudian menghentikan kendaraan roda empat kesayangannya. Angel menoleh kesana-kemari mencari tahu, apakah mereka sudah sampai atau belum. Tapi melihat tempat yang asing membuat Angel berpikir kalau mereka belum sampai. Tapi kenapa Ken berhenti? Gadis itu mengerutkan keningnya. "Jangan kemana-mana, tunggu di sini!" Setelah berkata seperti itu Ken langsung turun tanpa memberikan penjelasan pada Angel dimana mereka berada. Tak lama, pemuda itu sudah kembali. "Buat lu!" Ken menyerahkan sebuket bunga mawar pink kesukaan Angel ke tangan kekasihnya itu. "Jangan nerima bunga dari cowok lain lagi selain gue!" Angel mengerjap beberapa kali. Bingung kenapa Ken memberinya bunga, setahunya ulang tahunnya masih lama. Tapi senyumnya mengembang menyadari kemungkinan kalau Ken terpancing bang Jesen. "Makasih, baby honey." Angel mencium mawar-mawar itu. Senyumnya makin lebar mengingat kata-kata Ken tadi. Apa mungkin Ken jealous? Tapi masa sih? Kan bang Jesen abangnya Ken. "Ken jealous ya?" Angel menaik-turunkan alisnya menggoda Ken. "Jealous apaan?" "Sama bang Jesen." Sebelah kening Ken terangkat. Menatap Angel tajam. "Sudah gue bilang lu cuma milik gue. Jangan pernah nerima apapun dari cowok lain kecuali gue, karena gue masih mampu ngasih apapun yang lu mau. Minta ke gue, jangan ke orang lain! Angel paham?" Angel mengangguk manis kemudian memeluk Ken yang masih memegang kemudi. Mengecup pipi pemuda itu. "I love you everyday. Everyday i love you, Kensin Scholandvan." Bisiknya. "I love you more, my Rabbit." Balas Ken mengecup bibir Angel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD