Senna membuang napasnya perlahan. Dia duduk dengan gugup menunggu partner kencannya datang. Sesekali dia juga meminum air putih yang disediakan oleh pelayan restoran untuk meminimalisir rasa gugupnya.
Uh, kencan pertama memang selalu menegangkan. Beruntung Senna bisa merasakan euforia seperti ini.
“Senna?”
Yang punya nama lantas mendongak. Mata cantik yang dihias bulu mata lentik itu spontan terbuka lebar saat mengetahui siapa pelaku yang memanggil namanya barusan.
“Pak Arya?”
Ya, dia Arya Jirata. Atasannya Senna di kantor.
Arya tersenyum kecil, dia menarik kursi di hadapan Senna dan mendudukinya. Melihat itu, Senna kebingungan. Aduh, kenapa harus ada Arya di sini, dan juga kenapa Arya langsung duduk tanpa permisi? Padahal ‘kan Senna sedang menunggu teman kencannya yang belum datang. Menurut informasi dari Selly, teman kencannya itu masih di jalan.
“Bapak.., eum.., kebetulan ketemu, he he he.” Senna salah tingkah. Mau mengusir tidak enak, kalau tidak diusir takut Arya betah duduk di situ.
“Saya ada janji bertemu dengan seseorang di sini,” jawab Arya.
Senna tersenyum lebar. “Sama Pak, saya juga! Temen Bapak belum datang?” Sikap Arya yang ramah membuat Senna sedikit santai jika berinteraksi dengan pria itu.
“Sudah. Di hadapan saya sekarang.”
Senna langsung melongo. Agak terkejut dan tentu tidak percaya. Tapi, dia pastikan satu kali lagi agar tidak salah paham. “Maksud Bapak..?” Nadanya bertanya.
“Saya teman kencan kamu, Senna.” Dengan mantap Arya menjawab.
Suprise! Mulut Senna terbuka lebar. Sudah dandan semaksimal mungkin, pas ketemu malah Senna tunjukan komuk terbaiknya. Saking terkejutnya Senna sampai tidak dapat menyamarkan ekspresi kagetnya yang cukup menghibur Arya yang melihatnya.
“Pak, kenapa ketawa?” tanya Senna bingung.
Arya meredakan gelaknya. “Habisnya kamu lucu kalau kaget.”
Senna merengut sebal. “Lucu apanya! Bapak lagi bohongi saya, ya?” sewot Senna. Arya pasti sedang membualkan saat pria itu mengatakan kalau dia adalah teman kencannya?
“Bohong soal apa?” Tenang Arya menjawab.
“Bohong kalau Bapak teman kencan saya.”
Gelengan tercipta di kepala Arya, membuat Senna mati kutu dan lagi-lagi masih tidak percaya. Serius dia mendapatkan teman kencan sesempurna Arya Jirata Buana? Wah, mimpi apa Senna semalam!
“Saya serius, Nna. Saya yang minta Selly buat dikenalkan ke kamu,” jawab Arya dengan lembut.
“Tapikan kita udah saling kenal, Pak?” Ya walaupun tidak bisa dibilang ‘dekat’, tapi setidaknya mereka saling mengenal nama satu sama lain. Bahkan saat Senna interview, Arya yang menjadi pewawancaranya.
“Itu ‘kan sebagai rekan sekantor. Kalau sekarang saya mau mengenal kamu sebagai pria dan wanita.”
Senna menelan ludah. Dia kehabisan kata. Apakah Arya salah satu spesies lelaki buaya? Kenapa mulutnya lancar sekali saat menggoda?
Menyembunyikan rona di pipinya, Senna menunduk dalam. Tangannya menyamatkan anak rambut ke belakang telinga, menebar pesona dan berlagak anggun. Ok, mulai sekarang Senna akan menjaga image di depan Arya.
Setelah berhasil mengontrol diri, Senna kembali membalas tatapan Arya dan mengulurkan tangannya.
Katanya, Arya ingin mereka mengenal sebagai pria dan wanita, ‘kan?
“Senna Ragnala,” ucap Senna ketika Arya menjabat tangannya.
Arya mengulas senyum menawan. “Arya Jirata.”
* * *
Demi Tuhan, Dhaffi tidak pernah penasaran dengan urusan orang. Tapi siapa Senna Ragnala? Dia hanya gadis kampung dan kucel yang sayangnya berhasil membuat seorang Dhaffi kehilangan sopan santunnya hanya karena rasa penasarannya yang jauh lebih besar.
Mengutit tentu bukan hal yang pernah Dhaffi lakukan karena itu termasuk tindak kejahatan. Dan untuk pertama kalinya Dhaffi melakukan kejahatan itu karena Senna Ragnala.
Dhaffi pasti sedang kerasukan saat melakukannya.
“Ppa,”
Ini sudah jam 1 malam, dan Kenzie terbangun setengah jam lalu. Kebetulan Dhaffi juga belum tidur. Sejak pulang dari mengutit Senna, isi kepala pria itu jadi berisik.
Bagaimana Dhaffi mau tidur kalau dia terus kepikiran Senna yang sedang kencan dengan Arya. Ya, Arya sepupunya. Sekarang Dhaffi tahu kenapa Arya menawarkan Senna pekerjaan di Perusahaan, itu pasti taktik agar Arya bisa dekat dengan Senna, ‘kan?
Ternyata Arya yang licik!
“Apa, Sayang?” sahut Dhaffi sambil memandang Kenzie yang sedang bermain di atas ranjang tidurnya.
Kenzie hanya tertawa dan kembali memainkan ring donatnya.
Karena gemas, Dhaffi memeluk pinggang Kenzie dan mencium sela lehernya. Membuat anak itu tertawa kencang.
“Bobo lagi, yuk? Besok pagi kamu pasti rewel kalau kurang tidur,” ujar Dhaffi.
Kenzie menggeleng. Dia memang belum lancar berbicara, tapi sudah mengerti apa yang orang katakan.
“Kenapa tidak mau tidur? Ken masih mau main?”
Kenzie manggut-manggut.
“Kan mainnya bisa besok, Sayang. Papa ngantuk, huaaa...,” Dhaffi menguap, pura-pura ngantuk.
“Ppa tuk?” oceh Kenzie terbata.
“Iya, Papa ngantuk,” jawab Dhaffi yang mulai paham dengan bahasa bayi. “Kenzie tidak ngantuk?” Dhaffi balik bertanya. Dan, see, Kenzie menggeleng.
“You should sleep now, boy.” Dhaffi menarik pinggang Kenzie dan merebahkan anak itu di sebelahnya.
Kenzie memberontak sambil merengek kecil. Namun Dhaffi menahan anak itu agar tidak ke mana-mana, dia juga menepuk-nepuk b****g Kenzie agar anaknya itu cepat mengantuk.
“Ppa!” Kenzie memukul d**a Dhaffi dengan tenaga seadanya.
“Ken, C’mon!” keluh Dhaffi frustrasi.
Kenzie menaikkan volume tangisannya. Membuat Dhaffi pasrah dan membiarkan anak itu bermain lagi.
Sambil mengawasi Kenzie yang bermain, Dhaffi meraih ponselnya. Dia membuka aplikasi chatting dan tidak sengaja melihat Senna yang sedang online.
Jemari Dhaffi bergerak ragu, entah kenapa dia ingin memulai percakapan virtual dengan Senna. Tapi dengan topik apa?
Dhaffi: Senna
Senna: Ya, Pak?
Mata Dhaffi langsung melebar melihat respon Senna yang secepat kilat.
Dhaffi berdehem dan mencoba untuk biasa saja. Ayolah, ini hanya chattingan, kenapa dia gugup segala? Sepertinya ada yang salah dengan jantung Dhaffi.
Dhaffi: Kenzie terbangun, gimana caranya biar dia cepat tidur lagi?
Senna: Kenzie enggak lagi nangis kan, Pak?
Dhaffi: Nope. Tapi saya ngantuk.
Sesekali Dhaffi melirik ke Kenzie, memastikan kalau anak itu tidak duduk di tepi ranjang. Takutnya meleng sedikit malah jatuh.
Senna: Coba pijat badannya Kenzie, Pak, pelan-pelan aja tapi sambil nyanyi.
Kening Dhaffi mengernyit. Nyanyi?
Dhaffi: Nyanyi lagu apa?
Senna: Apa aja, asal jangan lagu dangdut. Bukannya tidur, nanti Kenzie malah joget.
Sial, Dhaffi jadi tertawa! Kenapa Senna jadi lucu begini?
Dhaffi: oke
Typingnya boleh cuek, tapi orangnya saat ini lagi terbahak-bahak sampai Kenzie memandang bingung kelakuan papanya itu.
“Ppa, kit?” tanya Kenzie.
Dhaffi menghentikan gelak tawanya. “Papa tidak sakit, Papa ngantuk. Tidur yuk sama Papa?”
Kenzie melengoskan wajah, dia menggeleng.
“Sambil Papa nyanyiin mau?” tanya Dhaffi sembari memainkan perut Kenzie.
“Yayi?”
“Iya, mau papa nyanyiin?”
Kenzie tersenyum sambil bertepuk tangan antusias.
“Pintar anak Papa! Sini Bobo,” ajak Dhaffi. Dia menepuk-nepuk bantal, memberi sinyal agar Kenzie merebahkan tubuhnya di sana.
Dengan gesit Kenzie merangkak dan tidur di sebelah papanya. Senna bilang memijat badan Kenzie sambil nyanyi bisa membuat Kenzie cepat tertidur, ‘kan? Jadi hal yang Dhaffi lakukan saat ini adalah memijat pelan kaki Kenzie diiringi laguTwinkle Twinkle Little Star yang mengalun dari bibirnya.
“Good night, boy.” Dhaffi mengecup kening dan menyelimuti Kenzie yang sudah terlelap.
Sebelum ikut terjun ke dunia mimpi, Dhaffi menyempatkan diri untuk meraih ponselnya dan mengetik sesuatu di sana. Sebuah pesan untuk Senna.
Dhaffi: Thankyou, Senna. Anak saya sudah tidur sekarang.
Dhaffi: Be the way, gimana kencan kamu?