Edward terbangun. Ia seolah baru saja mengalami mimpi buruk. Napasnya memburu, sedangkan jantungnya bekerja sangat keras, membuat dadanya naik turun secara teratur. Masih karena suara wanita yang terdengar sangat tegas dan begitu menakutkan bagi Edward. Suara yang bahkan langsung terngiang-ngiang di benak Edward, membuat Edward sibuk menggeleng, menepis jauh-jauh agar suara itu pergi. Sampai-sampai, ketakutan yang begitu besar itu membuat wajah berikut sekitar leher Edward basah karena keringat. Bingung, tak percaya, sekaligus kecewa, Edward rasakan detik itu juga. Perpaduan rasa yang terasa begitu kuat. Edward bahkan nyaris kembali kehilangan kesadarannya, seiring pandangannya yang berangsur kabur, menggelap. “Kendalikan dirimu, Ed! Kendalikan dirimu! Dia bukan siapa-siapa! Dia bukan si