Bab 19 “Memangnya kenapa, Mas. Kalau aku balesi pesan dari Ratna? Kamu keberatan?” Aku menatap wajah lelakiku yang berada tidak jauh dari tempatku berbaring. Mungkin dia kesal karena melihat ada histori chat pada gawainya. Lalu, aku yang salah? Yang ngirim pesan kan wanita itu duluan, bukan aku? “Kamu kenapa mau-maunya sih, Dek. Ngirimin pecel dua biji ke tempatnya Mbak Ratna. Suruh saja dia datang ke sini kalau emang mau beli,” protesnya. “Kalau dia yang ke sini, nanti dia lama-lama lihatin kamu, Mas. Kamu seneng ya deket-deket cewek seksi yang jualan paha kayak dia?” celetukku. Aku selalu kesal setiap mengingat kejadian siang itu. Entah berapa jam sudah Ratna menemani Mas Alka duduk di sana dengan paha terbukanya. Bohong kalau Mas Alka bilang tidak melihat, semua orang pun bisa meni