bab 1

1074 Words
siang itu sinta berjalan menyusuri trotoar, matahari yang amat terik seakan menusuk kulitnya. sinta berusaha menutupi wajah nya dengan tas dan map yang dia bawa. jangan sampe muka aku gosong, udah mah gak bisa lagi beli skincare, kalau ampe muka ku ini gosong kan gak lucu... sinta menepi dia duduk dihalte bus, terlihat disana ada juga beberapa orang yang sedang duduk, entah mereka hanya ingin beristirahat atau mereka memang sedang menunggu bus lewat. kalau sinta sendiri sih, dia sejatinya hanya ingin ngaso saja, tenaganya sudah habis untuk berkeliling tadi. sudah sejak dua hari yang lalu, sinta berkeliling mencari pekerjaan. inilah yang sangat ditakutkanya, dia harus memulainya lagi dari awal. aahhh... coba saja dia tak nekad untuk memilih resign dari pekerjaanya terdahulu. sekarang sinta hanya bisa duduk terbengong sambil melihat orang yang sedang berlalu lalang didepan nya. sinta tak tau lagi harus melamar kerja kemana saat ini. dia tertunduk lesu dan membuang napasnya kasar. emak..... doain anakmu inii.... huhuhu sinta meringis saat merasakan perut nya perih. dia bahkan lupa mengisi perutnya siang itu. pagi tadi, dia hanya melahap satu potong roti sisa semalam yang ada dimeja makan. duuh.. mana haus, lapar lagi... hiks... sinta mengelus dadanya, dia berusaha menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongan. bahkan dia merasakan ludah yang ditelan nya itu pahit karena saking lama nya dia tak memasukkan apapun kedalam mulutnya, terakhir saat sarapan seadanya pagi tadi. sinta mengedarkan pandangan matanya kesekeliling, dia melihat disekitaran tempat itu, apakah ada penjaja makanan kaki lima yang menjual air mineral disana. dia ingat disaku celananya tadi masih ada satu lembar pecahan uang seratus ribuan, dia harus pandai menghemat agar bisa bertahan hidup selama dirinya belum mendapatkan pekerjaan. naahhh.. tu diaaaa..., sinta besorak dalam hati saat dilihatnya ada seorang pedagang asongan yang lewat didepan matanya. pucuk dicinta ulam pun tiba. sinta lalu memanggil abang abang asongan itu. " bang....bang..." teriak sinta. siabang penjual makanan itu pun menoleh dan langsung berjalan menghampiri sinta. " neng panggil saya...? " tanya siabang " iya bang..., adaa air mineral dingin gak bang..." tanya sinta sambil melongok kekotak yang dibawa abang asongan itu. " ooh... ada neng... mau berapa? " tanya siabang. " satu aja bang..." kata sinta. " ooh oke neng, ini..." kata abang itu sambil menyerahkan sebotol air mineral dingin kepada sinta. " makasih bang..., berapa bang..." tanya sinta sambil merogoh saku celananya. " goceng neng..." kata abangnya. " iy bang... sebentar ya.." kata sinta sambil meraba raba saku celananya lebih dalam lagi. sinta mendadak pucat pasi, uang yang tadi dia maksud sepertinya tak ada didalam celana yang dia pakai. duuh... gimana ini, tadi ada kan... mana itu duit gue satu satunya lagi, sinta sudah hampir menangis. mukanya berubah panik. abang penjual asongn itu menatap ke wajah sinta. dia menunggu sinta membayar. sebetulnya dia juga kasian pada sinta, tapi apa daya dia juga butuh uang, dan kebetulan ini adalah pembeli pertamanya, kalau kata orang mah panglaris. " ada neng...? " tanya abang itu. " sebentar bang, tadi ada disaku.. sebentar saya cari..." ucap sinta sambil merogoh kedua saku celananya sekaligus namun hasilnya tetap sama, zonk. uang yang dia cari entah terselip dimana. sinta meletakkan tas dan mapnya dibangku halte itu. dia merogoh tas nya dalam dalam. siapa tau ada uang terselip disana. namun hasilnya tetaplah nihil. sinta tersenyum kecut seraya mengulurkan botol air mineral pada abang penjual asongan itu. " maaa... maaf bang, kayaknya saya gak jadi beli. sepertinya uang saya jatuh atau mungkin tertinggal dirumah tadi..., maaf ya bang..." kata sinta sambil tertunduk lesu. dia sudah haus sekali, ditambah wajahnya semakin memucat lantaran dia membayangkan bagaimana dia pulang kerumah nanti, dia bakalan berjalan kaki, huhuhu. aah pasti itu sangat melelahkan, jika naik angkot pun sebetulnya sinta juga masih harus berjalan lumayan jauh dari jalan raya menuju kontrakanya, menyusuri gang sempit yang tak bisa dilalui kendaraan roda empat. abang penjual asongan itu pun menerima botol air mineral yang sinta berikan dengan muka nelangsa. " maaf ya neng, abang juga butuh uang, abang harus setor ke bos sore nanti. neng ini sebetulnya pembeli pertama abang. begini saja..." kata abang itu, dia terlihat membuka kotak daganganya dan menaruh botol yang tadi sinta kembalikan kedalam kotak itu, lalu sebagai gantinya dia mengambil satu gelas air mineral kemasan kecil berbentuk cup. " ini buat neng, semoga bisa sedikit menghilangkan rasa dahaga neng ya..." kata abang itu. sinta terharu, beruntung sekali dia bisa dipertemukan dengan orang baik seperti orang yang sedang berdiri dihadapanya kali ini. " makasih bang, semoga abang dapat gantinya yang berlipat ganda dan dagangan abang laris manis, aamiin..." ucap sinta tulus. abang itu tersenyum lalu segera berpamitan pergi berjualan kembali. sinta meminum air mineral kemasan gelas itu dengan sekali sedot. dia haus sekali. alhamdulillah... ucapnya. tenggorokanya yang kering kerontang mendadak basah oleh air yang menyegarkan tadi. nikmat sekali. semoga abang tadi mendapatkan ganti atas kebaikanya ya Allah... ucap sinta dalam hati. setelah itu sinta bersiap mengumpulkan tenaga untuk menyusuri jalanan panjang menuju pulang kekontrakanya. bismillah, semangat sintaaa.... siapa tau kan sambil jalan kamu bisa sekalian menemukan pekerjaan, aah atau barang kali ketemu uang... atau bisa juga ketemu berondong dijalan.... ish... apa apaaan sih sin... batin sinta geli sendiri. kadang memang dia selabil itu. sebelumnya dia resign dari pekerjaan nya karena malu, sebab semua teman kantornya sudah berumah tangga, dia minder karena sekarang usianya tak lagi muda, kalau mengingat itu sinta menjadi sedih. ' tau gitu kan aku bertahan saja ya disana..., bodohnya aku...' batin sinta. tapi nasi sudah menjadi bubur. dia pun sudah berhenti bekerja sejak sebulan yang lalu. dia pikir dia akan dengan mudah mencari pekerjaan lagi dengan modal pengalaman kerja nya. namun ternyata tak semudah yang dia bayangkan sebelumnya, itu susah sekali. hingga kini sinta masih menganggur, dan lebih parahnya lagi, tabunganya pun sudah habis karena dia pakai untuk mengirim orang tuanya dikampung yang sedang memperbaiki rumah, orang tuanya pun tak tau hal sebenarnya yang dia alami. kalau pun tau mereka pasti tak mau menerima kiriman uang dari sinta. sebelumnya sinta sudah meng apply pekerjaan lewat online. dia leha leha saja selama ini dikontrakan, hanya menunggu panggilan saja hari demi hari, sambil makan dan tidur di kasur. seminggu pun telah berlalu, dia masih tenang. dua minggu sudah berjalan, dia pun masih positif thinking. aah.. mungkin lagi proses, begitu pikirnya. tiga minggu berlalu, dia pun mulai was was. dan setelah empat minggu akhirnya dia memutuskan untuk menjemput bola, dengan berkeliling melamar pekerjaan langsung kesetiap kantor yang berada disekitaran tempat tinggalnya. dan seperti inilah altivitasnya sekarang, pergi kesetiap kantor yang membuka lowongan pekerjaan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD