9. Old Story

1970 Words
Claire terjebak. Ia duduk bersebelahan dengan Dean Alfarezi dan di depan pria itu ada Reinaldy Algantara. Mereka bertiga akhirnya makan malam bersama setelah ia dan Reinaldy tidak sengaja bertemu dengan Dean yang ternyata kembali ke kantor. "Pak Dean... Bapak kembali lagi ke kantor?" Dean keluar dari dalam lift sambil memandangi Claire dan Reinaldy secara bergantian. "Kalian baru mau pulang?" Claire mengigit lidahnya menahan diri untuk tidak menjawab, 'Orang nanya kenapa nanya balik sih, Pak...' Namun apa yang Claire tahan justru diucapkan oleh Reinaldy. Dean spontan terkekeh, "Sorry, Claire... Ada barang saya yang tertinggal dan saya perlu mengambilnya. Kamu sudah mau pulang, Claire? Pulang bareng saya saja. Seperti biasa, Mark bisa mengantarkan kamu setelah dia menurunkan saya di apartemen." "Enggak bisa. Claire pulang bareng aku. Aku dan Claire sudah ada acara." Claire dan Dean spontan menoleh menatap Reinaldy dengan tatapan berbeda arti. Kalau Dean kebingungan, Claire justru keheranan. Memangnya tadi ia dan Reinaldy ada acara sehabis ini? Kok Claire lupa. Jangan-jangan Reinaldy ini berhalusinasi. Menyadari kebingungan dua orang yang ada bersamanya itu, Reinaldy pun menggaruk tengkuknya. Reinaldy salah tingkah karena sebenarnya ia dan Claire tidak ada acara. Ia hanya akan mengantarkan Claire pulang tapi tiba-tiba Dean muncul dan mengancam rencananya sehingga ia dengan cepat merubah skenario. Reinaldy pun menatap Claire, "Kita makan dulu sebelum pulang ya, Claire... Saya lapar..." Claire kini kebingungan, wanita itu terjebak. Dean pun membuat situasi semakin rumit dengan mengatakan, "Kalau begitu tunggu aku sebentar, Rei. Kita makan bersama saja. Aku juga lapar." Reinaldy pun mengangguk pelan dan akhirnya mereka bertiga pergi untuk makan bersama menaiki kendaraan masing-masing dan Claire pergi bersama dengan Reinaldy. Reinaldy, Claire dan Dean sedang fokus melihat menu yang sedang mereka pegang. Ketiganya sedang berada di restoran Jepang karena Dean sedang menginginkan makanan Jepang dan Reinaldy dan Claire tidak keberatan dengan ide Dean. Ketiganya pun memesan makanan yang hendak mereka santap dan sambil menunggu pesanan mereka, ketiganya pun terlibat dalam percakapan singkat. "Jadi gimana perkembangan Everest Construction?" Dean bertanya sambil mengangkat ocha hangat yang ia pesan. Reinaldy mendengus kesal dan menatap Claire, "Claire, atasanmu benar-benar menyebalkan. Seharusnya dia tau kalau ini sudah lewat jam kerja yang artinya pembahasan soal pekerjaan sudah selesai. Dia bahkan tidak bertanggung jawab atas lemburan yang aku terima kalau dia membahas soal pekerjaan diluar jam kerja." Claire tertawa pelan sementara Dean merotasi bola matanya, "Aku hanya mencari topik pembicaraan, Rei..." "Tapi topik pembicaraan kamu benar-benar membosankan, Kak. Kamu bisa membahas hal lain seperti 'Rei, aku baru bertemu dengan seorang wanita cantik yang berhasil membuatku jatuh cinta.' Aku lebih suka topik itu dari pada pembahasan Everest Construction di luar jam kerja seperti ini." Kali ini Dean yang berdecak, "Kamu tau aku belum tertarik berhubungan dengan wanita, Rei..." Tiba-tiba Dean menoleh ke arah Claire, "Jangan salah paham Claire. Aku masih menyukai wanita tapi memang belum ada wanita yang membuat aku tertarik." Claire mengangguk pelan, "Saya paham, Pak. Tapi bapak tertarik dengan wanita atau tidak sejujurnya juga bukan urusan saya. Saya bukan seperti karyawan lain yang suka bergosip." Bukannya marah dengan ucapan Claire atau sakit hati. Dean justru tertawa mendengar jawaban santai Claire. "Ternyata benar kata Om Josh dan Om Gilbert. Kamu benar-benar memiliki mulut yang tajam Claire." Claire meringis sementara Reinaldy mendelik, "Kamu juga sama, Kak. Jangan bikin anak orang sakit hati sama ucapan kamu. Emangnya ucapan kamu yang tadi enggak nyinyir apa?" Dean tertawa mendengar ucapan Reinaldy, "Lama di Indonesia bikin kamu paham istilah nyinyir ya, Rei..." Reinaldy merotasi bola matanya dan percakapan kembali berlanjut membahas mengenai makanan yang sedang mereka santap bersama malam ini. Percakapan didominasi oleh Reinaldy dan Dean. Claire masuk dalam percakapan kalau kedua pria itu meminta pendapatnya atau tanggapannya dan kebanyakan Reinaldy yang mengajaknya bicara. Selesai dengan kegiatan makan malam, mereka semua pulang dan saat hendak pulang, Dean kembali menatap Claire, "Claire lebih baik kamu pulang sama saya saja, Mark bisa mengantarkan kamu seperti biasa." Claire belum menjawab ucapan Dean namun Reinaldy sudah berdiri dihadapan Claire dan menjawab ucapan Dean, "Kan aku sudah bilang dari tadi kalau aku yang mau mengantar Claire pulang. Kenapa kamu masih ngotot ingin Claire pulang dengan Mark?" Dean menaikkan sebelah alisnya menatap Reinaldy dan Claire secara bergantian. Claire pun meringis sambil mengumpati pria yang berdiri di depannya itu. Namun kalau ia memilih pulang bersama dengan Dean bisa Claire pastikan pria itu malah berbuat sesuatu yang gila nantinya. "Saya pulang dengan Pak Reinaldy saja, Pak. Tadi saya sudah setuju pulang dengan beliau sebelum makan." Reinaldy tersenyum penuh kemenangan mendengar ucapan Claire sementara Dean menyipitkan matanya menatap Claire dan Reinaldy secara bergantian. "Sudah kamu pulang sana, Kak. Kamu justru bikin Claire enggak nyaman dengan sikap kamu. Pulang sana!" "Really, Rei? Kamu ngusir aku? Aku barusan traktir kamu makan dan ini balesan kamu ke aku?" Dean bertanya dengan nada didramatisir. Reinaldy merotasi bola matanya, "Gak usah drama. Cepat pulang sana. Aku dan Claire juga mau pulang." Dean pun tertawa, "Ingat antar Claire pulang ke rumah, Rei..." Dean pun menatap Claire dengan wajah serius, "Jangan mau diajak Reinaldy pergi ke tempat lain lagi. Kamu harus langsung pulang ke rumah dan ini perintah, Claire!" Claire tersenyum mendengar ucapan bosnya, "Yes, Sir!" Reinaldy pun mendengus mendengar percakapan dua orang yang sedang bersamanya lalu mendelik menatap tajam Dean yang menepuk puncak kepala Claire sambil tersenyum sinis sementara Claire mematung dengan sikap atasannya ini sambil memandang horor pasalnya selama enam tahun bekerja dengan Dean Alfarezi, tidak pernah sekalipun Dean melakukan kontak fisik seperti ini. *** Jam kerja sudah selesai namun Claire masih duduk di kursi dalam ruangan kerja atasannya karena Dean Alfarezi memanggilnya tepat jam kerjanya berakhir. Sesungguhnya Claire cukup bingung karena jarang Dean memanggilnya di waktu-waktu seperti ini terlebih urusan mereka hari ini sudah selesai. "Apa ada hal lain yang harus saya kerjakan, Pak?" Claire bertanya dengan nada formal. Dean pun menatap Claire dengan wajah serius, "Kemarin Reinaldy langsung mengantarkan kamu pulang?" Claire mengerutkan alisnya sedikit karena bingung namun wanita itu langsung mengangguk. Dean pun memajukan tubuhnya lalu menyatukan tangannya di atas meja sambil menatap Claire dengan mata sedikit menyipit, "Jadi benar kata Reinaldy kalian ini sudah mengenal sejak lama?" 