Bab 12 Pagi itu aku dan Mas Alka sudah berada di kediaman Mas Hamish. Mas Alka memarkir sepeda motor kami di halaman. Rumah dengan ukuran cukup besar ini hanya satu lantai, tetapi memiliki tiga kamar tidur. Mas Hamish tampak sudah rapi mengenakan setelan kemeja. Dia sedang meneguk kopi hitamnya ketika kami datang. “Asalamualaikum.” Mas Alka mengucap salam. “Wa’alaikumusalam. Dina ikut juga ternyata?” Mas Hamish menyambut kami dengan senyuman. “Iya, Mas. Bosen sendirian di kontrakan,” ucapku berbasa-basi. Mas Alka mencium punggung tangan Mas Hamish, sedangkan aku hanya menangkupkan tangan di d**a sebagai rasa hormat padanya. “Mas udah rapi mau ke mana? Bukannya kita mau ngecat, ya?” tanya Mas Alka sambil duduk pada sofa kecil yang tertata apik di teras yang cukup luas ini. “Mau kerj