Argan dan Nino memandang gedung megah di depan mereka. Gedung yang terletak di pusat itu merupakan sebuah hotel mewah bintang lima. Mereka kali ini sengaja hendak memasuki gedung itu, untuk memenuhi satu permintaan yang masuk ke blog mereka.
"Ini bener gedungnya?"
Nino menatap Argan dari samping. Pemuda itu kemudian kembali memandang gedung hotel di depannya.
Argan mengangguk. "Iya, bener," sahutnya cepat.
Lalu pemuda itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dan dengan tak terduga malah menekan aplikasi kamera di ponselnya. Argan mengarahkan ponselnya itu pada wajahnya sendiri, seolah tengah mengaca.
"Gue udah ganteng, belum?" tanyanya masih menyentuh dan menyisir pelan- pelan rambut hitamnya.
Nino menatap Argan dengan tatapan aneh dan hanya menggelengkan kepalanya. "Ganteng kalau kata ibu lo."
Argan sontak menghentikan gerakan menyisirnya. "Dih, anjir."
Ia dengan percaya diri kembali mengaca. Merapikan dasi yang melingkar di leher kerah kemeja putihnya, lalu merapikan jasnya yang sengaja ia sewa itu. Argan sekali lagi menyisir rambutnya dan dibuatnya klimis.
"Tapi beneran ini nanti kita dibayar lebih, kan, Gan?" Nino yang jengah melihat Argan yang masih menyisir rambutnya itu pun bertanya. "Secara kita udah keluarin modal duluan buat sewa kemeja lengkap sama jasnya," sambungnya lagi sembari menunjuk- nunjuk atribut yang dikenakannya.
Argan dan Nino memang sengaja menyewa seperangkat kemeja dan jas demi menjalankan misi mengabulkan permintaan yang satu ini. Nino sendiri hanya menurut ketika Argan memilih asal salah satu permintaan yang harus dikabulkan.
Argan memilih permintaan untuk menemani kondangan klien mereka, karena sepengetahuannya, tugas untuk menemani pergi ke kondangan adalah yang paling gampang.
"Tenang aja, ini kita nyewa jas lengkap begini dari duit mereka, kok." Argan menaik turunkan alisnya saat mengucap kalimat itu dan menatap Nino.
Nino terkesiap. "Serius lo?" tanyanya takjub.
Argan mengangguk berulang kali. "Iya." Kemudian ia memasukkan ponselnya kembali ke saku jasnya, dan melanjutkan, "Mereka berani bayar uang muka."
Nino tersenyum cerah. "Mantap!" serunya sambil mengacungkan jempolnya pada Argan.
Teman Nino itu hanya mengedik bahunya. Kemudian segera melangkah mendekati gedung itu. "Yuk, kita keburu telat."
"Yuk."
Kedua pemuda itu melangkah memasuki ruang gedung itu. Setelahnya mereka dengan cepat mencari keberadaan klien mereka. Klien mereka ini berjumlah dua orang sekaligus. Maka dari itu Argan dan Nino kali ini menjalankan misi bersamaan.
Mereka memutuskan untuk berhenti sejenak di lobi hotel. Nino langsung menyuruh Argan untuk menghubungi klien yang dimaksud itu.
Ketika Argan tengah sibuk menghubungi kliennya, dua orang wanita tampak ke luar dari arah lift. Dua wanita itu terlihat sangat cantik dengan dress yang membalut tubuh mereka. Jika dilihat sekilas, terlihat bahwa kedua wanita cantik itu bukanlah seumuran Argan dan Nino. Tentu saja pastinya mereka jauh lebih tua dan terlihat sama seperti wanita karir ibukota lainnya.
"Itu mereka."
Salah satu wanita yang mengenakan dress berwarna merah muda itu menunjuk Argan dan Nino.
"Lo nemu dari mana, Han?"
Wanita satunya yang mengenakan gaun merah terang bertanya dari samping.
Han, atau wanita yang bernama Hana itu tersenyum misterius. Ia memandang temannya itu masih tersenyum misterius.
"Gue nemu di blog aneh. Blog itu pengabul permintaan gitu, dan gue coba hubungi ownernya, eh dibales," jelas Hana dengan raut gembira. Ia bagai tak sabar menanti apa yang akan terjadi nantinya. "And, see what happen now ..." Ia menunjuk ke arah dua pemuda yang tengah menatap mereka dari kejauhan itu.
"Gila! Canggih juga pencarian lo itu!" seru teman Hana itu. Ia ikut- ikutan antusias. "Tapi mereka berdua lumayan ganteng sih. Tinggi- tinggi pula," bisiknya lagi.
"Iya dong, Din. Tentu mereka ganteng." Hana tersenyum makin lebar.
"Lo emang pinter cari sosok yang tepat." Teman Hana, Dini, itu pun tersenyum.
Hana dan Dini masih tersenyum lebar sembari berjalan mendekati dua cowok yang berdiri di dekat meja resepsionis itu.
Argan dan Nino sontak memasang raut ramah dengan senyum terkembang lebar. Didatangi dua wanita cantik seperti itu tentu saja membuat senyuman spontan melebar.
"Udah nunggu lama?" Hana bertanya ketika telah berada di dekat Argan dan Nino itu.
"Enggak, kok." Argan yang pertama kali menjawabnya. Pemuda itu mengibaskan tangannya di depan Hana. Disusul oleh kibasan tangan Nino di sebelahnya.
"Kita berdua baru sampai."
Nino mengangguk menanggapi. "Iya, betul."
Hana menggamit lengan Dini di sebelahnya agar makin mendekat dengannya dan tersenyum lagi. "Kenalin ini temen gue Dini," ucap Hana. Matanya menatap Argan dan Nino bergantian.
Dini tersenyum lebar. Wanita itu menyampirkan helaian rambut panjangnya ke daun telinganya. Sembari mengulurkan tangannya ke hadapan Nino ia berucap, "Dini."
Argan tersenyum lebar, namun sayangnya Nino tak tersenyum selebar itu. Nino bahkan sampai disenggol oleh Argan terlebih dahulu agar mau menyambut uluran tangan dari Dini itu.
"Gue Nino," sahut pemuda berambut agak ikal itu. Ia tersenyum lebar. Tepatnya senyuman yang agak dipaksakan.
Melihat suasana canggung yang tiba- tiba mendera itu, Hana putuskan untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu mengajak kedua pemuda itu memasuki aula yang akan menjadi tempat pernikahan itu.
"Yuk, lebih baik kita semua masuk ke dalam."
Hana menggandeng lengan Argan tanpa harus malu- malu. Wanita itu tentu saja tak mau menyia- nyiakan waktunya hanya untuk bersikap malu- malu. Toh tugas Argan memang untuk berpura- pura sebagai kekasihnya.
"Jadi ... ini sebenarnya pernikahan siapa?" Argan bertanya dengan iseng.
Ia tak keberatan digandeng terlebih dahulu oleh Hana itu. Malah ini merupakan hal wajar jika memang sedang berakting sebagai sepasang kekasih.
Hana terdiam beberapa saat. Lalu ia menatap Argan dan Nino bergantian. "Ini pernikahan mantan pacar kami," jawabnya.
Argan dan Nino yang mendengarnya hanya mengangguk. "Oh." Mereka membulatkan bibir masing- masing secara reflek.
Namun ketika baru menyadari hal yang aneh, mereka bersitatap bersamaan.
"Tunggu! Mantan pacar kalian?!"
Hana dan Dini bergantian terkekeh.
Hana yang terlebih dahulu menjawab, "Iya. Benar. Mantan pacar kami." Wanita itu menunjuk Dini di sebelahnya. Sedangkan Dini mengangguk seolah membenarkan.
"Jadi laki- laki yang hari ini menikah itu adalah mantan pacar kita berdua dulu. Laki- laki j*****m itu memacari kami berdua sekaligus dan memutuskan kami berdua bersamaan di tempat yang sama."
Setelah mendengar penjelasan dari Hana itu reaksi yang sama ditunjukkan oleh dua pemuda itu. Terkejut dan tercengang.
"Hah!"
"Anjir!"
"Gila sih!"
"Parah!"
"Gila tuh orang, gak tahu bersyukur!"
Bahkan Argan dan Nino tak akan bisa melakukan hal j*****m memalukan seperti itu. Dan satu yang menjadi pertanyaan besar di benak Argan dan Nino saat ini. Seperti apa rupa laki- laki j*****m yang telah memacari dan memutuskan kedua wanita cantik ini, sih?!
Benar- benar tidak tahu syukur!
***