SATU UNTUK SELAMANYA

839 Words
"Jauhi laki-laki itu diana,bilang padanya jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Dia tak pantas untukmu."ucapan itu yang keluar dari ayahku saat mengetahui jika lelaki yang menyukaiku sudah mempunyai istri. "Aku tidak bisa ayah,aku mencintainya."hanya kata itu yang ku katakan untuk bisa selalu dengan panji. Ya,panji adalah lelaki yang telah berumur,usianya lebih tua dari kakak ku yang pertama. Tetapi dia slalu membuatku bahagia dan merasa di terlindungi. Walau usia kami terpaut jauh tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya. "Tapi ayah tidak mau kau bersamanya,hidupmu tidak akan bahagia jika kau menikah dengannya."ucap ayah karna aku tidak patuh padanya. "Aku yakin akan bahagia bila bersamanya, dia telah berjanji akan membahagiakan ku."ucapku membelanya lagi. Ayah tidak bisa berkata apa apa,ayah berlalu masuk ke dalam kamarnya,mukanya memerah menahan kesal karna aku tak mau meninggalkan lelaki pujaan hatiku. Dalam hati aku berkata,'maafkan aku ayah,hanya dia yang mau menerima anakmu yang sudah tidak perawan lagi.' Ya aku di nodai kakakku saat aku duduk di bangku SD. Saat itu dia datang dalam keadaan mabuk dan aku yang membukakan pintu untuknya,dengan badan kekarnya dia menarikku ke kamarnya sambil menutup mulutku.sesampainya dikamar dia lalu berbisik di telingaku, "diam atau aku akan membunuhmu!". Setelah itu dalam keadaan mabuk dia merenggut keperawananku sambil terus membekap mulutku agar tidak bersuara. Setelah selesai dengan hasratnya dia berbisik kembali, "jangan katakan pada siapapun kalau kau tak mau di usir dari rumah ini."begitu ancamnya. Aku yang mendengarnya hanya bisa pasrah sambil menangis dalam diam.karna aku hanyalah anak SD yang masih bergantung dengan orang tua, sehingga tak mampu berbuat apa apa hingga aku menuruti ancamannya. Sejak saat itu hubunganku dan kakak ku tidak seperti biasa.aku mulai menjaga jarak dengannya sampai tak pernah sekalipun bertegur sapa. Sampai akhirnya aku bertemu dengan om panji. Ya sebelum aku nyaman dengannya aku memanggilnya dengan sebutan om, dia pernah menikah. Permenikahannya dengan istri pertamanya sudah lebih dari sepuluh tahun tapi tidak di karuniai anak.dan akhirnya mereka pun bercerai karna istrinya sudah berubah. Akhirnya aku masuk dalam kehidupannya. Aku kenal om panji dari aku duduk di bangku SMP, dan sekarang aku sudah duduk di bangku SMA. sedangkan dia sudah menjadi karyawan di sebuah perusahaan.tak heran jika dia mampu membelikan apapun yang aku mau sampai uang sekolah pun dia yang biayai,sehingga aku tak perlu merepotkan orang tua lagi.walau dia sudah banyak mengeluarkan uang tapi dia tidak pernah memperlakukanku tidak sopan,dia mampu membatasi dirinya.sehingga ada rasa takut kalau dia mengetahui jika aku sudah tidak perawan lg.apakah dia akan menerimaku?pertanyaan itu slalu menghantui fikiranku. "Diana sabtu besok pulang sekolah saya jemput ya di sekolah,lalu kita jalan jalan."kata om panji padaku saat dia datang kerumahku. Ya semenjak aku masuk SMA, om panji setiap hari selalu datang kerumah setelah pulang kerja.dan aku senang karna hanya jika dia kerumahku baru aku bisa ngobrol dengannya. "Iya om, aku tunggu ya di sekolah."jawab ku merasa senang karna mau di ajak jalan jalan. Sesuai dengan janjinya padaku,setelah bel pulang sekolah berbunyi,aku langsung secepat mungkin keluar dari kelas dan langsung menuju gerbang sekolah, karna aku sudah melihat om panji sudah menungguku disana dengan sepeda motornya.. Karna tidak mau banyak temanku yang melihat dan bertanya, aku langsung naik ke motornya lalu sesegera mungkin meninggalkan sekolah. Sampai di jalan dia bertanya padaku, "Diana Mau makan siang dulu?" Tanyanya. "Boleh om,mau makan di mana?"jawabku sambil balik bertanya. "Terserah kamu maunya dimana."ucapnya menyerahkan semua pilihan padaku, "Ya udah makan nasi padang aja."jawab ku antusias. Lalu dia mengangguk sambil nempercepat laju motornya ke rumah makan padang l*******nnya. setelah sampai dan meletakkan pelindung kepala di atas motornya, kami pun langsung masuk dan memesan makanan pada pelayannya. "mas, nasi ayam bakar satu." aku menyebutkan pesananku lalu melihat om panji sambil menanyakan, "om mau pesan nasi apa?" tanya ku. "nasi rendang aja diana." jawabnya lalu berjalan menunggu kursi kosong yang ada di pojok ruangan. akupun langsung menyebutkan pesanan om panji pada pelayan, lalu berjalan menghampiri om panji yang ada di pojok ruangan. baru beberapa langkah aku berjalan tiba aku mendengar dua orang yang ku lewati berbicara. "masih SMA jalannya sama om om, udah di apain aja tuh??" kata orang itu pada temannya. lalu temannya menjawab, "pasti udh sampe kasur, dan pasti bayarannya mem**skan sampe lengket gitu." tuduh temannya menimpali. 'ASTAGFIRULLAH. sebegitu buruk kah wanita seumurku yang mencintai pria yang sudah mapan.' batinku berkata sedih mendengar omongan dari dua orang itu. tanpa aku perdulikan omongannya, aku lanjutkan jalanku tanpa menghilangkan senyum di wajahku sampai kursi yang sudah om panji tempati. walau aku sudah kehilangan selera makan karna omongan orang itu. setelah pelayan datang dan menyerahkan pesanan pada kami, kami langsung memakannya dengan dengan diam. sampai om panji memecah keheningan dengan bertanya "mau minum apa diana?" ucapnya. "es jeruk aja om."jawabku singkat. om panji langsung memanggil pelayan dan menyebutkan minuman pensanannya. lalu pelayan itu pergi dan tak lama kembali sambil membawa dua gelas es jeruk di tangannya dan meletakkan di meja kami. aku dan om panji mengucapkan terimakasih pada pelayan itu. dalam hatiku hanya ingin menyelesaikan makan ini lalu segera pergi dari sini dan melupakan omongan orang orang tadi. haruskah aku mengatakan pada om panji tentang pandangan orang tadi terhadapku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD