Secretary

994 Words
Daisy memutar-mutar gelas Cappucino seraya menopang dagu dengan tangan, pandangannya kosong keluar jendela tanpa menghiraukan campuran espresso dan s**u itu makin dingin sedari pagi. Mencari sesuatu seperti ada yang kurang didalam dirinya, hidupnya terasa bosan, hampa meskipun berbagai teman dan pria mengelilinginya, semua kemewahan seperti tak ada artinya. Muak melihat pertemanan dan hubungan palsu yang dilandaskan oleh kemewahan, ia mengutak-atik smartphone miliknya, membuangnya kesembarang tempat ketika melihat postingan-postingan yang memamerkan tempat mewah dan barang branded dan juga tubuh yang seksi. Well, sepertinya sudah menjadi keharusan jika melakukan sesuatu harus segera dipublikasikan seperti itu. Senyum itu, wajah yang dipoles, dan kulit tubuh yang mulus tanpa goresan sedikitpun, semua terlihat palsu untuknya. Semua tanggapan yang tertera disana seolah memuji sebuah gambar yang padahal telah melalui proses editing. Daisy tersenyum miring, sungguh serendah itukah mereka? Rela menanggalkan hampir seluruh pakaian mereka hanya demi beberapa likes? Ckle... "Ahh, sorry miss.. aku sudah melarangnya masuk tapi..." ujar Andrew yang terlihat terburu-buru menghalau seorang pria yang telah menerobos masuk kedalam ruang kerja Daisy. Daisy sedikit terkejut dengan kedatangan pria itu, tapi ia berusaha setenang mungkin guna menghidari kontak perasaan yang dibuat oleh pria itu, pria yang semalam rela mengangkat pinggulnya untuk Daisy. "It's ok Andrew, you can go!" Ujar Daisy, Andrew sedikit heran meskipun ia mengangguk, ia melirik sedikit kearah Mr. Osborn dan menyipitkan kedua matanya sebelum menutup pintu ruangan Daisy. Pria itu nampak begitu tampan, setelan kerja yang rapi dan sepatu mengkilap. Rambut yang ditata serapih mungkin, gaya yang selalu ditampilkan oleh pria itu, membuat Daisy bosan, ia sudah sering melihat yang seperti ini. Dan, oh lihatlah! Ia menggenggam sebaket bunga ditangannya, Daisy memutar malas kedua bola matanya. You gotta f*cking kidding me! Langkah berat pria itu terdengar mendekat kearahnya, tak ada sambutan hangat dari Daisy untuk seorang tamu. Daisy tidak perduli, lagipula ia tidak mengundang pria itu kemari dan berlaku seenaknya hingga melewati sekertarisnya begitu saja. "Aku mencarimu setelah semalam" ujar Mr. Osborn seraya menyerahkan baket bunga itu kepada Daisy. Daisy memaksakan senyum dan mengambil bunga tersebut, mencari alasan yang tepat untuk hal semalam dan mungkin saja alasan untuk agar Mr. Osborn tidak terlalu mendekatinya. "Aku banyak pekerjaan.." jawab wanita itu dengan singkat, ia berdiri dari kursi kerjanya guna menaruh bunga tersebut kedalam vas, dan guna menghindari pria itu yang terus mencoba menempel padanya. Daisy mengambil sebuah vas yang terdapat diatas nakas, menaruh mawar merah yang menjadi favoritnya itu kedalam sana dan menatanya diatas nakas. Tiba-tiba saja jemari nakal menyentuh pinggulnya, Daisy cukup terkejut. Ingin sekali ia menampar pria itu, namun ia harus tetap tenang mengingat Mr. Osborn adalah partner bisnisnya. Gaun merah super ketat itu begitu tipis, sehingga Daisy dapat merasakan jemari keras Mr. Osborn menjalar diseluruh pinggulnya. "Mr. Osborn, kita sedang dikantor" ujar Daisy mencoba membuat pria itu tidak berbuat kurang ajar meskipun ia telah sering melakukannya dengan pria lain diruangan ini. "Kau meninggalkanku." Bisik pria itu dari belakang seraya menempelkan tubuhnya dibokong Daisy, Daisy dapat merasakan sesuatu yang mengeras dibawah sana. "Aku bilang, aku sedang sibuk." Jawab Daisy dengan nada tinggi, ia hampir emosi dibuat oleh pria itu. Ingin sekali ia berkata 'tidak' atau 'berhenti' untuk mengganggunya. "Dan aku bilang, aku menginginkanmu." Kata pria itu seraya membalikan tubuh Daisy menghadap kepadanya sehingga mereka dapat menatap satu sama lain. Dan Daisy benci hal ini, terlalu intim dan ia adalah wanita yang menghindari segala kontak perasaan ataupun yang hal-hal yang membuat lawan jenisnya merasakan sesuatu yang Daisy tidak ingin mengatakannya. "Please Sir, aku tidak ingin merusak reputasi hanya karena hal sepele" ujar Daisy, padahal dalam hidupnya ia sama sekali tidak menjaga hal tersebut, Daisy bahkan tidak pernah perduli yang orang-orang katakan tentang dirinya. "Be mine, Daisy!" Mr. Osborn memegang lembut lengan Daisy, membuat wanita itu mengernyitkan kening dan berusaha memundurkan langkahnya. "Apa maksudmu, Sir?" Tanya Daisy dengan nada ketus, hari ini ia muak karena hidupnya yang membosankan, dan sekarang Mr. Osborn hanya menambah muak dirinya. "Jadilah milikku, akan kuberikan apapun dan kau tidak boleh berhubungan dengan pria lain selain diriku-" "Stop it, Jerk! Aku hampir kehabisan kesabaran menghadapimu, Sir. Tapi karena kau adalah rekan bisnisku maka kutunjukan rasa hormatku..." "...tapi sepertinya kau sudah terlalu jauh." Desis Daisy. "Maksudmu?" Tanya Mr. Osborn yang keheranan, ia hanya ingin Daisy menjadi kekasihnya karena tentu saja wanita itu adalah tipe wanita idaman baginya. "Jika maksudmu adalah sebuah hubungan, sebuah keterikatan, maka kau salah orang..." "...aku bukanlah wanita yang ingin memiliki komitmen dengan pria manapun. I just want s*x, not more, and don't ever think that you can control me in every way" jemari telunjuk Daisy tepat berada didepan wajah pria itu dengan tatapannya yang mengerikan seraya berkata pelan namun penuh penekanan. Mr. Osborn yang melihatnya hanya bisa menelan salivanya sendiri, wajah cantik itu terlihat sangat kejam dari yang terlihat seperti biasanya. "Sekarang tinggalkan aku sendiri karena masih banyak wanita yang mengharapkan kasih sayang dan seks hebat diluar sana, but not me..." "....i give the great s*x, not search for it." Tambah wanita itu dengan nada tinggi. Mr. Osborn yang merasa terintimidasi hanya bisa diam dan akhirnya membalikan badan guna meninggalkan Daisy dengan wajah pucat. Untuk pertama kalinya, ia ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita. Ia hanya ingin Daisy menjadi kekasihnya, tapi sepertinya wanita itu bukanlah tipe wanita seperti pada umumnya. Wanita dewasa yang begitu cantik layaknya model ternama itu hanya menginginkan seks, tidak lebih. Sangat disayangkan... Hingga langkah besar pria itu berlalu diambang pintu, Daisy menghela nafas kasar. Ia terlalu lelah untuk hal-hal seperti ini, banyak pria yang datang untuknya hanya untuk mengejar dirinya dan yang lain mencari seks hebat. "Miss, kau tidak apa-apa?" Tanya Andrew diambang pintu dan membuatnya bertambah kesal. "Yes Andrew, i'm okay... apa aku terlihat seperti orang yang habis diperkosa?" Ketus Daisy seraya berkacak pinggang. Andrew yang polos menilai Daisy dari ujung kepala hingga kaki, Daisy menggeleng lemah seraya menepuk dahinya. Menyalahkan dirinya yang telah merekrut seorang karyawan yang terlalu muda dan masih dalam tahap belajar. "Pergilah Andrew!" "Sorry Miss, aku hanya bertanya" ujar pria itu lalu menutup kembali pintu ruangan Daisy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD