Hotel Mercury menjulang tinggi diterangi lampu sorot menuju langit. Rasanya seperti seorang protagonist memandang bangunan tempat bos terakhir saja. Tanpa tedeng aling-aling, aku langsung dibawa menuju kamar di lantai sepuluh. Sepanjang jalan. Aku diam seribu Bahasa. Pikiranku pergi melanglang buana. Detik ini tiba-tiba saja aku mulai merasa ragu. Sungguh, benarkah aku akan melakukan ini? Apa kewarasanku mulai kembali normal setelah berhasil menenangkan diri dari tangisan di taman tadi? Kok aku malah merasa menyesal sih? Om Yayan seperti berubah beringas tatkala kami berada di tempat privat. Tubuhku didorong jatuh menuju kasur. Kasur hotel itu empuk, ya? Lenganku meresapi lembutnya spray berwarna putih. Eh bentar, bukan itu! Aku masih belum siap. Aaaaaaa, dia menindihku, menjilati l