'Hee....? Kenapa dia jadi bahas Pak Reinaldy?' Calire meringis tanpa sadar, "Jadi bapak panggil saya mau bahas soal kemarin saya langsung dianter pulang atau diajak pergi ke tempat lain dulu?" Dean menggelengkan kepalanya, "Saya mau bahas jadi sebenernya kamu dan Reinaldy saling mengenal atau enggak? Saya penasaran karena Reinaldy itu yakin kalau kamu itu orang yang dia kenal. Kamu mirip dengan juniornya dulu dan dia melakukan kesalahan sama kamu. Saya penasaran kesalahan apa yang dia lakukan sampe bikin dia seperti itu." Claire meruntuki mulut ember Reinaldy. 'Buat apa bahas masa lalu sama orang lain sihhhh!!! Argh! Bos gak jelas!' Dean menatap Claire dengan wajah serius, "Saya benar-benar penasaran Claire. Jadi apa yang terjadi antara kamu dan Reinaldy dimasa lalu?" Claire menatap Dean lekat-lekat. Wajah atasannya itu nampak serius menunggu jawabannya sementara ia masih menimbang apa ia harus menjelaskan atau tetap konsisten mengaku tidak mengenal Reinaldy Algantara. "Saya menunggu penjelasan kamu Claire... Mungkin kamu bingung kenapa saya ikut campur urusan kalian tapi ini menyangkut sekretaris saya dan direktur keuangan. Kalian akan sering berinteraksi. Kalau saya tidak tau apa yang sudah terjadi diantara kalian, saya tidak bisa peka melihat situasi dan saya tidak mau nantinya kejadian dimasa lalu menghambat urusan profesionalitas kalian." Claire menarik nafas dalam-dalam secara perlahan dan ingatannya mulai melayang ke masa lalu.... Claire sedang duduk di perpustakaan ketika Reinaldy datang membawakan buku yang pria itu janjikan padanya. Mata Claire berbinar karena buku yang ia cari ternyata bisa pria itu bawakan. Claire memang tertarik dengan segala macam buku tentang ekonomi namun buku yang ia cari saat itu sudah habis dipinjam anak-anak lain dan Reinaldy berhasil membawa buku itu. Jelas Claire senang bukan main. "Terima kasih, Al..." Claire memanggil Reinaldy dengan sebutan Aldy atas permintaan Reinaldy sendiri. Sebagai tanda mereka resmi berpacaran katanya. Claire merotasi bola matanya pada saat itu namun Claire memenuhinya setelah melihat pria itu benar-benar memenuhi ucapannya. Tidak ada lagi yang membahas tentang Claire dan Reinaldy. Reinaldy tersenyum. "Sama-sama. Ada buku lain yang kamu mau baca? Papaku punya perpustakaan dan banyak buku ekonomi karena papaku senang membaca buku." "Sungguh? Pasti seru punya papa yang juga suka membaca." Claire berucap dengan nada antusias di awal kalimat namun wajah Claire berubah lesu diakhir kalimatnya. "Salah. Aku tidak suka membaca. Aku membaca jika diperlukan seperti saat mau ujian," ucap Reinaldy dengan nada sombong. Claire mencibir sikap sombong Reinaldy. Tanpa mereka sadari perlahan tapi pasti keduanya pun dekat satu sama lain. Claire melihat sisi lain Reinaldy yang sebenarnya tidak begitu menyebalkan. Secara status mereka memang sudah berpacaran karena kegilaan Reinaldy dikantin kampus tapi Claire tidak pernah menempatkan posisinya sebagai pacar seorang Reinaldy. Ia hanya menganggap pria itu sebagai teman satu sekolahnya saja. "Karena aku sudah membawakan buku yang kamu cari jadi bisakah kamu memenuhi satu permintaan aku?" Claire menyipitkan matanya, "Kamu menolongku dengan maksud tersembunyi?" Reinaldy terkekeh, "Datanglah ke latihan basketku sore nanti. Aku butuh dukungan dari pacarku, Claire." Claire merotasi bola matanya, "Pacar kamu siapa? Aku bukan pacar kamu karena aku dijebak saat itu." Tawa Reinaldy berderai dan Claire membulatkan matanya dan menutup mulut Reinaldy dengan tangannya, "Pssttt... Ini perpustakaan!" Reinaldy pun menghentikan tawanya lalu spontan mencium tangan Claire membuat Claire membulatkan matanya dan menarik tangannya. Claire pun mengepalkan tangannya membentuk tinju dan mengarahkannya pada Reinaldy yang ditanggapi dengan kekehan oleh pria itu. "Aku serius, Claire... Datanglah saat aku latihan basket dan bawakan minum untukku... Anggap saja itu ucapan terima kasih karena aku sudah meminjamkan buku milik papaku..." Claire mengehela nafas panjang mendengar ucapan pria itu. "Aku tidak janji, Al... Aku sudah memiliki janji tapi kalau selesai lebih cepat mungkin aku bisa datang... Tapi aku tidak janji..." Reinaldy tersenyum dan mengangguk dan percakapan keduanya selesai. Claire bukannya orang yang tidak tau berterimakasih. Namun Claire memiliki tanggung jawab yang harus ia selesaikan. Sepulang sekolah biasanya ia bekerja pada tetangganya dan selesai bekerja, ia akan mendapatkan upah yang akan ia gunakan untuk kebutuhannya sehari-hari. Tapi permintaan Reinaldy tadi membuat Claire tidak enak hati. Claire pun berusaha mengerjakan pekerjaannya dengan cepat berharap ia masih bisa menghadiri latihan Reinaldy sesuai keinginan seniornya itu. Claire pikir ia sudah salah menilai Reinaldy. Seniornya itu hanya ingin berteman karena sejauh ini Reinaldy memperlakukannya dengan baik. Seniornya itu hanya mendatanginya untuk mengobrol lalu pergi saat Claire mulai fokus dengan buku bacaannya. Sementara itu di lapangan basket Reinaldy dan teman-temannya latihan dan selesai lebih cepat. Mereka semua masuk ke dalam ruangan ganti pemain basket hendak membersihkan diri sebelum pulang dan di dalam ruangan itu Reinaldy dan teman-temannya terlibat percakapan, "Dia tidak datang lagi, Rei..." Reinaldy meringis, "Aku akui memang tidak mudah membuat Claire mengikuti keinginanku. Aku sudah berusaha keras mendekatinya dan melakukan apapun yang dia mau... ya... walau hanya sebatas mencari buku yang dia mau di rak buku milik papaku.., Nyatanya membuatnya mengikuti keinginanku sulit sekali..." Edbert dengan santai angkat suara, "Ini sudah hampir dekat waktu kesepakatan kita, Rei... Kalau kamu berhasil mendekati Claire dan membuatnya datang ke latihan ini sebanyak tiga kali maka kamu menang dan kamu berhak mendapatkan ponsel keluaran terbaru itu, Rei... Tapi sepertinya kamu yang akan gagal karena hampir mendekati waktu kesepakatan kita tapi belum sekalipun Claire datang. Siap-siap kamu justru harus membelikan kami semua ponsel keluaran terbaru, Rei..." Reinaldy mendengus sementara teman-temannya tertawa puas. Reinaldy dan teman-temannya tidak tau kalau di luar ruangan tempat mereka bicara saat ini ada Claire yang berdiri dengan tangan dan kaki yang gemetar mendengar seluruh percakapan mereka. Tangan Claire yang memegang air mineral yang ia beli dan hendak ia berikan pada seniornya itu. Claire terkekeh sinis lalu pergi meninggalkan tempatnya berdiri. Sesampainya di flatnya, dengan emosi Claire mengeluarkan uang tabungannya selama ini dan pergi menuju tempat penjualan ponsel membeli ponsel keluaran terbaru yang menjadi pembahasan Reinaldy dan teman-temannya tadi. Tabungan Claire habis dan keesokan harinya Claire menunggu kedatangan Reinaldy dan memberikan ponsel itu pada Reinaldy membuat seniornya itu kaget bukan main. Permainan berakhir dan Claire sakit hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD